Komunikasi Penyadaran Kritis Communication of critical consciousness in peasant movement : case study of peasant movement on serikat paguyuban petani qaryah thayyibah.

1. Protagonis; di dalamnya adalah orang-orang yang mengadvokasi, orang yang bersimpati terhadap nilai, keyakinan, tujuan, dan aktivitas serta orang yang mendapat manfaat dari aksi gerakan. 2. Antagonis; di dalamnya adalah orang-orang atau kelompok yang bersebrangan dengan pihak protagonis 3. Audiens; di dalamnya adalah orang atau kelompok yang bersifat netral atau pihak pengamat yang tidak memiliki komitmen terhadap gerakan, namun menjadi pengamat saat ada kegiatan dan meresponnya. Framing diagnostik melibatkan motif dan identitas pihak antagonistik atau sasaran perubahan, framing motivasional menekankan konstruksi sosial dan motivasi serta identitas protagonistik. Proses framing merupakan jembatan mobilisasi sumber daya dan peluang politik untuk mewujudkan aksi kolektif gerakan petani.

2.4 Komunikasi Penyadaran Kritis

Kesadaran merupakan konsep yang menghubungkan proses individu dan kolektif sehingga proses individu seperti identifikasi, kognisi, emosi dan motivasi menghasilkan aksi. Definisi melibatkan empat unsur-unsur independen: 1 perasaan bahwa nasib seseorang terkait dengan anggota lain dari kelompok atau kategori gay, petani, perempuan, kulit hitam, 2 puas dengan kekuatan dan pengaruh kelompok, 3 keyakinan bahwa perbedaan kekuasaan adalah hasil dari struktur daripada faktor-faktor individu, dan 4 orientasi kolektif menebus ketidakadilan. Stekelenburg, Klandermans 2007 Menurut La Belle 1987 bahwa pembangkitan kesadaran consciousness raising CR dapat memiliki aspek dimensi konsep dan praktik. CR merupakan bagian dari pedagogi, yang menghubungkan tindakan antara fasilitator dengan partisipan. Hubungan ini dibangun melalui diskusi pengalaman sejarah yang kongkrit dalam dialog yang disengaja untuk menuju kepada saling belajar tentang realitas sosial partisipan. Melalui konfrontasi masalah sosial dengan realitas mereka sendiri, partisipan diharapkan mencapai transformasi dan meningkatnya kesadaran. Konsep pedagogi selalu diidentikkan dengan Freire yang menolak pendidikan massal, karena mengandalkan kebisuan dan kepasifan, meniadakan kritisme dan membuat partisipan sebagai obyek 1 ketimbang realitas subyek. Freire juga menyatakan bahwa pendidikan tidak dapat netral, pendidikan harus bersifat partisipatori dan harus melibatkan refleksi diri dan pemikiran kritis tentang individual dan masyarakat, pengembangan personal tergantung pengaruh saling keterhubungan antar individual dengan orang lain dan obyek, pendidikan 1 Freire menjelaskan model pendidikan yang menjadikan petani sebagai obyek adalah model pendidikan penyuluhan extension menuntun petani menjadi “sesuatu” dari sebuah obyek proyek pembangunan yang menghilangkan kemampuan mengubah realitas dunia. Dalam konsep ini petani tidak berpendidikan dan ditipu dengan propaganda dari suatu mahluk “alien” dunia budaya yang superior yaitu para ahli teknokrat. Konsep penyuluhan extension sebagai invasi budaya yaitu sebuah tingkah laku yang bertentangan dengan dialog sebagai bentuk pendidikan yang alami. Dari sini muncul perlawanan model komunikasi dialogis sebagai lawan dari penyuluhan. Freire 2005. harus terhubung dengan pertanyaan masyarakat, khususnya perjuangan politik dan ekonomi diantara kelas sosial, pendidikan tidak terjadi jika tidak melibatkan praksis atau menguji pengetahuan baru, dan dunia dimana manusia tinggal dan menjadi bagian dari diri mereka. Dalam pendidikan pedagogi terdapat istilah Conscientization penyadaran. Konsep penyadaran tidak menyebabkan orang untuk fanatisme merusak. Sebaliknya, dengan menciptakan penyadaran memungkinkan orang untuk memasuki proses sejarah sebagai subjek yang bertanggung jawab. Penyadaran membantu mereka dalam mencari penegasan diri dan dengan demikian menghindari fanatisme. Kebangkitan kesadaran kritis sebagai cara untuk ekspresi ketidakpuasan sosial yang merupakan komponen nyata dari situasi yang menindas. Freire 2000 Freire sendiri menjelaskan terdapat empat tipe kesadaran yaitu; kesadaran magis, naif, kritis dan fanatik. Keempat tipe kesadaran dalam kenyataannya tidak selalu berada pada satu bentuk saja, namun dapat memilik bentuk kesadaran lainnya dalam menjelaskan permalahan yang ada. VeneKlasen dan Miller, 2002 1. Kesadaran magis. Bentuk kesadaran ini menjelaskan kejadian serta kekuatan yang membentuk hidup mereka dalam istilah mitos, magis atau kekuatan di luar pemahaman dan kontrol mereka. Bersikap fatalistis dan berasal dari takdir Tuhan. Menganggap diri mereka rendah dan merasa nyaman dengan pencitraan yang diberikan oleh pihak yang berkuasa. 