Transformasi Identitas Partisipan Gerakan Petani

7 TRANSFORMASI IDENTITAS, MOTIVASI DAN BENTUK KESADARAN GERAKAN PETANI

7.1 Transformasi Identitas Partisipan Gerakan Petani

Berbicara gerakan sosial tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan dimensi identitas para partisipan yang terlibat di dalamnya. Keberhasilan suatu mobilisisasi atau aksi gerakan tergantung dari sejauhmana dimensi identitas bekerja. Dalam konteks gerakan sosial, suatu aksi kolektif dapat terwujud apabila dimensi identitas kolektif bekerja melebihi identitas individual para partisipannya. Identitas sendiri merupakan proses dimana aktor sosial mengakui diri mereka sendiri. Menurut Klapp dalam Johnston, Larana dan Gusfield 1994 terdapat tiga dimensi identitas yang berlaku dalam gerakan sosial termasuk gerakan petani; identitas individual, identitas kolektif dan identitas publik. Identitas individual berasal dari proses sosial melalui pewarisan biologis dan internalisasi lingkungan sosial. Identitas kolektif lahir dari sebuah proses keanggotaan, ikatan dan aktifitas kelompok. Sedangkan identitas publik lahir dari sebuah penilaian pihak eksternal publik terhadap individu dan kelompok tersebut. Telaah lebih lanjut bagaimana kerangka identitas bekerja dapat di telusuri pada gerakan petani Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah SPPQT. Sejak awal identitas yang dibangun oleh Serikat menekankan pada paguyuban. Menurut Hardiyanto 2005, paguyuban dalam konteks gerakan sosial adalah kekuatan bersama, di mana kelompok tidak mengalami perpecahan, hidup rukun dan mengikuti aturan yang berlaku dalam kelompok. Paguyuban selalu diasumsikan sebagai sifat dominan masyarakat Jawa yang jauh dari istilah konflik, namun hal ini terbantahkan dengan adanya budaya ngrasani menjelek- jelekkan orang yang secara etika melanggar adat. Komunikasi ngrasani ini sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan yang mendera kehidupan masyarakat. Istilah paguyuban dalam konteks gerakan petani sangat berbeda dengan dikotomi Gemeinschaft 18 lawan dari Gesellschaft. Paguyuban petani saat ini sudah maju dan bukan tipe masyarakat pra-modern, karena petani sudah berhubungan dan bersingungan dengan tradisi besar 19 di atasnya. Paguyuban sendiri terdiri dari banyak partisipan di dalamnya, dan tentunya mereka semua adalah para petani atau mereka yang tinggal di daerah pertanian dan pedesaan. Identitas sebagai petani sebagai sebuah identitas individual yang didapat oleh seseorang yang sejak awal bekerja di bidang usaha tani. Selain 18 Konsep yang diciptakan oleh Ferdinand Tonnies untuk mengetahui bentuk-bentuk hubungan antara manusia. Gemeinschaft lawan dari Gesellschaft, Gemeinschaft diartikan sebagai bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang muncul dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Hubungan ini didasari oleh rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang telah dikodratkan, kehidupan tersebut bersifat nyata dan organis seperti organ tubuh manusia atau hewan. Soekanto 1985 19 Tradisi kecil masyarakat petani sama sekali tidak otonom dan berhubungan dengan negara dan peradaban luar secara kultural. Masyarakat petani berbeda dengan masyarakat primitif. George Foster dalam Redfield 1982 identitas sebagai petani, terdapat pula identitas lain yang didapat dari sebuah proses sosial di masyarakat seperti, Kyai, Kadus, Kades dan lain-lain. Identitas ganda ini sangat erat kaitannya dengan proses partipasi dalam sebuah gerakan petani. Serikat sendiri sadar akan beragamnya identitas personal anggotanya, dan ini dimaknai sebagai keuntungan tersendiri dalam membangun gerakan. Identitas sosial yang berada pada hierarkhi atas desa seperti Kades merupakan sasaran Serikat dalam setiap program advokasi. Dalam banyak kasus kegagalan program serikat di tingkat desa selalu berada di tangan Kepala Desa, karena Kades bersebrangan dengan ideologi serikat. Maka tidak jarang program “merebut Desa” ala Serikat melalui pilkades selalu dilakukan oleh pihak paguyuban. Sebagai contoh keberhasilan Perdes di Desa Damarkasiyan salah satunya dipengaruhi oleh Kades yang notabene anggota Paguyuban Sindoro Kasih. Menurut E.P Thompson dan Moore Jr dalam Wahono F 2004, gerakan petani dan buruh dapat berhasil apabila gerakan ini sendiri dibangun dengan kesadaran bersama yang kuat. Kesadaran bersama muncul