kelompok kecil, bentuk-bentuk berbagi pengalaman individu seperti esai, artikel, dan kuliah juga memberikan kontribusi terhadap proses consciousness raising.
Campbell 1973 dalam Soward dan Renegar 2004. Selain itu,Campbell menyatakan bahwa kelompok-kelompok tertindas cenderung mengembangkan
kepribadian sifat pasif. Penumbuhan kesadaran adalah gaya komunikasi yang menarik untuk orang yang bekerja dalam perubahan sosial. Campbell 1989
dalam
Soward, Renegar 2004. Teknik penumbuhan kesadaran selain menggunakan media kelompok
juga dapat menggunakan teknik seperti berbagi cerita pribadi di depan umum, buku dan majalah, berbagi pengalaman dan membaca teori feminis dalam ruang
kelas, konsumsi budaya populer, mengeksplorasi isu-isu keragaman dan audiens baru, dan membuat pilihan baru untuk ekspresi diri. Soward, Renegar 2004
Cerita pribadi memainkan peran penting dalam membantu orang menyadari akan pengalaman penindasan mereka atau diskriminasi yang tidak
terisolasi. Berbagi pengalaman di ruang kelas untuk mengekspos ide-ide baru, menantang gagasan-gagasan mereka tentang feminisme. Budaya populer juga
menjadi forum yang layak untuk penumbuhan kesadaran. Banyak perempuan muda diberdayakan oleh perempuan yang menjadi panutan mereka dan menjadi
sadar akan penindasan mereka sendiri dan kemungkinan emansipasi melalui konsumsi budaya populer.
Banyak teks feminis sengaja berusaha untuk mencakup beragam etnis, sosial, dan perspektif ekonomi untuk menciptakan rasa inklusif. Isu yang dibahas
seperti budaya patriarkhi, diskriminasi dan sebagainya. Pembangkitan kesadaran menciptakan banyak pilihan untuk ekspresi diri. Elemen pembangkitan kesadaran
ditemukan dalam budaya populer, kelas, atau buku dan majalah yang memungkinkan individu untuk mengambil apa yang mereka inginkan dari teori
feminis, mengambil dan meninggalkan apa yang tidak berguna. Fungsi-fungsi retoris penumbuhan kesadaran membuat orang untuk bersuara. Kesadaran kritis,
tidak hanya mengarah kepada ekspresi diri tetapi juga memacu aktivitas pribadi yang menjadi target perubahan sosial. Selain itu saluran penyadaran kritis dapat
berupa tatap muka Ostrom 1998; media audio, video, mobile, dan social software
Chock 2006 dan media alternatif seperti drama Torre 1990.
2.7 Model Komunikasi Penyadaran : Monolog atau Dialog
Model komunikasi pembangunan yang berkembang saat ini memiliki dua implikasi terhadap perubahan sosial di dalam masyarakat. Mefalopulos 2008,
membedakannya menjadi model komunikasi advokasi dan komunikasi pembangunan. Komunikasi advokasi menekankan pengaruh perubahan di tingkat
masyarakat atau kebijakan dan mempromosikan isu-isu yang berkaitan dengan pembangunan. Tujuan komunikasi advokasi adalah meningkatkan kesadaran
tentang isu-isu panas pembangunan, menggunakan metode komunikasi dan media untuk mempengaruhi audiens spesifik dan mendukung perubahan yang disengaja.
Sedangkan komunikasi pembangunan mendukung perubahan berkelanjutan dalam pembangunan dengan melibatkan pemangku kepentingan utama. Tujuan
komunikasi pembangunan adalah menetapkan lingkungan yang kondusif untuk menilai risiko dan peluang pembangunan, menyebarkan informasi, mempengaruhi
perilaku dan perubahan sosial. Dalam konteks ini, maka komunikasi penyadaran tidak hanya bertujuan pada advokasi namun juga mempengaruhi perilaku
partisipan dan adanya perubahan sosial pada akhirnya.
Berdasarkan hal ini, maka bentuk komunikasi penyadaran menggunakan bentuk dasar komunikasi sebagaimana Mefalopulos 2008 membaginya menjadi
dua bentuk dasar yaitu monolog yang berarti model klasik komunikasi satu arah dan dialog yang didasarkan pada dua arah dan interaktif.