2. Kesadaran naif. Memiliki pemahaman yang tidak lengkap. Mereka berusaha menyesuaikan kehidupan mereka dengan keadaan yang ada. Mereka terus menerus menerima ide-ide dari pihak penguasa dan menirunya. Sisi lain memandang rendah dan menolak kehidupan masyarakatnya sendiri. 3. Kesadaran kritis. Bentuk kesadaran yang mulai menganalisa penyebab ketertindasan dan kemiskinan. Mulai mempertanyakan nilai-nilai, peraturan yang dibuat oleh penguasa. Menganggap bahwa sistem sosial sebagai penyebab penderitaan dan penindasan bukan berasal dari individual. Selanjutnya hanya dengan melakukan perubahan sosial dapat menjawab semua permasalahan. 4. Kesadaran fanatik. Bentuk kesadaran sangat ekstrim melampui nalar. Mereka menolak pihak penguasa tanpa melakukan penilaian terlebih dahulu baik-buruk. Kembali pada nilai-nilai lehuhurtradisionaladat dan selalu membesar-besarkannya. Tindakan cenderung destruktif, kaku dan tidak fleksibel serta dilandasi kebencian ketimbang kesadaran. Tergantung penuh pada pemimpin mereka. Korin dalam Hernandez et.al. 2005 menjelaskan bahwa kesadaran naif mengacu kepada orang yang menerima peran ketertindasannya sebagai given, dan sikap fatalistik dalam diri orang itu sendiri. Kesadaran mitos mengacu kepada orang yang mengenali penindasan akan tetapi bereaksi didasarkan pada emosi mereka. Bagi pemikir naif, yang penting adalah normalisasi hari ini. tujuannya adalah justru untuk berpegang teguh pada ruang hari ini, terjamin dan menyesuaikan untuk itu. Dengan demikian menyangkal temporalitas. Sedangkan kesadaran kritis memegang teguh pada transformasi realitas dan terjadinya proses humanisasi terus menerus. Kesadaran mistis melahirkan sektarianisme dan fanatisme. Di dalamnya terjadi pengasingan, tidak rasional dan melihat kenyataan palsu. Sedangkan kesadaran kritis melahirkan radikalisasi yang dipelihara oleh semangat kritis dan selalu kreatif. Radikalisasi selalu mengkritik dan menuju pembebasan yang melibatkan komitmen yang selalu meningkat ke posisi berikutnya serta pelibatan yang besar dalam upaya mengubah tembok realitas obyek. Untuk menghasilkan kesadaran kritis diperlukan dialog. Hanya dialog yang memerlukan pemikiran kritis dan mampu menghasilkan pemikiran kritis. Tanpa ada dialog tidak ada komunikasi, dan tanpa komunikasi tidak mungkin ada pendidikan sejati. Freire 2000. Pendapat lain tentang group consciousness raising adalah tulisan King, Steward 1999. Keduanya melihat kekuatan lingkungan sosial untuk mempengaruhi perkembangan kesadaran kelompok. Sebagai contoh, keberadaan ideologi bersama yang mendukung status dan distribusi sumber daya yang adil antar kelompok akan cenderung menghambat perkembangan kelompok kesadaran. Penelitian lain yang terkait kelompok penumbuh kesadaran adalah James W. Chesebro, John F Cragan dan Patricia McCullough 1973. Kajian ini mempelajari proses revolusioner radikal kelompok kecil yang disebut dengan pembangkitan kesadaran consciousness raising. Pembangkitan kesadaran merupakan interaksi personal tatap-muka yang muncul untuk menciptakan orientasi psikologis baru bagi mereka yang terlibat dalam proses tersebut. Para peserta mengembangkan identitas baru kelompoknya sering menghasilkan “minoritas baru” yang dapat mengarah pada pembentukan divisi sosial seperti jenis kelamin, usia, kecenderungan seksual, pendidikan, kekayaan, kekuasaan atau prestise. Hasilnya adalah sesama anggota kelompok menganggap sebagai sebuah keluarga dan komunitas kultural. Teknik CR menggunakan tatap muka melalui proses saling berbagi pengalaman akan menghasilkan teori dan tindakan politik. Menurut Sarachild 1978, tujuan membentuk kelompok penyadaran termasuk perempuan adalah memulai sebuah gerakan massa perempuan untuk mengakhiri hambatan segregasi dan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin. Penumbuhan kesadaran dipandang sebagai sebuah metode untuk sampai pada kebenaran dan sarana bagi tindakan dan pengorganisasian. Tujuan dari penumbuhan kesadaran adalah untuk sampai ke kebenaran yang paling radikal tentang situasi perempuan dalam rangka mengambil tindakan yang radikal, tetapi bisa menjadi cara untuk mencegah pemahaman dan mencegah tindakan radikal. Selanjutnya Sarachild menyimpulkan bahwa penumbuhan kesadaran sebagai sebuah senjata yang radikal Consciousness Raising : A Radical Weapon. Penelitian Hernandez et.al., 2005 tentang penggunaan kesadaran kritis pada proses terapetik keluarga membuktikan bahwa kesadaran kritis dapat menciptakan akuntanbilitas dan pemberdayaan sebagai kunci dari proses family therapy . Akuntabilitas dapat membongkar dominansi, sedangkan pemberdayaan dapat membongkar penaklukan yang terjadi baik di level mikro maupun makro.

2.5 Tahapan Pembangkitan Kesadaran