Relasi Kuasa Manusia Atas Alam Dibalik Pertanian Organik

Tabel 5.1 Sebaran basis dan isu dalam penelitian Kabupaten Paguyuban Isu Divisi serikat Semarang Al-Barakah Pertanian organik padi Ekonomi pertanian Harapan Makmur Pemberdayaan LSD pemuda Kepemudaan Boyolali Forum Perempuan Pemberdayan ekonomi perempuan Perempuan Wonosobo Sindoro Kasih Perdes Peraturan Desa Organisasi politik Ciri dari gerakan sosial baru adalah bentuk pengorganisasian yang multi isu. Demikian halnya, gerakan petani yang diusung oleh SPPQT masuk ke tingkat basis dengan beragam isu. Keberagaman isu di tingkat basis menunjukkan bahwa masyarakat petani memiliki kompleksitas permasalahan dengan derajat yang berbeda-beda. Dasar inilah yang digunakan serikat untuk memilah strategi dan teknik untuk masuk ke dalam isu tertentu. Konteks petani menurut pandangan serikat tidak lagi terbatas pada orang yang bertani, melainkan meluas menjadi orang yang hidup di dalam masyarakat pedesaaan seperti perempuan petani, pemuda tani, pedagang, wiraswasta dan pegawai pemerintahan. Inilah yang menarik dari aspek heterogenitas profesi basis, serikat mampu mewadahi semuanya. Fase perjalanan serikat saat ini sudah memberikan perhatian kepada pemuda desa sebagai alat regenerasi para petani kedepannya. Meski baru berdiri, lembaga LSDP Lumbung Sumber Daya Pemuda memiliki tujuan dan arah yang jelas yaitu menciptakan pemuda tani yang memiliki daya kreatifitas bagi kelompok dan desanya. Di samping pemuda tani, kaum perempuan desa juga menjadi basis organisasi dengan membentuk kelompok dan forum perempuan tingkat desa. Berikut merupakan pandangan serikat terhadap latar belakang kemunculan isu.

5.2 Relasi Kuasa Manusia Atas Alam Dibalik Pertanian Organik

Program pertanian organik sudah lama dikembangkan sejak serikat berdiri. Latar belakang mengapa perlu pertanian organik, tidak sekedar mengikuti arus saat itu yaitu pembangunan pertanian berkelanjutan. Namun, ikhtiar serikat sejak awal adalah harmonisasi antara alam dan manusia dalam bentuk kegiatan yang tidak merusak alam dan usaha produksi yang berdampingan dengan alam. Salah satu ikhtiarnya adalah program pertanian organik. Isu pertanian organik muncul karena keprihatinan terhadap penggunaan bahan-bahan kimiawi yang berasal dari pabrikan. Penggunaan bahan-bahan kimiawi ini telah dimulai sejak program revolusi hijau digulirkan. Program revolusi hijau dengan tujuan perbaikan pola produksi dan ujungnya adalah peningkatan kuantitas hasil panen ternyata justru harus dijual mahal dengan kerusakan ekologi. Penggunaan pestisida dan pupuk kimia telah merusak tanah dan mengganggu organisme di dalamnya. Kerusakan ini baru terlihat setelah sekian lama program revolusi hijau digulirkan. Ketergantungan tanah terhadap unsur kimia pabrikan, semakin membuat tanah haus akan bahan kimia dan implikasinya dosis perlu mendapat tambahan. Dari sisi kesehatan manusia, ternyata pemakaian bahan kimia pabrikan membahayakan terhadap tubuh. Hal ini karena kandungan kimia yang melekat dalam produk pertanian. Apabila ini masuk dalam tubuh dapat menyebabkan penyakit. Ini juga yang menjadi alasan keprihatinan serikat terhadap penggunaan bahan-bahan kimia pabrikan dalam pertanian. Oleh karena, program pertanian organik menjadi usaha untuk mengembalikan keseimbangan alam. Pupuk kimia diganti dengan menggunakan pupuk organik yang dibuat dari bahan-bahan organik dan ramah lingkungan yang ada di sekitar petani. Pestisida kimiawi diganti menjadi pestisida organik yang ramah lingkungan karena dibuat dari bahan-bahan yang ramah lingkungan dan dibuat sendiri oleh para petani. Program pertanian organik sudah dilakukan sebelum adanya serikat yang dilakukan oleh LSM. Ketika serikat berdiri, program ini diperluas kepada seluruh paguyuban. Salah satu paguyuban yang menjadi pionir pertanian organik adalah paguyuban Al-Barakah di Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Paguyuban Al-Barakah telah berdiri sejak tahun 1999. Kondisi geografis