Tabel 2.3 Model dasar komunikasi Model monolog
Model dialog Perbedaan
Komunikasi untuk menginformasikan
Komunikasi untuk persuasi
Komunikasi untuk
penilaian Komunikasi
untuk pemberdayaan
Tujuan utama
Membangkitkan kesadaran
atau meningkatkan
pengetahuan audiens
Merubah sikap
dan perilaku
audiens Menilai,
menggali dan
menganalisa situasi
Pelibatan stakholders
dalam pengambilan
keputusan isu
Model Satu arah
Satu arah Dua arah
Dua arah Metode
Dominan menggunakan
media massa Dominan
menggunakan media massa
Penggunaan metode
investigasi isu
yang dalam
Penggunaan dialog
untuk partisipasi
Selanjutnya White , et al 2004 mengkaitkan komunikasi pembangunan partisipatori sebagai proses dialog. Model komunikasi pembangunan partisipatori
terdiri atas empat konsep yaitu; heteroglossia, dialog atau dialogisme, karnaval dan poliphoni. Bentuk atau isi komunikasi pembangunan terdiri atas tiga bidang;
bidang informasional, bidang ideologi dan bidang entertainment. Bidang informasional yaitu fungsi komunikasi untuk membantu aliran informasi yang
dibutuhkan dalam aktifitas spesifik pembangunan. Berbagi pengetahuan dan informasi diperlukan dalam sistem transmisi untuk mengurangi distorsi. Ini
merupakan domain dari telekomunikasi dan media lain. Akan tetapi terdapat masalah interpretasi informasi dalam konteks tertentu; teknik informasi tidak
selalu transparan kepada semua partisipan dan dari sini timbul selalu kesalahpahaman dan kesalahinformasi.
Istilah ideologi digunakan untuk memaknai totalitas ide, konsep, kategori dan gambaran pemikiran representasi sistem dimana partisipan menggunakan dan
membuat aktifitas pembangunan. Bidang komunikasi entertainment bekerja
dalam bentuk komikal yang serius seperti; ritual populer, festival, parodi, dan candaan. Inilah fungsi komunikasi yaitu untuk mengurangi kekakuan, dogma
ideologis, fetitisme pemujaan informasi dan menemukan cara untuk keluar melalui candaan ketika pembangunan menjadi berliku. Konsep heteroglossia
menekankan fakta bahwa sistem pembangunan terdiri atas keberagam perbedaan kelompok dan komunitas seperti ekonomi, sosial dan faktor budaya. Dan juga
perbedaan dalam level aktifitas pembangunan lokalnasional, makromikro, publikprivat, teknikideologi, informasionalemosional.
Dialog sendiri menurut Nair dan White dalam White, et al, 2004 didefinisikan sebagai komunikasi transaksional dimana pengirim dan penerima
pesan berinteraksi selama periode waktu tertentu untuk berbagi makna. Bentuk dasar dari dialog adalah percakapan diantara dua orang. Beberapa pembicara
membawa suara orang lain ketika tidak hadir dalam moment tertentu dalam mendukung atau menyangkal argument, melegitimasi posisi dan ekspresi
solidaritas dengan atau beroposisi dengan komunitas pembicara yang lebih besar. Dialog terdiri atas dua yaitu, dialog internal merupakan aspek yang penting dalam
proses dialog, seperti meditasi. Subyek meditasi sadar tentang lingkungan dunia sekitarnya dan subyek lain yang ada di dunia. Mereka berbicara dengan diri
mereka sendiri dengan tenang, beragumentasi dan mencoba memahami posisi mereka sendiri. Dialog eksternal terjadi dapat terjadi antara banyak partisipan
yang terpisah dengan waktu dan ruang melalui beragam cara media komunikasi, wacana pembangunan, dan teks.
Esensi dialog adalah pengakuan dan respek kepada pembicara lainnya, suara lain sebagai subyek yang otonomi dan bukannya sebagai obyek komunikasi.
Dalam dialog partisipasi setiap orang memiliki hak yang sama dan didengar, dan diharapkan suara mereka tidak tersandera atau tergabung dengan suara orang lain.
Dialog tertinggi adalah poliphoni yaitu suara yang tidak digabung dan suara yang berbeda berkembang sepenuhnya kepada bentuk yang terbuka, saling menerangi
dan tidak digelapkan oleh bayangan orang lain.
Konsep karnaval dalam beragam bentuk seperti cerita rakyat, komik, festival, permainan, parodi yang semuanya banyak atau sedikit didasarkan pada
humor dan candaan. Perencana komunikasi pembagunan dan praktisi mengakui kekuasaan komunikasi karnaval. Media radio, televisi dan film digunakan dalam
representasi karnaval. Komunikasi pembangunan dan media dapat menjadi karnaval dengan tujuan untuk partisipasi bagi masyarakat. White, et al 2004
2.8 Pesan Komunikasi Penyadaran Kritis