Kerangka Pemikiran Communication of critical consciousness in peasant movement : case study of peasant movement on serikat paguyuban petani qaryah thayyibah.

tidak langsung, disposisi personal diduga memiliki pengaruh langsung kepada komponen agensikesadaran. Klandermans, Goslinga, 1996

2.12. Kerangka Pemikiran

Aksi kolektif dalam gerakan sosial dipengaruhi oleh sejauhmana motivasi dan kesadaran para anggota kelompok tani terwujud. Motivasi partisipan gerakan petani dapat berupa motif instrumental, motif identitas dan motif berbasis ideologi. Semakin mengarah pada motif ideologi, partisipasi dalam aksi kolektif dapat dimaknai sebagai keterlibatan untuk mendapatkan hak-hak petani yang selama ini belum terwujud dengan tujuan akhir adalah peningkatan kesejahteraan. Kesadaran partisipan dalam aksi kolektif dapat berbentuk kesadaran magis yang berorientasi fatalistis terhadap penindasan, kesadaran naif yang berorientasi pada adaptif situasi penindasan dan kesadaran kritis yang berorientasi pada pembongkaran atas situasi penindasan. Kesadaran dan motivasi gerakan ini dipengaruhi oleh sejauhmana kerangka isu ketidakadilan yang dirasakan oleh partisipan gerakan petani dan konstruksi identitas baik terhadap internal maupun terhadap lawan. Isu ketidakadilan juga turut menpengaruhi konstruksi terhadap identitas gerakan sosial itu sendiri. Kesadaran dan motivasi, kerangka ketidakadilan dan konstruksi identitas gerakan dapat dilihat melalui proses framing para aktor gerakan sosial. Framing diagnostik melihat situasi permasalahan dari proses ketidakadilan yang dialami oleh gerakan petani dan selanjutnya mengkonstruksi identitas kawan dan siapa lawan dalam isu ini. Framing prognostik sebagai sebuah identifikasi terhadap solusi permasalahan dan strategi menghadapi lawan. Framing motivasional melihat konstruksi motif dan bentuk kesadaran di balik keterlibatan partisipan dalam suatu isu gerakan petani. Elemen aksi kolektif isu ketidakadilan, identitas dan motivasikesadaran berhubungan dengan sejauhmana proses komunikasi pembangkitan kesadaran kritis yang dilakukan oleh serikat petani terhadap basisnya. Proses komunikasi pembangkitan kesadaran kritis tergantung dari penggunaan media atau saluran komunikasi, teknik komunikasi, bentuk komunikasi dan pesan penyadaran kritis yang ada di dalamnya. Saluran komunikasi penyadaran kritis dapat berbentuk saluran bermedia seperti penggunaan internet dan tidak bermedia seperti pertemuan kelompok. Teknik komunikasi penyadaran kritis dapat menggunakan media kelompok, berbagi cerita pribadi di depan umum, buku dan majalah, berbagi pengalaman, konsumsi budaya populer, mengeksplorasi isu-isu keragaman dan ekspresi diri. `Bentuk komunikasi penyadaran kritis menggunakan model monolog, dialog atau gabungan keduanya mixture. Model monolog adalah bentuk komunikasi searah dalam proses penyadaran. Sedangkan model dialog adalah bentuk komunikasi dua arah yang di dalamnya terdapat pelibatan antara sumber dan penerima dalam situasi yang seimbang. Model dialog sebagai bentuk komunikasi yang mendasar dan sering digunakan dalam proses penyadaran kritis. Proses komunikasi penyadaran kritis tidak dapat dilepaskan dari bentuk pesan dan daya tarik pesan komunikasi yang dibagikan kepada partisipan gerakan petani. Bentuk pesan penyadaran dapat berupa informasi yang berisi data-data obyektif, promosi yang berisi ide-ide untuk diikuti, persuasi yang berisi ajakan untuk merubah perilaku dan advokasi yang berisi meminta dukungan dari pengambil keputusan dalam isu gerakan petani baik internal maupun eksternal. Daya tarik pesan komunikasi penyadaran dapat muncul dalam bentuk rasionalitas dengan menunjukkan nilai manfaat atas sesuatu, bentuk emosional