dari sebuah ikatan kolektif yang terbangun dari identitas kolektif. Identitas kolektif secara nyata terdapat pada identitas paguyuban. Proses membentuk ikatan kolektif dibingkai oleh tujuan dari gerakan petani itu sendiri. Identitas kolektif yang hendak dibangun oleh serikat adalah petani yang mandiri yang terlepas dari belenggu ketertindasan. Kemandirian sebagai petani melalui organisasi yang dapat menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama. “Secara identitas sudah beralih ke identitas kelompok. Karena banyak yang menyadari bahwa menyelasaikan persoalan ini harus berkelompok, meski ada beberapa yang belum menyadarinya” Wawancara Mba SH, 18102012 “Respon pemuda ya senang ada kegiatan, ada kumpulan. Tapi ya sekedar senang aja. Tapi ketika ada pelatihan jurnalistik atau apa tidak dipahami ini apa menulis itu penting, tidak sampai ke situ. Ya hanya senang aja. Kegiatannya hanya berkumpul, hanya itu saja. Tidak memahami isinya.” Wawancara Pak LS, 17102012 Kalo dulu, berengkat, ya berangkat seperti demo ke wonosobo dengan seribu oncor obor untuk demo agraria di perhutani. Saat itu ada teman yang ditangkap perhutani. Kalo dulu kelompok tani itu militan. Makanya ada istilah, B3, Bui, Bunuh, Buang. Orang sini bilang, masak teman ku ngga nyolong kayu di cekel. Ayo gerakkan 3B. Wawancara Pak SY, 05032013 Identitas kolektif sendiri merupakan hasil dari sebuah proses berbagi orientasi sikap, pandangan hidup, gaya hidup dan pengalaman antar individu dalam kelompok. Dalam proses ini terjadi negoisasi panjang antar individu dalam sebuah aksi kelompok. Secara umum identitas kolektif sebagai anggota gerakan petani sudah terlihat, namun dengan derajat yang berbeda. Pada kasus Forum Perempuan, internalisasi nilai-nilai kelompok sudah terjadi dalam kehidupan sehari-hari seperti mulai menghindarkan makanan olahan pabrikan dan mengutamakan pangan lokal dalam sajian menu makanan. Pada kasus pertanian organik, petani sudah merasa bangga disebut dengan istilah petani organik di masyarakatnya. Pada kasus Perdes sangat terlihat jelas kekuatan nilai kolektifitas dalam setiap kegiatan kolektif yang mereka lakukan seperti mengawal dari awal Perdes hingga melakukan aksi ke DPRD. Derajat identitas kolektif rendah ditunjukkan oleh LSDP dimana kolektifitas dimaknai oleh pemuda hanya sebatas solidaritas untuk berkumpul apabila ada kegiatan saja. Ketika identitas individual dan kolektif mendapat penilaian dari pihak eksternal luar paguyuban, maka terjadi transformasi identitas publik. Identitas publik terlihat jelas pada kasus pertanian organik, dimana pelabelan sebagai petani organik sudah diberikan oleh masyarakat umum kepada anggota paguyuban. Transformasi identitas publik membutuhkan waktu yang panjang dan penuh dengan perlawanan dari masyarakat luas termasuk pihak Negara. Sebagai contoh Pak MF yang telah mendapatkan pengakuan sebagai pionir pertanian organik oleh Pemerintah. Hal ini membuktikan identitas pubik sebagai petani organik didapatkan pak MF melalui legalitas oleh negara berupa penghargaan. “Karena yang mengangkat nama kecamatan dan kabupaten kan sini, itu tahun 2004. Se kabupaten semarang ya baru al-barakah yang pertama, karena secara ideologi ya SPPQT yang memulai. Dari ideologi itu saya tangkap, saya tekuni, kemudian menghasilkan seperti itu, jadi unggulan dan jadi brand image. Pusat pertanian padi organik se kabupaten semarang ya di Albarakah.” Wawancara Pak MF, 13102012 Penggunaan simbol kata “kitatemankawan” dalam setiap pertemuan baik dalam internal organisasi maupun di forum publik menandakan bahwa transformasi identitas terjadi dari individual kepada kolektif. Simbol-simbol ini menguatkan perasaan solidaritas dan kebersamaan diantara anggota pergerakan sekaligus untuk membedakan dan mempertentangkan dengan pihak atau kelompok di luar anggota serikat. Sebaliknya tidak jarang pula, penggunaan simbol ini selalu dialamatkan kepada pihak atau kelompok yang mendukung ide- ide gerakan petani seperti pada kasus Perdes di Desa Damarkasiyan. Pelabelan anggota Dewan dengan istilah “teman kita sendiri” adalah bukti bahwa serikat ingin mendekatkan ide pergerakan kepada pihak yang mendukung perjuangan mereka. Sebaliknya simbol “musuh petani” selalu dialamatkan kepada pihak atau kelompok yang mendukung ide kapitalisme dan feodalisme.

7.2 Motivasi Partisipan Dibalik Gerakan Petani