penyadaran yang dilakukan oleh pak LS terhadap masyarakat dan pemuda di desa KG.
Pendirian LSD tidak mengalami gesekan yang berarti di level masyarakat desa, hal ini berkat dukungan tokoh agama dan terdapat salah satu kepala dusun
yang memang menjadi ketua paguyuban. Justru hal ini menjadi penguat organisasi. Apabila pak MD kepala dusun mengurusi organisasi paguyuban di
tingkat desa, maka pak LS selaku ketua LSD dan sekretaris paguyuban berurusan dengan eksternal. Pembagian kerja ini menurut pak LS cukup efektif mengingat
kesibukan pak MD sebagai pimpinan dusun sangat mencurahkan waktunya.
Media penyadaran yang dilakukan oleh pak LS dalam LSD adalah pertemuan kelompok, komunikasi interpersonal dan penggunaan internet FB,
web. Proses penyadaran dalam LSD sangat lama, mengigat organisasi ini baru terbentuk. Sebelumnya proses penyadaran untuk berjamaah produksi sudah ada
sejak keberadaan Keris. Namun, hingga LSD muncul, tingkat kesadaran pemuda untuk berjamaah produksi sangat rendah. Pak LS sendiri mengaku, sudah sering
melakukan kegiatan yang mendorong kegiatan produksi, semisal, pelatihan jurnalistik, pelatihan sablon, pelatihan ternak, pelatihan kripik dan sebagainya.
Namun semua hanya bersifat temporal saja, saat pelatihan para pemuda bersemangat, namun dalam praksisnya mereka kurang. Banyak faktor menurut
pak LS menjadi penyebab kurangnya kesadaran aksi pemuda. Penyebab utama adalah paradigma pemuda yang terpengaruh ideologi kapitalisme yaitu ingin
instan tanpa harus bekerja keras. Dan ini tidak hanya menjadi domainnya pemuda, golongan tua di desapun berfikiran seperti ini. Mereka tidak ingin
anaknya bekerja sebagai petani. maka tidak jarang, pemuda menjadi buruh pabrik dan bekerja sebagai TKITKW. Intervensi ideologi mainstream ini sebegitu
kuatnya sampai di desa. Oleh karena itu kesadaran pemuda bersifat naif, dan kegiatan jamaah produksi menjadi kegiatan “pemberdayaan semu”.
6.1.4 Peraturan Desa Pak BP
Pak BP merupakan ketua bidang politik di serikat sejak kongres ke IV yang diselenggarakan pada tanggal 17 Mei 2012. Terpilihnya pak BP sendiri
tidak secara kebetulan, karena memang sejak periode sebelumnya pernah ditawari untuk menjadi ketua bidang, namun sempat ditolak karena belum berkenan. Pak
BP sendiri bersinggungan dengan serikat ketika ada tawaran dari pak SHS untuk bergabung dalam kelompok tani di Merbabu. Mulai saat itu pak BP menjadi
anggota kelompok tani. Kemudian pak BP membentuk paguyuban CLM di desa NL. Terpilihlan pak BP sebagai ketua paguyuban. Namun berjalannya waktu,
terdapat gonjang-ganjing yang terjadi di paguyuban CLM. Isu yang berkembang pak BP menggelapkan uang bantuan dari lembaga donor untuk paguyuban.
Namun hal ini dibantah oleh pak BP sendiri, bahwa uang belum diterima. Lembaga donor baru meminta kesiapan kelompok tani untuk menerima bantuan.
Karena sudah timbul ketidakpercayaan oleh anggota kelompok, maka keberadaan paguyuban CLM menjadi vakuum untuk beberapa lama. Kondisi ini diperparah
dengan pelibatan tokoh desa terhadap masalah paguyuban. Karena tekanan yang besar ketidakpercayaan masyarakat desa NL, maka pak BP dan sekeluarga pindah
ke desa lain yang merupakan desa asal mertua pak BP. Seiring waktu berjalan,
tudingan masyarakat tidak terbukti dan pak BP diminta kembali ke desa NL untuk menghidupkan kembali paguyuban CLM. Namun dengan alasan sakit hati dan
kebetulan sudah membentuk paguyuban baru yaitu BMM di desa BT.
Sebagai pegiat yang diangkat menjadi staf serikat, pak BP tetap konsern dengan perkembangan paguyuban di aras desa. Menurut pak BP, semua
paguyuban di wilayah Merbabu sejak awal selalu bersebrangan dengan Pemerintah Desa. Alasannya adalah, pemerintah desa merupakan representasi
dari pemerintah pusat. Segala bentuk bantuan dari Pemerintah selalu ditolak oleh serikat. Hal ini berlangsung sampai tahun 2004. Zaman setelahnya, terjadi
perubahan arah dan strategi serikat untuk mulai mendekati pemerintah desa. Namun, sejak peristiwa reklaim lahan perhutani oleh petani di desa NL.
Pemerintahan desa masih menjaga jarak, apalagi strategi serikat sudah mengambil peran partisipasi dalam demokratisasi desa melalui pendekatan pilkades. Jago-
jago paguyuban petani mulai bertarung dalam mengambil suara pedesaaan, meskipun banyak yang mengalami akhir sebuah kegagalan. Menurut pak BP,
tujuan dari merebut ruang politik desa adalah untuk mempermudah pengejawantahan program-program paguyuban. Apabila berhasil merupakan hal
yang positif, namun jika gagal semakin besar jurang ketidak sukaan pemerintah desa terhadap calon dari paguyuban. Oleh karena itu, paguyuban harus bermain
cantik dengan tetap menjalin koordinasi dan komunikasi dengan kepala desa terpilih, agar dapat mendapat dukungan. Kalaupun tidak mendapatkan ruang
politik desa dalam pilkades. Paguyuban masih memiliki anggota yang berada dalam lingkaran kekuasaan desa seperti kepala dusun, tokoh masyarakat, agama
serta aparat desa sendiri. Dengan jaringan anggota paguyuban dalam lingkaran kuasa desa, maka dukungan secara non-formal dapat diraih dan mempermudah
manifestasi program di basis.
Media penyadaran yang dilakukan oleh pak BP sendiri sama dengan starategi yang dilakukan oleh yang lain, seperti menggunakan pertemuan
kelompok. Interpersonal, media elektronik SMS, FB. Namun pengguna pertemuan kelompok sudah lazim dilakukan oleh paguyuban. Untuk beberapa
kasus penggunaan media audiensi juga dilakukan. Misalnya pada kasus paguyuban yang terhimpun dalam OTK Sindoro Sumbing, dengan mengundang
audiensi kepada anggota DPRD Kabupaten Wonosobo pada kasus peringatan Hari Tani Nasional. Proses penyadaran secaman ini justru memberi efek yang positif,
karena dengan berhasil mengundang tokoh kabupaten, maka muncul kebanggaan di anggota petani. ini simbol interaksi masyarakat Jawa, apabila ada orang besar
datang berkunjung pasti akan dihormati dan di iyakan semua apa yang disampaikannya. Namun dalam audiensi ini, terjadi diskusi antara petani dengan
anggota dewan dalam membahas semua isu yang dialami oleh petani.
6.2 Deskripsi Partisipan Isu Pembangkitan Kesadaran