yang cocok untuk pengembangan padi sawah dinilai tepat untuk program pertanian organik. Berawal dari inisiasi tiga orang yaitu Kyai BR, ML dan MF pertanian organik mulai di kenalkan pada anggota petani di paguyuban Al-Barakah. Program pertanian organik yang dikembangkan paguyugan Al-Barakah ternyata mendapat perhatian dari Dirjen Tanaman Pangan Kementrian Pertanian RI. Pada tahun 2004 program pertanian organik Al-Barakah mendapatkan penghargaan dari Presiden RI dalam menjuarai verifikasi intensifikasi padi organik tingkat nasional serta mendapat penghargaan dari Mentri Pertanian RI dalam program Ketahanan Pangan dan Kelestarian Lingkungan. Untuk tingkat lokal, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menetapkan wilayah Paguyuban Al- Barakah sebagai sentra pertanian organik di Kabupaten Semarang. Sedangkan pak MF sendiri tahun 2011 mendapatkan penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara oleh Presiden RI atas usahanya mengembangkan pertanian organik di wilayahnya. Sebenarnya program pertanian organik menyasar ke semua paguyuban, namun karena karakteristik wilayah dan sosio ekonomi sangat beragam, hanya beberapa paguyuban saja yang berhasil mengembangkan pertanian organik. Selain di Kabupaten Semarang, serikat juga mengembangkan pertanian organik di wilayah paguyuban petani di Kabupaten Magelang dan Purwodadi. Yang menarik bahwa paguyuban Al-Barakah sampai saat ini mempertahankan konsep pertanian organik meski mendapat gempuran dari perusahaan pupuk dan pestisida pabrikan. Kondisi ini yang menjadi bahan kajian penyadaran dalam proses pengembangan pertanian organik. Kemunculan pertanian organik merupakan respon terhadap model pertanian modern yang dikenal dengan revolusi hijau zaman orde baru. Paradigma revolusi hijau disamping merubah hubungan manusia atas alam, juga merubah hubungan manusia di pedesaan. Penggunaan asupan bahan kimia pabrikan membuat ekosistem menjadi rusak dan resisten terhadap hama dan penyakit. Hubungan manusia di pedesaan pun mengalami perubahan dengan munculnya sistem upah buruh, bagi hasil, sewa dan sebagainya. Hubungan sosial didasarkan pada kepemilikan alat produksi dengan munculnya pemilik tanah dan penggarap. Perubahan ini mendorong masyarakat petani masuk dalam lingkaran modernisasi. Semua dampak ekologis dan sosial ini mendorong munculnya konsep “kembali ke alam” back to nature. Pertanian organik yang dikembangkan serikat sesuai dengan prinsip kesehatan, ekologi, keadilan dan perlindungan IFOAM, 2013. Prinsip pertanian organik menempatkan relasi manusia dan alam dalam satu kesatuan. Manusia mengambil sumber daya dari alam tanpa harus merusak dan tetap melestarikan alam. Prinsip ekologi menempatkan manusia tidak hidup seorang diri dalam tatanan daur ulang sistem, melainkan ada alam lain dimana mahkluk lain juga tetap hidup. Berdasarkan prinsip kesehatan, pertanian organik tetap memberikan input dan output yang menyehatkan baik ekosistem maupun manusia itu sendiri. Prinsip keadilan menempatkan hubungan yang setara baik antara sesama manusia dalam pengelolaan pertanian organik maupun kesetaraan manusia dengan alam, penindasan sangat bertolak belakang. Prinsip perlindungan menekankan jaminan keamanan terhadap generasi saat ini dan masa depan serta lingkungan. Prinsip ini yang diterapkan oleh serikat di tingkat basis yaitu pada Paguyuban Al-Barakah. Anggota Paguyuban Al-Barakah sendiri menyadari bahwa kemunculan pertanian organik sendiri tidak dapat dilepaskan dari prinsip ekonomi. Berikut adalah pandangan anggota terhadap latar belakang isu pertanian organik. “......Kalo tidak dipancing dengan harga yang tinggi, maka petani tidak mau menanam..... Tidak bisa secara langsung, bahwa organik itu sehat dan sebagainya. Kalo tentang itu, mereka tidak mau. yang jelas pegangan pertama itu ya ekonomi. Baru setelah itu, baru mereka kita kasih cara menanamnya, aspek kesehatan....” FGD, 02032013 Keterlibatan anggota dalam pertanian organik dibungkus dengan iming- iming