Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar

14 Pada tujuan tersebut disebutkan pula bahwa IPA bertujuan untuk mengembangkan keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta, konsep, dan sikap ilmiah ilmiah siswa yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan. Selama ini proses pembelajaran di SD lebih ditekankan pada aspek penguasaan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, dan prinsip. Siswa kurang diajarkan keterampilan proses untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. Untuk itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran IPA yang mampu mengembangkan ketarampilan proses. Sikap ilmiah juga menjadi hal yang hendaknya di kembangkan di sekolah dasar. Sikap ilmiah dalam tujuan IPA di atas antara lain rasa ingin tahu, sikap positif, dan lain sebagainya. Susanto 2013: 168 menambahkan dengan pembelajaran IPA diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah selayaknya seorang ilmuwan. Jenis sikap ilmiah yang dimaksud antara lain sikap ingin tahu, percaya diri, jujur, tidak tergesa-gesa, dan objektif terhadap fakta. Sikap ilmiah dapat dikembangkan melaui kegiatan seperti diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek di lapangan. IPA di SD hendaknya membuka peluang untuk memupuk rasa ingin tahu siswa. Hal ini akan membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan bertanya dan kemampuan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah Samatowa, 2011: 2. Sejalan dengan pendapat Marjono Susanto, 2013: 167 yang menyebutkan bahwa rasa ingin tahu dan daya berpikir kritis dalam menghadapi masalah menjadi hal yang diutamakan untuk anak jenjang sekolah 15 dasar. Pernyataan tersebut sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang berkisar antara 6 atau 7 tahun sampain 11 atau 12 tahun masuk dalam kategori operasional konkret. Kaitannya dengan pembelajaran IPA, siswa harus diberikan pengalaman untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan sikap terhadap alam. Selanjutnya Samatowa menyebutkan bahwa model pembelajaran yang cocok untuk anak Indonesia adalah dengan pengalaman langsung Learning by doing. Pengalaman langsung bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa agar mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Badan Standar Nasional Pendidikan 2006: 161 menambahkan bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah. Dengan inkuiri ilmiah diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir dan sikap ilmiah siswa. Siswa dituntut untuk mendapatkan pengetahuannya sendiri dan merumuskannya dengan penuh percaya diri. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD lebih menekankan kepada pemberian pengalaman langsung yang melibatkan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA guru dituntut untuk dapat memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan pernah habis digunakan. Guru sebisa mungkin membimbing siswa untuk dapat menemukan pengetahuan sendiri dengan berinteraksi langung dengan alam. Bukan berarti buku teks menjadi tidak penting lagi. Buku teks penting karena memuat secara lengkap dan sistematis tentang pengetahuan IPA. Pembelajaran IPA hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Berikut beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh guru dalam 16 memberdayakan anak dalam pembelajaran IPA. 1 sebelum memulai pelajaran, perlu diketahui bahwa siswa telah memiliki pengetahuan. Pengetahuan awal ini dapat digunakan oleh guru dalam mencapai pengetahuan berikutnya. 2 melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas nyata dengan alam yang akan membuat siswa dihadapkan langsung dengan fenomena yang akan dipelajari. Aktivitas ini dapat dilakukan di laboratorium, dikelas atau bahkan dilingkungan sekolah. 3 kegiatan bertanya menjadi hal yang sangat penting, dengan bertanya siswa dapat berlatih menyampaikan agasan, memberikan respon, dan menunjukkan rasa ingin tahu siswa. 4 memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dapat dikembangkan sesuai dengan hakikat IPA yaitu IPA sebagai proses, produk dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA di sekolah dasar bertujuan pula untuk memupuk rasa ingin tahu siswa. Pembelajaran IPA yang cocok diterapkan di sekolah yaitu dengan memberikan pengalaman langsung kepada siswa, salah satunya melalui strategi inkuiri. Guru juga perlu memperhatikan beragam aspek dalam mengajarkan IPA di sekolah, agar pembelajaran IPA sesuai dengan tujuan pembelajaran dan hakekat IPA.

