Observasi Observing Siklus II

113 mendorong siswa untuk berhipotesis. Selain itu guru memberikan bimbingan dengan berkeliling pada setiap kelompok. Tahapn inkuiri terbimbing selanjutnya yaitu mengumpulkan data. Guru membagi alat dan bahan untuk percobaan secara adil kepada siswa. Sebelum melakukan percobaan guru membimbing siswa untuk memahami alat dan bahan serta langkah kerja. Hal itu dilakukan agar siswa terbiasa memahami langkah kerja sebelum melakukan percobaan. Pada pertemuan pertama dan kedua guru memberikan bimbingan ketika siswa melakukan percobaan, misalnya pada pertemuan pertama guru membimbing siswa bagaimana cara menuangkan air pada bak dan cara menanam rumput. Pada tahap ini guru sudah memberikan motivasi kepada siswa agar berperan aktif dan memperhatikan jalannya percobaan yang pada siklus I belum dilakukan. Kelemahan pada siklus I sudah diperbaiki oleh guru pada siklus II. Menguji hipotesis merupakan tahap setelah melakukan pengumpulan data. Guru membimbing siswa mendiskusikan hasil temuan dari proses pengumpulan data disertai dengan menjawab pertanyaan yang ada di LKS. Guru membantu siswa memahami pertanyaan apabila ada kelompok siswa yang kebingungan. Pada siklus II pertemuan pertama dan kedua guru sudah mengaitkan antara hasil pengumpulan data dengan rumusan hipotesis. Guru membimbing siswa dengan bertanya jawab dan meminta siswa mengisi pernyataan apakah jawaban sementara terbukti atau tidak terbukti yang ada di LKS. Pada tahap ini guru sudah mengaitkan antara 114 jawaban sementara dengan rumusan masalah, artinya kelemahan pada siklus I sudah diperbaiki pada siklus II. Tahap terakhir dari strategi inkuiri terbimbing yaitu merumuskan kesimpulan. Guru membimbing siswa merumuskan kesimpulan dengan membimbing siswa mengisi pertanyaan pada kolom kesimpulan. Kegiatan selanjutnya guru memfasilitasi siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi. Berbeda dari pertemuan pada siklus I, pada siklus II semua anggota kelompok ikut maju ke depan kelas. Guru masih bertindak sebagai moderator untuk mengatur jalannya diskusi. Guru memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa untuk bertanya dan berpendapat ketika diskusi. Siswa yang tergolong pasif di kelas juga diberikan kesempatan oleh guru untuk berpendapat atau bertanya. Pada kegiatan akhir, guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan bertanya jawab. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan ini. Siswa yang selama pembelajaran IPA telah mengikuti dengan baik dan tertib diberikan pujian oleh guru. Guru memberikan bintang penghargaan bagi siswa yang selama pembelajaran berani bertindak, baik itu bertanya, berpendapat, atau menjawab pertanyaan. Guru memberikan motivasi kepada sisiwa yang belum terlibat aktif untuk lebih berani dalam bertindak. 2 Observasi Siswa terhadap Keterlaksanaan Pembelajaran Observasi ini dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru bagi siswa. Guru melaksanakan pembelajran IPA dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing, observasi siswa bertujuan 115 untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat melaksanakan setiap kegiatan dan langkah kerja strategi inkuiri terbimbing. Peneliti menggunakan lembar observasi siswa terhadap keterlaksanaan pembelajaran dengan mengacu pada lembar observasi guru. Pada kegiatan awal yaitu pada tahap orientasi siswa sudah melakukan kegiatan orientasi dengan baik. Saat guru melakukan apersepsi siswa mampu menjawab setiap pertanyaan guru dengan berani mengangkat tangan. Penyampaian tujuan dan pokok kegiatan yang akan dilakukan juga didengarkan dengan baik dan tenang oleh siswa. Indikator rasa percaya diri berupa berani bertindak nampak pada tahap ini. Tahap inkuri terbimbing yang kedua yaitu merumuskan hipotesis. Sebelum merumuskan hipotesis siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang akan dipelajari. Pada pertemuan pertama dan kedua siswa tertantang dengan rumusan masalah yang diajukan guru. Hal dikarenakan guru juga tidak memberitahukan jawabannya kepada siswa. Materi yang dipelajari juga belum pernah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Siswa dalam kelompok juga mulai bertanya-tanya dan memikirkan jawaban yang diajukan oleh guru. Tahap ketiga yaitu merumuskan hipotesis. Siswa merumuskan hipotesis secara berkelompok. Pada pertemuan pertama dan kedua siswa sudah mampu berdiskusi dengan baik bersama rekan satu kelompoknya. Semua siswa dalam kelompok terlihat duduk melingkar dan memperhatikan jalannya diskusi kelompok. 116 Kerja sama antar anggota kelompok terlihat meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa rasa percaya diri siswa mulai meningkat. Tahap selanjutnya yaitu mengumpulkan data. Setiap kelompok siswa menerima perlengkapan untuk melakukan percobaan. Kegiatan percobaan dilakukan di luar kelas. Sebelum melakukan percobaan setiap kelompok diminta guru untuk memahami langkah kerja. Pada kegiatan percobaan ini, semua siswa terlibat aktif. Setiap kelompok melakukan pembagian tugas untuk mencari alat dan bahan yang diperlukan. Pada pertemuan pertama ada siswa yang bertugas mencari rumput, air, dan mempersiapkan tanah di bak, sedangkan pada pertemuan kedua ada yang bertugas mencari ari, kerikil, dan mempersiapkan pasir pada bak. Setelah semua persiapan selesai dilakukan siswa melakukan percobaan. Semua siswa mengamati perbedaan yang terjadi pada kedua bak. Indikator rasa percaya diri kedua yaitu mampu berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain mulai erlihat. Siswa tidak lagi bergantung pada teman. Siswa melakukan perannya masing- masing sesuai dengan tugas di kelompok. Siswa mendapatkan motivasi dari guru, terutama siswa dengan insial SM untuk ikut aktif dalam kegiatan kelompok. Siswa yang telah selesai melakukan percobaan kembali ke kelas. tahap selanjutnya yaitu menguji hipotesis. Siswa mendiskusikan hasil percobaan yang dilakukan disertai dengan menjawab sejumlah pertanyaan yang ada di LKS. Pada kegiatan ini semua anggota kelompok terlihat memperhatikan ketika diskusi kelompok. Siswa yang bertugas menulis jawaban juga aktif mengajak teman satu kelompok untuk berpendapat. Pada saat berdiskusi, siswa sudah mampu bekerja 117 sama dengan teman satu kelompoknya kelompok 4. Siswa yang pada pertemuan sebelumnya masih ada yang bergantung pada teman mulai berpartisipasi ketika diskusi kelompok kelompok 3. Pada siklus II ini siswa mencocokkan hasil pengumpulan data dengan jawaban sementara yang dirumuskan di awal pembelajaran. Siswa diminta untuk mengisi pernyataan apakah jawaban sementara terbukti atau tidak terbukti yang sudah terdapat di LKS. Tahap inkuiri terbimbing yang terakhir yaitu merumuskan kesimpulan. Siswa merumuskan kesimpulan dengan mengisi pertanyaan pada kolom kesimpulan. Pada kolom kesimpulan sudah diberi kalimat penuntun sebagai petunjuk siswa dalam merumuskan kesimpulan. Siswa mampu merumuskan kesimpulan dengan baik dan benar. Kegiatan selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian. Kelompok yang tidak maju presentasi bertugas menanggapi apabila ada hal yang ingin ditanyakan atau memberi masukan. Saat diskusi kelompok pada pertemuan pertama, siswa dengan inisial UN mampu menyanggah pendapat teman saat jawabannya kurang sesuai. Siswa yang presentasi dengan besar hati juga mau mengakui kesalahannya. Diskusi kelompok berjalan dengan aktif. Siswa berani berpendapat ketika diskusi. Terutama ketika jawaban kelompok yang presentasi kurang sesuai atau berbeda dengan jawaban sendiri. Saat jawaban sudah sesuai siswa menyetujui pendapat kelompok yang presentasi. Siswa juga sudah berani mengangkat tangan ketika berpendapat. Namun, keberanian siswa bertanya dengan guru masih kurang. Hanya beberapa siswa yang berani bertanya kepada guru. 118 Peningkatan keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan terlihat jelas pada saat kegiatan bermain kartu tanya jawab. Semua siswa dituntut untuk mampu membacakan pertanyaannya dan menjawab pertanyaan yang diajukan teman. Pada pertemuan pertama siswa dengan inisial SM yang tadinya cenderung pasif mampu mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan FA dan mengajukan diri untuk membacakan pertanyaannya. Pada pertemuan kedua untuk pertanyaan terakhir yang diutarakan oleh siswa dengan inisial AA, sejumlah 16 siswa mengangkat tangan ingin menjawab pertanyaan AA. Siswa bahkan berebut untuk menjawab pertanyaan dari temannya. Siswa yang berada pada golongan rasa percaya diri sedang dan rendah juga berani mengangkat tangan. Pada kegiatan ini keberanian siswa bertindak terutama dalam bertanya dan menjawab pertanyaan meningkat luar biasa. Siswa berani untuk mengangkat tangan, menjawab pertanyaan dan bertanya. Bahkan siswa sampai berebut untuk menjawab pertanyaan dari temannya. Siswa yang biasanya tidak berani bertindak di kelas dengan inisal RS, SM, AMC berani mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan. Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan bahwa indikator berani bertindak mengalami peningkatan. 3 Skala Rasa Percaya Diri Siswa Siklus II Skala rasa percaya diri digunakan peneliti untuk mengetahui sejauh mana peningkatan rasa percaya diri siswa setelah diberikan tindakan dalam pembelajaran IPA menggunakan strategi pembelajaran inkuri terbimbing. Skala percaya diri diberikan kepada siswa di akhir siklus II setelah pertemuan kedua selesai. Berikut 119 disajikan hasil skala rasa percaya diri untuk melihat skor yang diperoleh masing- masing siswa pada siklus II. Tabel 17. Hasil Skala Rasa Percaya Diri Siswa pada Siklus II No. Insial Subjek Skor Persentase Kategori 1. AS 116 85,29 Tinggi 2. AA 114 83,82 Tinggi 3. AB 116 85,29 Tinggi 4. AM 112 82,35 Tinggi 5. DC 114 83,82 Tinggi 6. DP 119 87,5 Sangat Tinggi 7. EA 115 84,56 Tinggi 8. FA 116 85,29 Tinggi 9. JP 123 90,44 Sangat Tinggi 10. MA 126 92,65 Sangat Tinggi 11. NN 116 85,29 Tinggi 12. RH 111 81,62 Tinggi 13. RD 113 83,09 Tinggi 14. RS 101 74,26 Sedang 15. SM 100 73,53 Sedang 16. UN 122 89,71 Sangat Tinggi 17. WM 115 84,56 Tinggi 18. AMC 113 83,09 Tinggi Berdasarkan tabel 17 dapat diketahui dari 18 siswa di kelas IV terdapat tiga kategori rasa percaya diri siswa yaitu sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil ini meningkat dimana pada siklus I jumlah siswa yang berada pada kaegori tinggi berjumlah 13 orang, meningkat menjadi 12 orang dan 4 orang berada pada kategori sangat tinggi. Jumlah siswa yang termasuk pada kategori sedang dua siswa. Jumlah siswa yang berada pada kategori sedang meningkat menjadi kategori tinggi. Jika dibandingkan dengan pra siklus terdapat 13 siswa memiliki rasa percaya diri pada kategori sedang, dua siswa kategori tinggi, dan tiga siswa pada kategori rendah. Berdasarkan data yang telah didapat diatas, hasil skala rasa percaya diri siswa dapat 120 dimasukan ke dalam kategorikriteria. Persentase rasa percaya diri siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18. Persentase Rasa Percaya Diri Siklus II Persentase Kriteria Jumlah siswa Persentase siswa 86 – 100 Sangat tinggi 4 22 76 – 85 Tinggi 12 67 60 – 75 Sedang 2 11 55 – 59 Rendah 54 Sangat rendah Berdasarkan data tersebut, persentase rasa percaya diri siswa dapat disajikan dalam diagram lingkaran sebagaimana gambar 8. Gambar 8. Diagram Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Siklus II Berdasarkan gambar 8 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat tiga kategori rasa percaya diri yaitu sangat tinggi, tinggi, dan sedang. Kategori rasa percaya diri yang dimiliki masing-masing siswa meningkat jika dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II siswa yang berada pada kategori rasa percaya diri sangat tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase sebesar 22. Pada siklus sebelumnya belum ada siswa yang memiliki rasa percaya diri sangat tinggi. Siswa yang berada pada 22 67 11 Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Siklus II Sangat Tinggi Tinggi Sedang 121 kategori rasa percaya diri tinggi berjumlah 12 siswa dengan persentase sebesar 67, sedangkan siswa yang memiliki rasa percaya sedang berjumlah dua orang dengan persentase sebesar 11. Perbandingan persentase rasa percaya diri siswa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 19. Perbandingan Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II Kriteria Persentase Pra Siklus Siklus I Siklus II Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 86 – 100 1 5 4 22 76 – 85 2 11 12 67 12 67 60 – 75 13 72 5 28 2 11 55 – 59 3 17 54 Berdasarkan data di atas dapat dinyatakan dalam bentuk diagram batang sebagaimana gambar 9. Gambar 9. Perbandingan Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II 17 72 28 11 11 67 67 5 22 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Pra Siklus Siklus I Siklus II Perbandingan Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah 122 Berdasarkan tabel 19 dan gambar 9 di atas, dapat diketahui perbandingan persentase rasa percaya diri siswa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada pra siklus terdapat 3 siswa atau 17 siswa dengan kategori rasa percaya diri rendah, 13 siswa atau 72 dengan kategori sedang, dan 2 siswa dengan persentase 11 masuk kategori tinggi. Setelah diberi tindakan pada siklus I, rasa percaya diri siswa meningkat. Pada siklus I terdapat 5 siswa atau 28 dengan kategori sedang,12 siswa atau 67 dengan kategori tinggi, dan 1 siswa atau 5 dengan kategori sangat tinggi. Kriteria keberhasilan sebesar 75 pada kategori tinggi belum tercapai sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II terdapat 2 siswa atau 11 dengan kategori sedang, 12 siswa atau 67 siswa dengan kategori tinggi, dan 4 siswa atau 22 dengan kategori rasa percaya diri sangat tinggi. Hasil skala rasa percaya diri siswa per indikator dalam persentase dapat dilihat pada tabel 20. Tabel 20. Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Siklus II No. Indikator Persentase 1. Mempunyai keyakinan pada diri sendiri 85,65 2. Mampu berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain 84,72 3. Melakukan segala sesuatu tanpa ragu 87,5 4. Merasa dirinya berharga 88,89 5. Tidak Menyombongkan diri sendiri 83,80 6. Berani bertindak 76,39 Berdasarkan tabel 20, berikut disajikan persentase rasa percaya diri siswa per indikator dalam bentuk diagram batang sebagaimana gambar 10. 123 Gambar 10. Diagram Batang Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Siklus II Berdasarkan gambar 10, pencapaian indikator tertinggi hasil skala rasa percaya diri siswa yaitu merasa dirinya berharga memperoleh skor 88,89, sedangkan yang terendah adalah indikator berani bertindak memperoleh skor 76,39. Sebagian besar indikator dari rasa percaya diri sudah berada pada ketegori tinggi, bahkan dua indikator sudah berada pada kategori sangat tinggi. Indikator rasa percaya diri yang berada pada katergori tinggi antara lain mempunyai keyakinan pada diri sendiri, mampu berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain, tidak menyombongkan diri, dan berani bertindak. Indikator melakukan segala sesuatu tanpa ragu dan indikator merasa dirinya berharga berada pada kategori sangat tinggi. Perbandingan persentase rasa percaya diri siswa per indikator pada pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat disajikan pada tabel 21. 85,65 84,72 87,50 88,89 83,80 76,39 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Siklus II 124 Tabel 21. Perbandingan Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Indikator Rasa Percaya Diri Persentase Pra Siklus Siklus I Peningkatan Persentase Siklus I Siklus II Peningkatan Persentase 1 65,05 76,39 11,34 76,39 85,65 9,26 2 65,74 75,69 9,95 75,69 84,72 9,03 3 73,61 81,71 8,10 81,71 87,5 5,79 4 72,92 80,90 7,98 80,90 88,89 7,99 5 68,29 77,08 8,79 77,08 83,80 6,72 6 55,79 66,90 11,11 66,90 76,39 9,49 Berdasarkan tabel 21, menunjukkan bahwa semua indikator rasa percaya diri mengalami peningkatan. Besarnya peningkatan setiap indikator rasa percaya diri bervariasi. Akan tetapi semua indikator mengalami peningkatan baik dari pra siklus ke siklus I maupun dari siklus I ke siklus II. Perbandingan pada pra siklus dan siklus I peningkatan terbesar yaitu pada indikator pertama sebesar 11,34. Pada siklus I dan siklus II peningkatan terbesar yaitu pada indikator ke enam sebesar 9,49. Adapun penyajian lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 11. 125 Gambar 11. Diagram Batang Perbandingan Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

d. Refleksi Siklus II

Peneliti bersama guru melakukan refleksi terhadap hasil analisis data dan pembelajaran selama siklus II. Rencana tindakan yang telah dirumuskan semuanya terlaksana dengan urut dan tidak ada yang terlewatkan. Refleksi dari hasil tindakan pada siklus I mampu diperbaiki pada siklus II yang terbukti mampu meningkatkan rasa percaya diri pada setiap indikator. Hasil skala rasa percaya diri yang diperoleh masing-masing siswa menunjukkan 22 termasuk kategori sangat tinggi, 67 siswa termasuk kategori tinggi, dan 11 termasuk kategori sedang. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa kriteria keberhasilan penelitian sudah tercapai yaitu lebih dari 75 siswa pada kategori minimal tinggi. Oleh karena itu penelitian dihentikan pada siklus II. 65,05 65,74 73,61 72,92 68,29 55,79 76,39 75,69 81,71 80,90 77,08 66,90 85,65 84,72 87,50 88,89 83,80 76,39 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 Perbandingan Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Pra Siklus, Siklus I, Siklus II Prasiklus Siklus I Siklus II 126

D. Pembahasan Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi oleh peneliti di kelas IV SD Negeri Widoro dalam pembelajaran IPA selama pra siklus menunjukkan bahwa secara kualitatif siswa memiliki rasa percaya diri rendah. Sebagian besar siswa tidak mau ketika diminta maju ke depan secara sukarela. Siswa juga tidak berani untuk bertanya maupun berpendapat. Saat guru mengajukan pertanyaan siswa belum berani mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan. Siswa hanya saling menunjuk teman. Demikian halnya saat diskusi kelompok, masih terdapat siswa yang bergantung dengan teman satu kelompoknya dan tidak ikut membantu mengerjakan tugas. Masalah yang telah dipaparkan di atas sejalan dengan pendapat Hakim 2002: 46-70 yang menyebutkan gejala rasa tidak percaya diri pada anak yaitu anak tidak berani tampil di depan kelas, tidak berani bertanya dan menyatakan pendapat. Pada tahap pra siklus peneliti menyebar skala rasa percaya diri siswa untuk mengetahui tingkat rasa percaya diri siswa secara kuantitatif. Perhitungan hasil skala rasa percaya diri per siswa didapatkan hasil bahwa dari 18 siswa terdapat 3 siswa atau 17 dengan rasa percaya diri rendah, 13 siswa atau 72 memiliki rasa percaya diri sedang, dan 2 siswa atau 11 mempunyai rasa percaya diri pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan skala yang telah disebar menunjukkan data pencapaian rasa percaya diri yang berbeda. Namun, ketiganya menunjukkan bahwa mayoritas siswa kelas IV SD Negeri Widoro kurang 127 memiliki rasa percaya diri. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menyelesaikan masalah rasa percaya diri siswa. Permasalahan yang ada di SD Negeri Widoro tersebut harus segera diselesaikan. Peneliti mengajukan alternatif pemecahan masalah rendahnya rasa percaya diri dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing. Penerapan strategi inkuiri terbimbing dalam penelitian ini mengacu pada langkah- langkah yang dikemukakan oleh Sanjaya 2009: 201 yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Penggunaan strategi inkuiri terbimbing diharapkan dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan jumlah siswa yang berada pada kategori rasa percaya sangat diri tinggi yaitu 1 siswa dengan persentase sebesar 5, kategori tinggi yaitu 12 siswa dengan persentase sebesar 67, dan kategori sedang 5 siswa dengan persentase sebesar 28. Semua indikator rasa percaya diri mengalami peningkatan. Indikator tertinggi yaitu melakukan segala sesuatu tanpa ragu dengan persentase sebesar 81,71. Sebagian besar indikator rasa percaya diri siswa sudah berada pada kategori tinggi yaitu mempunyai persentase antara 76- 85. Namun untuk indikator berani bertindak masih berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 66,90. Tindakan yang diberikan pada siklus I sudah mengikuti tahapan dari stratetgi inkuiri terbimbing yang dipadukan kegiatan-kegiatan yang dapat

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI INKUIRI BERBASIS LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TAMBAKAJI 03

0 6 275

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS V Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Karangpandan Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 15

HUBUNGAN RASA PERCAYA DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE-GUGUS 5 KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO.

0 2 147

PENINGKATAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI PELATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 BERBAH.

0 0 162

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KELAS IVB SD NEGERI PANGGANG SEDAYU BANTUL.

0 3 310

PENINGKATAN CURIOSITY SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH DASAR NEGERI WONOSARI, KECAMATAN KEMIRI, KABUPTEN PURWOREJO.

0 0 203

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN IPA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD NEGERI KASONGAN.

0 2 157

PENINGKATAN SIKAP PERCAYA DIRI SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VB SEKOLAH DASAR NEGERI TUKANGAN.

0 0 203

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI SISWA MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD N GUPAKAN II, TEPUS, GUNUNGKIDUL.

0 0 214

UPAYA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI TERBIMBING MATERI DAUR AIR KELAS VB SD NEGERI JIPANG

0 0 14