ekonomi pada awalnya. Hal ini didasarkan minimnya pengetahuan dan pengalaman mereka tentang sistem pertanian organik, sedangkan mereka selama ini menggunakan sistem pertanian ala revolusi hijau. Mereka tidak tertarik apabila harga gabah organik sama dengan harga gabah non-organik, ini menjadi dasar mereka. Pintu masuk ekonomi menjadi latar belakang ketertarikan petani untuk ikut dalam kelompok tani organik. Setelah itu, prinsip kesehatan mulai disampaikan kepada anggota kelompok. “Petani ini inginnya bagaimana menanam yang baik, ramah lingkungan, tidak ketergantungan , tapi harganya menjanjikan. Awalnya belum ada kesadaran dari temen-teman petani. Awalnya baru ada tiga yaitu, saya, Kyai BR dan Pak ML anaknya Kyai BR. Ya tiga orang itu sebagai pendiri. Kemudian di fasilitasi oleh sppqt. Yang membahasakan organik itu ya temen-teman pendiri dibantu dengan sppqt. Dulunya petani ngga ngerti, itu bahasanya apa” Pak MF, 13102012 Konstruksi makna pertanian organik sendiri berbeda di tingkat serikat dengan basis. Bagi serikat pertanian organik dimaknai dalam konteks pola pertanian hulu sampai hilir yang menekankan pada asupan non kimiawi sedikitpun, sedangkan di level basis masih terdapat penggunaan asupan kimia meski sedikit. Perbedaan makna ini disadari oleh serikat karena faktor kebiasaan penggunaan bahan kimia yang telah mendarah daging oleh petani. Dari perdebatan dua makna ini, muncullah istilah semi organik di desa Katapang seperti yang diungkapkan oleh pak NA dan organik murni oleh pak TR sebagai Ketua Divisi Pertanian dan Ekonomi SPPQT. “Budidaya organik yang dilakukan adalah semi organik. Kalo biasanya pakai kimia ½ kuintal dikurangi menjadi ¼ kuintal ditambah pupuk organik. Lama-kelamaan dikurangi lagi, lalu ditinggalkan hingga tanah itu menjadi subur. Optimis organik terus, tapi tanahnya tidak semua organik. Kalo tanah yang sudah jadi organik di pindah ke non-organik ya eman-eman. Tanah yang kimia saya juga punya. Tidak semua organik tanah yang diusahakan. Sampai saat ini masih dilkakukan pemisahan lahan organik dan non-organik. Lahan organik seluas 1500 m 2 sedangkan 3500 m 2 adalah lahan kimia. Karena itu tanahnya itu masih buruh dengan orang lain dan punya orang tua. Karena orang yang punya lahan tidak mau diorganikkan lahannya. Yang 1500 m 2 itu dibagi lagi yaitu 500 m 2 milik sendiri, dan 1000 m 2 dari warisan orang tua. Untuk kedepannya ya masih tetap semi dulu, kalo yang organik sudah mapan, baru pindah ke yang lain. Kalo setiap hari kadang makan yang organik, kadang makan yang kimia. Baik organik ataupun kimia dijual dan dikonsumsi sendiri” Wawancara Pak NA, 02032013 “Nah untuk kasus yang di Ketapang, itu yang organik murni itu hanya segelintir saja, kebanyakan masih belum organik. Saya juga sudah datang ke sana. Mereka yang semi organik ini juga mengatakan organik. Kalo ditempat saya itu yang semi ini tidak saya pakai. Kalo menurut definisi CNI lembaga sertifikasi organik untuk kasus ketapang itu ya sudah oganik, karena tidak memakai asupan bahan kimia. Tapi kalo saya kan tidak, dari proses sejak awal itu” Wawancara Pak TR, 06032013 Relasi kuasa manusia atas alam dalam kasus pertanian organik ini didasarkan pada prinsip ekonomi, meski perlakukan organik tetap mengedapankan kelestarian alam. Isu harga menjadi dasar petani untuk bertani organik. Konteks keadilan dimaknai sebagai timbal balik ekonomi yang didapat dari hasil pertanian organik satu sisi, sedangkan ekosistem tetap terjaga dalam proses ini. Hal ini senada diungkapkan oleh Suhardjono 2006, bahwa isu gerakan pertanian organik tidak hanya sebatas gerakan sosial ekonomi tetapi juga merupakan gerakan moral untuk menjaga lingkungan. Meskipun gerakan sosial memasuki ranah market pasar khususnya dalam pertanian organik tidak dapat dipungkiri, namun perlindungan terhadap kesehatan, ekologi, lokalitas dan hubungan sosial masyarakat tidak seharusnya dikapitalisasi Starr A 2010.

5.3 Keberdayaan Perempuan Menuju Keselarasan Relasional