11 mendapatkan pengetahuan tersebut. Proses tersebut bisa melalui observasi atau
eksperimen. Di dalam prosesnya harus didukung oleh sikap tertentu yang kemudian disebut dengan sikap ilmiah, misalnya rasa ingin tahu, objektif, kreatif, percaya diri
dan lain sebagainya. Perpaduan antara proses dan sikap ilmiah ini akan menghasilkan pengetahuan dan penemuan baru yang disebut dengan produk sains
berupa fakta, konsep, ataupun teori. Lebih jauh lagi Carin and Sund Samatowa, 2011: 20 mengungkapkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai unsur-unsur
yang terdiri dari tiga macam, yaitu proses, sikap, dan produk. Pertama, Ilmu Pengetahuan Alam sebagai proses yaitu proses yang dilalui
untuk mendapatkan pengetahuan tentang alam. IPA diperoleh melalui metode ilmiah. Jadi proses IPA tidak lain adalah metode ilmiah. Dalam proses mendapatkan
pengetahuan diperlukan keterampilan-keterampilan yang disebut dengan keterampilan proses Darmodjo, 1992: 11. Keterampilan proses sains menurut
Susanto 2013:144 merupakan keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam memperoleh pengetahuan, seperti mengamati, mengklasifikasikan, dan lain
sebagainya. Funk Trianto, 2010:144 membagi keterampilan proses menjadi dua yaitu keterampilan proses sanis dasar dan keterampilan proses sains terintegrasi.
Keterampilan proses dasar basic science process skill meliputi observasi, klasaifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan inferensi. Sedangkan
keterampilan proses terintegrasi meliputi, menentukan variabel, menyusun tabel data, memberi hubungan variabel, menyusun table data, memproses dan
sebagainya.
12 Kedua, Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk yaitu kumpulan hasil
penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji secara empiris dan analitis. IPA sebagai produk bisa dalam bentuk fakta,
konsep, prinsip, hukum, dan teori. Selanjutnya produk IPA ini diolah dan disusun sedemikian rupa oleh ahli sehingga dapat kita kita pahami pengetahuannya.
Ketiga, Ilmu Pengetahuan Alama sebagai sikap. Sikap dalam IPA sering disebut dengan sikap ilmiah. Bundu 2006: 13 mendefinisikan sikap ilmiah sebagai
sikap yang dimiliki para ilmuwan dalam mancari dan menemukan pengetahuan baru, seperti rasa ingin tahu, bertanggung jawab, objektif, percaya diri dan lain
sebagainya. Berdasarkan uraian hakikat IPA di atas, dapat dipahami bahwa IPA
merupakan sekumpulan pengetahuan yang diperoleh manusia melalui serangkaian proses dan metode ilmiah yang menuntut sikap ilmiah, dan terbatas pada gejala-
gejala alam. IPA juga memiliki tiga unsur yaitu proses, produk, dan sikap. Ketika mencari dan menemukan pengetahuan dibutuhkan serangkaian proses dan
pengetahuan yang dihasilkan dapat berupa fakta, konsep, prinsip,teori maupun hukum. Kedua aspek tersebut harus didukung oleh sikap ilmiah yaitu sikap yang
dimiliki oleh para ilmuwan dalam mencari dan menemukan pengetahuan.
2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Pelajaran IPA di
13 sekolah dasar masih bersifat terpadu, belum dipisahkan secara tersendiri seperti
mata pelajaran biologi, fisika, dan kimia. Tujuan mata pelajaran IPA di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar
Pendidikan sebagai berikut: a.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi masalah IPA, antara lain saling
memepengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. d.
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keuntungan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan . f.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannnya. g.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. BSNP, 2006:
162. Melihat tujuan pendidikan di atas, dapat diketahui bahwa IPA di SD tidak
hanya sekedar pelajaran menghafal setiap fakta, konsep, maupun prinsip saja. Lebih dari itu, IPA pada tingkat pendidikan manapun harus dikembangkan sesuai dengan
hakikat IPA. Dimana pengetahuan tidak didapat begitu saja, melainkan harus melalui suatu proses dan membutuhkan sikap ilmiah untuk menghasilkan produk
IPA. Guru yang akan mengajar IPA di sekolah dasar diharapkan mengetahui dan memahami tentang hakikat pembelajaran IPA. Sehingga dalam pembelajaran guru
tidak akan mengalami kesulitan dalam mendesain pembelajaran yang sesuai untuk siswa dan mata pelajaran IPA.
14 Pada tujuan tersebut disebutkan pula bahwa IPA bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta, konsep, dan sikap ilmiah ilmiah siswa yang akhirnya dapat berpengaruh positif
terhadap kualitas proses pendidikan. Selama ini proses pembelajaran di SD lebih ditekankan pada aspek penguasaan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, dan
prinsip. Siswa kurang diajarkan keterampilan proses untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. Untuk itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran
IPA yang mampu mengembangkan ketarampilan proses. Sikap ilmiah juga menjadi hal yang hendaknya di kembangkan di sekolah
dasar. Sikap ilmiah dalam tujuan IPA di atas antara lain rasa ingin tahu, sikap positif, dan lain sebagainya. Susanto 2013: 168 menambahkan dengan
pembelajaran IPA diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah selayaknya seorang ilmuwan. Jenis sikap ilmiah yang dimaksud antara lain sikap ingin tahu, percaya
diri, jujur, tidak tergesa-gesa, dan objektif terhadap fakta. Sikap ilmiah dapat dikembangkan melaui kegiatan seperti diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan
proyek di lapangan. IPA di SD hendaknya membuka peluang untuk memupuk rasa ingin tahu
siswa. Hal ini akan membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan bertanya dan kemampuan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara
berpikir ilmiah Samatowa, 2011: 2. Sejalan dengan pendapat Marjono Susanto, 2013: 167 yang menyebutkan bahwa rasa ingin tahu dan daya berpikir kritis dalam
menghadapi masalah menjadi hal yang diutamakan untuk anak jenjang sekolah