dengan menunjukkan emosi positif senang, humor, bangga dan emosi negatif marah, tidak suka, bersalah sehingga meninggalkan atau melakukan hal tertentu dan daya tarik moral dengan menunjukkan ajakan untuk melakukan sesuatu dengan pertimbangan mana yang baik dan tepat dilakukan. Pelibatan partisipan dalam proses komunikasi penyadaran kritis yang dilakukan oleh serikat petani dipengaruhi oleh disposisi personal atau karakteristik yang melekat dalam diri partisipan. Disposisi personal ini berupa gender, usia, pengalaman, pendidikan dan sebagainya. Disposisi personal partisipan gerakan petani menentukan sejauhmana pilihan menentukan saluran komunikasi yang dapat mereka akses. Semakin tinggi tingkat aksesbilitas partisipan dalam saluran komunikasi, maka semakin tinggi pula keterlibatan mereka dalam proses pembangkitan kesadaran. Selain berhubungan dengan pilihan atas saluran komunikasi penyadaran, disposisi personal juga berhubungan dengan konstruksi motivasi dan kesadaran yang selanjutnya secara inherent sebagai kesatuan dengan proses komunikasi penyadaran menghasilkan aksi kolektif gerakan petani. Proses komunikasi penyadaran kritis juga dapat dilihat di mana konstestasi isu terjadi. Arena kontestasi isu terkait dengan ruang, level dan bentuk kekuasaan dibalik isu terjadi. Level kontestasi terjadi pada tingkat lokal, nasional dan global. Sedangkan ruang kontestasi dapat terjadi di ruang yang menutup pelibatan partisipan dalam pengambilan keputusan closed space. Ruang konstestasi mandiri yang diciptakan oleh gerakan petani sebagai counter ruang sebelumnya yang disebut sebagai claimedcreated space. Dan ruang yang membuka pelibatan semu partisipan dengan kontrol tetap dipegang oleh pengambil kebijakan yang disebut sebagai ruang invited space. Bentuk kekuasaan yang berada dibalik isu meliputi visible power yaitu aktor atau lembaga terstruktur dan formal yang memiliki kuasa atas kebijakan suatu isu yaitu Negara. Bentuk kekuasaan hidden power adalah aktor atau lembaga yang tidak secara langsung memegang kuasa atas kebijakan isu namun dirasakan keberadannya dalam isu gerakan petani. Yang terakhir adalah invisible power yaitu sistem budaya atau ideologi yang mendasari kebijakan yang dibuat oleh visible power. Keberadaannya tidak terlihat namun memiliki dampak yang besar terhadap isu. Sebagai sebuah akhir dari proses komunikasi penyadaran kritis, aksi kolektif gerakan petani dilihat sebagai proses yang berkesinambungan praksis. Sebagai sebuah tahapan proses penyadaran, aksi kolektif dilihat dalam tujuh tahapan yaitu kesadaran, respek, konteks, integrasi, pemberdayaan, praksis dan transformasi. Tahapan kesadaran sebagai tahapan dasar identifikasi kesenjangan antara diri partisipan dengan konteks isu. Tahapan respek sebagai sumbangsih nilai dan pengetahun personal terhadap konteks isu. Tahapan konteks sebagai pengenalan terhadap konteks sosial politik yang terdapat dalam isu. Tahapan integrasi sebagai penyatuan konseptual dengan fakta dibalik isu. Tahapan pemberdayaan sebagai proses adaptasi tekanan sebagai tujuan pemberdayaan dengan isu. Tahapan praksis sebagai proses penyusunan advokasi dalam Proses framing aktor merespon isu. Dan tahapan transformasi sebagai internalisasi pengalaman dan perubahan identitas. Ketujuh tahapan proses penyadaran kritis ini dilihat sebagai sebuah rangkaian yang menghasilkan aksi kolektif gerakan petani. Gambar 2.4 Kerangka pemikiran Disposisi personal Komunikasi penyadaran kritis - Media komunikasi - Teknik komunikasi - Bentuk komunikasi - Pesan Komunikasi Kerangka Isu Ketidakadilan Aksi kolektif Kesadaran dan motivasi Kerangka identitas Arena Kontestasi wacana isu 3 METODE PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian