Observasi Observing Siklus II
113 mendorong siswa untuk berhipotesis. Selain itu guru memberikan bimbingan
dengan berkeliling pada setiap kelompok. Tahapn inkuiri terbimbing selanjutnya yaitu mengumpulkan data. Guru
membagi alat dan bahan untuk percobaan secara adil kepada siswa. Sebelum melakukan percobaan guru membimbing siswa untuk memahami alat dan bahan
serta langkah kerja. Hal itu dilakukan agar siswa terbiasa memahami langkah kerja sebelum melakukan percobaan. Pada pertemuan pertama dan kedua guru
memberikan bimbingan ketika siswa melakukan percobaan, misalnya pada pertemuan pertama guru membimbing siswa bagaimana cara menuangkan air pada
bak dan cara menanam rumput. Pada tahap ini guru sudah memberikan motivasi kepada siswa agar berperan aktif dan memperhatikan jalannya percobaan yang pada
siklus I belum dilakukan. Kelemahan pada siklus I sudah diperbaiki oleh guru pada siklus II.
Menguji hipotesis merupakan tahap setelah melakukan pengumpulan data. Guru membimbing siswa mendiskusikan hasil temuan dari proses pengumpulan
data disertai dengan menjawab pertanyaan yang ada di LKS. Guru membantu siswa memahami pertanyaan apabila ada kelompok siswa yang kebingungan. Pada siklus
II pertemuan pertama dan kedua guru sudah mengaitkan antara hasil pengumpulan data dengan rumusan hipotesis. Guru membimbing siswa dengan bertanya jawab
dan meminta siswa mengisi pernyataan apakah jawaban sementara terbukti atau tidak terbukti yang ada di LKS. Pada tahap ini guru sudah mengaitkan antara
114 jawaban sementara dengan rumusan masalah, artinya kelemahan pada siklus I
sudah diperbaiki pada siklus II. Tahap terakhir dari strategi inkuiri terbimbing yaitu merumuskan
kesimpulan. Guru membimbing siswa merumuskan kesimpulan dengan membimbing siswa mengisi pertanyaan pada kolom kesimpulan. Kegiatan
selanjutnya guru memfasilitasi siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi. Berbeda dari pertemuan pada siklus I, pada siklus II semua anggota kelompok ikut
maju ke depan kelas. Guru masih bertindak sebagai moderator untuk mengatur jalannya diskusi. Guru memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa
untuk bertanya dan berpendapat ketika diskusi. Siswa yang tergolong pasif di kelas juga diberikan kesempatan oleh guru untuk berpendapat atau bertanya. Pada
kegiatan akhir, guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan bertanya jawab. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan ini. Siswa yang selama pembelajaran IPA
telah mengikuti dengan baik dan tertib diberikan pujian oleh guru. Guru memberikan bintang penghargaan bagi siswa yang selama pembelajaran berani
bertindak, baik itu bertanya, berpendapat, atau menjawab pertanyaan. Guru memberikan motivasi kepada sisiwa yang belum terlibat aktif untuk lebih berani
dalam bertindak.
2 Observasi Siswa terhadap Keterlaksanaan Pembelajaran
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru bagi siswa. Guru melaksanakan pembelajran IPA dengan
menggunakan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing, observasi siswa bertujuan
115 untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat melaksanakan setiap kegiatan dan
langkah kerja strategi inkuiri terbimbing. Peneliti menggunakan lembar observasi siswa terhadap keterlaksanaan pembelajaran dengan mengacu pada lembar
observasi guru. Pada kegiatan awal yaitu pada tahap orientasi siswa sudah melakukan
kegiatan orientasi dengan baik. Saat guru melakukan apersepsi siswa mampu menjawab setiap pertanyaan guru dengan berani mengangkat tangan. Penyampaian
tujuan dan pokok kegiatan yang akan dilakukan juga didengarkan dengan baik dan tenang oleh siswa. Indikator rasa percaya diri berupa berani bertindak nampak pada
tahap ini. Tahap inkuri terbimbing yang kedua yaitu merumuskan hipotesis. Sebelum
merumuskan hipotesis siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang akan dipelajari. Pada pertemuan pertama dan kedua siswa tertantang dengan rumusan
masalah yang diajukan guru. Hal dikarenakan guru juga tidak memberitahukan jawabannya kepada siswa. Materi yang dipelajari juga belum pernah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya. Siswa dalam kelompok juga mulai bertanya-tanya dan memikirkan jawaban yang diajukan oleh guru.
Tahap ketiga yaitu merumuskan hipotesis. Siswa merumuskan hipotesis secara berkelompok. Pada pertemuan pertama dan kedua siswa sudah mampu
berdiskusi dengan baik bersama rekan satu kelompoknya. Semua siswa dalam kelompok terlihat duduk melingkar dan memperhatikan jalannya diskusi kelompok.
116 Kerja sama antar anggota kelompok terlihat meningkat. Hal ini menunjukkan
bahwa rasa percaya diri siswa mulai meningkat. Tahap selanjutnya yaitu mengumpulkan data. Setiap kelompok siswa
menerima perlengkapan untuk melakukan percobaan. Kegiatan percobaan dilakukan di luar kelas. Sebelum melakukan percobaan setiap kelompok diminta
guru untuk memahami langkah kerja. Pada kegiatan percobaan ini, semua siswa terlibat aktif. Setiap kelompok melakukan pembagian tugas untuk mencari alat dan
bahan yang diperlukan. Pada pertemuan pertama ada siswa yang bertugas mencari rumput, air, dan mempersiapkan tanah di bak, sedangkan pada pertemuan kedua
ada yang bertugas mencari ari, kerikil, dan mempersiapkan pasir pada bak. Setelah semua persiapan selesai dilakukan siswa melakukan percobaan. Semua siswa
mengamati perbedaan yang terjadi pada kedua bak. Indikator rasa percaya diri kedua yaitu mampu berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain mulai erlihat.
Siswa tidak lagi bergantung pada teman. Siswa melakukan perannya masing- masing sesuai dengan tugas di kelompok. Siswa mendapatkan motivasi dari guru,
terutama siswa dengan insial SM untuk ikut aktif dalam kegiatan kelompok. Siswa yang telah selesai melakukan percobaan kembali ke kelas. tahap
selanjutnya yaitu menguji hipotesis. Siswa mendiskusikan hasil percobaan yang dilakukan disertai dengan menjawab sejumlah pertanyaan yang ada di LKS.
Pada kegiatan ini semua anggota kelompok terlihat memperhatikan ketika diskusi
kelompok. Siswa yang bertugas menulis jawaban juga aktif mengajak teman satu kelompok untuk berpendapat. Pada saat berdiskusi, siswa sudah mampu bekerja
117 sama dengan teman satu kelompoknya kelompok 4. Siswa yang pada pertemuan
sebelumnya masih ada yang bergantung pada teman mulai berpartisipasi ketika diskusi kelompok kelompok 3. Pada siklus II ini siswa mencocokkan hasil
pengumpulan data dengan jawaban sementara yang dirumuskan di awal pembelajaran. Siswa diminta untuk mengisi pernyataan apakah jawaban sementara
terbukti atau tidak terbukti yang sudah terdapat di LKS. Tahap inkuiri terbimbing yang terakhir yaitu merumuskan kesimpulan.
Siswa merumuskan kesimpulan dengan mengisi pertanyaan pada kolom kesimpulan. Pada kolom kesimpulan sudah diberi kalimat penuntun sebagai
petunjuk siswa dalam merumuskan kesimpulan. Siswa mampu merumuskan kesimpulan dengan baik dan benar. Kegiatan selanjutnya setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian. Kelompok yang tidak maju presentasi bertugas menanggapi apabila ada hal yang ingin ditanyakan
atau memberi masukan. Saat diskusi kelompok pada pertemuan pertama, siswa dengan inisial UN mampu menyanggah pendapat teman saat jawabannya kurang
sesuai. Siswa yang presentasi dengan besar hati juga mau mengakui kesalahannya. Diskusi kelompok berjalan dengan aktif. Siswa berani berpendapat ketika diskusi.
Terutama ketika jawaban kelompok yang presentasi kurang sesuai atau berbeda dengan jawaban sendiri. Saat jawaban sudah sesuai siswa menyetujui pendapat
kelompok yang presentasi. Siswa juga sudah berani mengangkat tangan ketika berpendapat. Namun, keberanian siswa bertanya dengan guru masih kurang. Hanya
beberapa siswa yang berani bertanya kepada guru.
118 Peningkatan keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan
terlihat jelas pada saat kegiatan bermain kartu tanya jawab. Semua siswa dituntut untuk mampu membacakan pertanyaannya dan menjawab pertanyaan yang
diajukan teman. Pada pertemuan pertama siswa dengan inisial SM yang tadinya cenderung pasif mampu mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan FA dan
mengajukan diri untuk membacakan pertanyaannya. Pada pertemuan kedua untuk pertanyaan terakhir yang diutarakan oleh siswa dengan inisial AA, sejumlah 16
siswa mengangkat tangan ingin menjawab pertanyaan AA. Siswa bahkan berebut untuk menjawab pertanyaan dari temannya. Siswa yang berada pada golongan rasa
percaya diri sedang dan rendah juga berani mengangkat tangan. Pada kegiatan ini keberanian siswa bertindak terutama dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan meningkat luar biasa. Siswa berani untuk mengangkat tangan, menjawab pertanyaan dan bertanya. Bahkan siswa sampai berebut untuk
menjawab pertanyaan dari temannya. Siswa yang biasanya tidak berani bertindak di kelas dengan inisal RS, SM, AMC berani mengangkat tangan untuk menjawab
pertanyaan. Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan bahwa indikator berani bertindak mengalami peningkatan.
3 Skala Rasa Percaya Diri Siswa Siklus II
Skala rasa percaya diri digunakan peneliti untuk mengetahui sejauh mana peningkatan rasa percaya diri siswa setelah diberikan tindakan dalam pembelajaran
IPA menggunakan strategi pembelajaran inkuri terbimbing. Skala percaya diri diberikan kepada siswa di akhir siklus II setelah pertemuan kedua selesai. Berikut
119 disajikan hasil skala rasa percaya diri untuk melihat skor yang diperoleh masing-
masing siswa pada siklus II. Tabel 17. Hasil Skala Rasa Percaya Diri Siswa pada Siklus II
No. Insial Subjek
Skor Persentase
Kategori 1.
AS 116
85,29 Tinggi
2. AA
114 83,82
Tinggi 3.
AB 116
85,29 Tinggi
4. AM
112 82,35
Tinggi 5.
DC 114
83,82 Tinggi
6. DP
119 87,5
Sangat Tinggi 7.
EA 115
84,56 Tinggi
8. FA
116 85,29
Tinggi 9.
JP 123
90,44 Sangat Tinggi
10. MA
126 92,65
Sangat Tinggi 11.
NN 116
85,29 Tinggi
12. RH
111 81,62
Tinggi 13.
RD 113
83,09 Tinggi
14. RS
101 74,26
Sedang 15.
SM 100
73,53 Sedang
16. UN
122 89,71
Sangat Tinggi 17.
WM 115
84,56 Tinggi
18. AMC
113 83,09
Tinggi Berdasarkan tabel 17 dapat diketahui dari 18 siswa di kelas IV terdapat tiga
kategori rasa percaya diri siswa yaitu sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil ini meningkat dimana pada siklus I jumlah siswa yang berada pada kaegori tinggi
berjumlah 13 orang, meningkat menjadi 12 orang dan 4 orang berada pada kategori sangat tinggi. Jumlah siswa yang termasuk pada kategori sedang dua siswa. Jumlah
siswa yang berada pada kategori sedang meningkat menjadi kategori tinggi. Jika dibandingkan dengan pra siklus terdapat 13 siswa memiliki rasa percaya diri pada
kategori sedang, dua siswa kategori tinggi, dan tiga siswa pada kategori rendah. Berdasarkan data yang telah didapat diatas, hasil skala rasa percaya diri siswa dapat
120 dimasukan ke dalam kategorikriteria. Persentase rasa percaya diri siswa pada siklus
II dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18. Persentase Rasa Percaya Diri Siklus II
Persentase Kriteria
Jumlah siswa Persentase siswa
86 – 100
Sangat tinggi 4
22 76
– 85 Tinggi
12 67
60 – 75
Sedang 2
11 55
– 59 Rendah
54 Sangat rendah
Berdasarkan data tersebut, persentase rasa percaya diri siswa dapat disajikan dalam diagram lingkaran sebagaimana gambar 8.
Gambar 8. Diagram Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Siklus II Berdasarkan gambar 8 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat tiga kategori
rasa percaya diri yaitu sangat tinggi, tinggi, dan sedang. Kategori rasa percaya diri yang dimiliki masing-masing siswa meningkat jika dibandingkan dengan siklus I.
Pada siklus II siswa yang berada pada kategori rasa percaya diri sangat tinggi berjumlah 4 orang dengan persentase sebesar 22. Pada siklus sebelumnya belum
ada siswa yang memiliki rasa percaya diri sangat tinggi. Siswa yang berada pada
22
67 11
Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Siklus II
Sangat Tinggi Tinggi
Sedang
121 kategori rasa percaya diri tinggi berjumlah 12 siswa dengan persentase sebesar
67, sedangkan siswa yang memiliki rasa percaya sedang berjumlah dua orang dengan persentase sebesar 11. Perbandingan persentase rasa percaya diri siswa
pada pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 19. Perbandingan Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Pada Pra Siklus,
Siklus I, Dan Siklus II
Kriteria Persentase
Pra Siklus Siklus I
Siklus II Jumlah
Siswa Persentase
Jumlah Siswa
Persentase Jumlah
Siswa Persentase
86 – 100
1 5
4 22
76 – 85
2 11
12 67
12 67
60 – 75
13 72
5 28
2 11
55 – 59
3 17
54 Berdasarkan data di atas dapat dinyatakan dalam bentuk diagram batang
sebagaimana gambar 9.
Gambar 9. Perbandingan Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II
17 72
28 11
11
67 67
5 22
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Pra Siklus Siklus I
Siklus II
Perbandingan Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Sangat Tinggi Tinggi
Sedang Rendah
122 Berdasarkan tabel 19 dan gambar 9 di atas, dapat diketahui perbandingan
persentase rasa percaya diri siswa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada pra siklus terdapat 3 siswa atau 17 siswa dengan kategori rasa percaya diri rendah, 13
siswa atau 72 dengan kategori sedang, dan 2 siswa dengan persentase 11 masuk kategori tinggi. Setelah diberi tindakan pada siklus I, rasa percaya diri siswa
meningkat. Pada siklus I terdapat 5 siswa atau 28 dengan kategori sedang,12 siswa atau 67 dengan kategori tinggi, dan 1 siswa atau 5 dengan kategori sangat
tinggi. Kriteria keberhasilan sebesar 75 pada kategori tinggi belum tercapai sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II terdapat 2 siswa atau
11 dengan kategori sedang, 12 siswa atau 67 siswa dengan kategori tinggi, dan 4 siswa atau 22 dengan kategori rasa percaya diri sangat tinggi. Hasil skala rasa
percaya diri siswa per indikator dalam persentase dapat dilihat pada tabel 20. Tabel 20. Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Siklus II
No. Indikator
Persentase
1. Mempunyai keyakinan pada diri sendiri
85,65 2.
Mampu berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain 84,72
3. Melakukan segala sesuatu tanpa ragu
87,5 4.
Merasa dirinya berharga 88,89
5. Tidak Menyombongkan diri sendiri
83,80 6.
Berani bertindak 76,39
Berdasarkan tabel 20, berikut disajikan persentase rasa percaya diri siswa per indikator dalam bentuk diagram batang sebagaimana gambar 10.
123 Gambar 10. Diagram Batang Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator
Siklus II Berdasarkan gambar 10, pencapaian indikator tertinggi hasil skala rasa
percaya diri siswa yaitu merasa dirinya berharga memperoleh skor 88,89, sedangkan yang terendah adalah indikator berani bertindak memperoleh skor
76,39. Sebagian besar indikator dari rasa percaya diri sudah berada pada ketegori tinggi, bahkan dua indikator sudah berada pada kategori sangat tinggi. Indikator
rasa percaya diri yang berada pada katergori tinggi antara lain mempunyai keyakinan pada diri sendiri, mampu berdiri sendiri tidak bergantung pada orang
lain, tidak menyombongkan diri, dan berani bertindak. Indikator melakukan segala sesuatu tanpa ragu dan indikator merasa dirinya berharga berada pada kategori
sangat tinggi. Perbandingan persentase rasa percaya diri siswa per indikator pada pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat disajikan pada tabel 21.
85,65 84,72
87,50 88,89
83,80 76,39
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2
3 4
5 6
Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Siklus II
124 Tabel 21. Perbandingan Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Indikator
Rasa Percaya
Diri Persentase
Pra Siklus
Siklus I
Peningkatan Persentase
Siklus I Siklus
II Peningkatan
Persentase 1
65,05 76,39
11,34 76,39
85,65 9,26
2 65,74
75,69 9,95
75,69 84,72
9,03 3
73,61 81,71
8,10 81,71
87,5 5,79
4 72,92
80,90 7,98
80,90 88,89
7,99 5
68,29 77,08
8,79 77,08
83,80 6,72
6 55,79
66,90 11,11
66,90 76,39
9,49 Berdasarkan tabel 21, menunjukkan bahwa semua indikator rasa percaya
diri mengalami peningkatan. Besarnya peningkatan setiap indikator rasa percaya diri bervariasi. Akan tetapi semua indikator mengalami peningkatan baik dari pra
siklus ke siklus I maupun dari siklus I ke siklus II. Perbandingan pada pra siklus dan siklus I peningkatan terbesar yaitu pada indikator pertama sebesar 11,34.
Pada siklus I dan siklus II peningkatan terbesar yaitu pada indikator ke enam sebesar 9,49. Adapun penyajian lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 11.
125 Gambar 11. Diagram Batang Perbandingan Persentase Rasa Percaya Diri Siswa
Per Indikator Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II