B. Kajian tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Kenyataannya kecepatan pertumbuhan dan perkembangan 17 pada setiap anak tidaklah sama. Pertumbuhan pada anak meliputi aspek pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Perkembangan mental meliputi perkembangan intelektual, emosi, bahasa, sosial, dan moral keagamaan. Anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak- anak usia lebih muda. Desmita 2012: 35 mengungkapkan karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru perlu menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa. Usia siswa di sekolah dasar berkisar antara umur 6- 12 tahun. Lebih lanjut Izzaty 2013: 114 membagi masa kanak-kanak akhir menjadi dua fase yaitu: 1 masa kelas rendah sekolah dasar yang berlangsung antara usia 6 7 tahun- 910 tahun. Pada usia ini biasanya siswa duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar; 2 masa kelas tinggi Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 910 tahun- 1213 tahun. Pada usia ini biasanya siswa duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar. Siswa kelas IV Sekolah Dasar termasuk ke dalam masa kelas tinggi. Pada setiap tahapan usia memiliki ciri-ciri yang berbeda. Lebih lanjut Izzaty 2013: 115 menyebutkan ciri-ciri anak masa kelas tinggi Sekolah Dasar yaitu perhatian tertuju pada kehidupan praktis, memiliki rasa ingin tahu, ingin belajar, mempunyai minat pada pelajaran khusus, memandang nilai sebagai ukuran mengenai prestasi belajarnya di sekolah, anak suka membentuk kelompok sebaya. Samatowa 2006: 8 menambahkan ciri-ciri sifat anak pada masa kelas tinggi di sekolah dasar yaitu: 1 adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari- 18 hari yang konkret; 2 memiliki rasa ingin tahu dan ingin belajar; 3 mempunyai minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus; 4 sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya; 5 anak memandang nilai sebagai ukuran prestasi di sekolah; 6 anak senang membentuk kelompok sebaya; 7 peran manusia idola sangat penting. Karakteristik siswa sekolah dasar dapat juga dilihat dari perkembangan intelektualnya. Menurut Piaget Sutirna, 2013: 29 anak pada usia sekolah dasar berada pada tahap operasi konkret. Pada tahapan ini anak belum bisa berfikir secara abstrak. Proses berpikir anak bersifat konkret atau nyata. Pada masa ini anak mampu menyelesaikan masalah menggunakan logika yang konkret atau bersifat fisik. Anak juga memiliki pengertian yang lebih baik tentang konsep ruang, sebab akibat, kategorisasi, konservasi, dan tentang jumlah. Implikasinya pada dunia pendidikan, menurut Marsh Izzaty, 2013: 116 guru perlu memperhatikan strategi pembelajaran pada masa kanak-kanak akhir sebagai berikut: 1. Menggunakan benda-benda konkret. 2. Menggunakan alat visual, seperti OHP. 3. Menggunakan contoh-contoh yang sudah akrab dengan siswa dari hal yang bersifat sederhana ke yang kompleks. 4. Penyajian yang singkat dan terorganisasi dengan baik. 5. Memberikan latihan nyata dalam menganalisis masalah atau kegiatan.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI INKUIRI BERBASIS LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TAMBAKAJI 03

0 6 275

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS V Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Karangpandan Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 15

HUBUNGAN RASA PERCAYA DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE-GUGUS 5 KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO.

0 2 147

PENINGKATAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI PELATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 BERBAH.

0 0 162

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KELAS IVB SD NEGERI PANGGANG SEDAYU BANTUL.

0 3 310

PENINGKATAN CURIOSITY SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH DASAR NEGERI WONOSARI, KECAMATAN KEMIRI, KABUPTEN PURWOREJO.

0 0 203

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN IPA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD NEGERI KASONGAN.

0 2 157

PENINGKATAN SIKAP PERCAYA DIRI SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VB SEKOLAH DASAR NEGERI TUKANGAN.

0 0 203

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI SISWA MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD N GUPAKAN II, TEPUS, GUNUNGKIDUL.

0 0 214

UPAYA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI TERBIMBING MATERI DAUR AIR KELAS VB SD NEGERI JIPANG

0 0 14