Observasi Observing Siklus I
84 tidak memberikan jawaban atas rumusan masalah yang diberikan. Materi yang
diberikan juga belum pernah diajarkan sebelumnya dan merupakan sesuatu yang baru bagi siswa.
Tahapan setelah merumuskan masalah yaitu siswa merumuskan hipotesis. Guru membimbing siswa dalam merumuskan hipotesis dengan mengajukan
pertanyaan yang dapat membantu siswa. Pada pertemuan pertama dan kedua guru juga membimbing siswa merumuskan hipotesis dengan berkeliling pada setiap
kelompok. Apabila ada kelompok siswa yang mengalami kesulitan guru akan membantu siswa. Guru sudah melakukan tahapan ini dengan maksimal.
Tahapan ke empat yaitu mengumpulkan data. Guru membagi perlengkapan untuk percobaan secara adil kepada setiap kelompok. Pada pertemuan pertama,
guru tidak membagi perlengkapan percobaan karena hanya terdapat satu alat peraga tata surya. Akan tetapi, guru sudah memberikan kesempatan yang sama kepada
setiap kelompok untuk melakukan percobaan. Guru membimbing siswa mengumpulkan data, terutama ketika melakukan percobaan. Pada pertemuan
kedua, bimbingan yang diberikan guru cukup besar karena sebagian besar siswa kurang memahami langkah kerja yang ada di LKS. Pada pertemuan pertama dan
kedua guru belum memberikan motvasi kepada siswa untuk aktif dalam kelompok. Sehingga siswa yang kurang aktif sedikit terabaikan.
Tahapan inkuri selanjutnya yaitu menguji hipotesis. Guru membantu siswa mengolah data hasil pengamatan yang dibantu dengan sejumlah pertanyaan yang
ada di LKS. Namun, pada pertemuan pertama dan kedua terdapat kelemahan yaitu
85 guru belum menjelaskan atau mengaitkan antara rumusan hipotesis dengan hasil
pengumpulan data. Kelemahan tersebut membuat siswa belum mendapat keterkaitan antara hasil temuan dengan rumusan hipotesis.
Merumuskan kesimpulan merupakan tahapan terakhir dari strategi inkuiri terbimbing. Guru membimbing siswa merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil
percobaan yang telah dilakukan. Setelah merumuskan kesimpulan, guru memfasilitasi siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi. Setiap perwakilan
kelompok maju ke depan secara bergantian. Saat bersikusi guru memancing siswa untuk bertanya dan berpendapat antar kelompok. Guru bertindak seperti moderator
selama jalannya diskusi. Sehingga setiap kelompok mampu lebih berpartisipasi dan aktif bertindak. Pada pertemuan pertama dan kedua guru mengajak siswa
menyimpulkan hasil pembelajaran denga beranya jawab. Sehingga penyampaian kesimpulan tidak hanya dilakukan oleh guru saja karena siswa dilibatkan secara
aktif. Siswa yang selama pembelajaran telah berperan aktif mendapat penguatan dari guru dan mendapatkan point tambahan berupa bintang. Tahapan terakhir ini
sudah dilakukan guru sesuai sintaks dari pembelajaran inkuiri tanpa ada yang terlewati.
2 Observasi siswa terhadap Keterlaksanaan Pembelajaran
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru bagi siswa. Guru melaksanakan pembelajaran IPA dengan
menggunakan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing, observasi siswa bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat melaksanakan setiap kegiatan dan
86 langkah kerja strategi inkuiri terbimbing. Peneliti menggunakan lembar observasi
siswa terhadap keterlaksanaan pembelajaran dengan mengacu pada lembar observasi guru.
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama, siswa sudah mengikuti setiap tahapan pembelajaran dengan baik. Pada tahapan orientasi siswa
mendengarkan dengan antusias ketika guru melakukan apersepsi. Siswa juga berani menjawab pertanyaan guru secara sukarela. Demikian halnya pada pertemuan
kedua siswa mengikuti kegiatan orientasi dengan baik. Bahkan keaktifan siswa menjawab pertanyaan guru lebih meningkat daripada pertemuan sebelumnya.
Berdasarkan hal tersbut indikator rasa percaya diri berani bertindak nampak dan mengalami peningkatan.
Pada kegiatan merumuskan masalah guru bertugas merumuskan masalah dengan bertanya kepada siswa. Pertemuan pertama dan kedua siswa tertantang
dengan rumusan masalah yang diajukan guru. Hal dikarenakan guru juga tidak memberitahukan jawabannya kepada siswa. Siswa dalam kelompok juga mulai
bertanya-tanya dan memikirkan jawaban yang diajukan oleh guru. Tahap selanjutnya yaitu merumuskan hipotesis. Semua kelompok sudah
dapat merumuskan hipotesis berdasarkan rumusan masalah yang dipertanyakan. Namun pada saat pertemuan pertama belum semua siswa berperan aktif dalam
merumuskan hipotesis. Pada kelompok 1, 2, dan 3 ada anggota kelompok yang hanya melihat temannya berdiskusi. Siswa tersebut adalah siswa dengan inisial AB,
RS, AMC, RH, SM. Sedangkan kelompok 4 semua anggota sudah mampu
87 berdiskusi dengan baik untuk merumuskan hipotesis. Berbeda halnya ketika
pertemuan kedua, kelompok 1, 3, dan 4 melakukan pembagian kerja dengan cara bergantian ketika menggambar kenampakan bulan yang pernah dilihat siswa.
sehingga semua siswa dalam kelompok berperan aktif dan lebih mandiri tidak bergantung kepada teman. Siswa terlihat yakin dan tidak ragu ketika merumuskan
hipotesis. Hal tersebut menandakan bahwa indikator memiliki keyakinan terhadap diri sendiri dan melakukan sesuatu tanpa ragu mulai meningkat. Namun indikator
tidak bergantung pada orang lain masih terdapat kekurangan. Tahap inkuiri selanjutnya yaitu mengumpulkan data. Pada pertemuan
pertama materi yang dipelajari adalah gerakan yang dilakukan bulan dengan menggunakan alat peraga tata surya. Kelompok 1 mendapat giliran pertama untuk
mencoba alat peraga. Namun pada saat maju, kelompok 1 tidak membawa LKS yang berisi langkah kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa belum terbiasa
menggunakan LKS yang disertai langkah kerja dalam pembelajaran. Siswa masih terlihat malu dan ragu-ragu ketika melakukan percobaan karena belum memahami
langkah kerja. Siswa juga masih tergantung dengan guru yang ditandai dengan belum adanya inisiatif tindakan dari siswa. Pada saat kelompok 3 mendapat giliran
melakukan percobaan, 2 orang anggotanya dengan inisial SH dan RH tidak maju ke depan dan hanya melihat dari tempat duduk. Sedangkan ketika kelompok 4 maju,
siswa dengan inisial EA yang awalnya tidak mau maju karena malu. Berdasarkan hasil observasi tersebut, menunjukkan bahwa keberanian siswa dalam bertindak
ketika percobaan masih kurang.
88 Pengumpulan data pada pertemuan kedua dengan materi fase-fase bulan.
Semua kelompok siswa sudah melakukan pembagian kerja, dimana ada yang berperan sebagai bulan, matahari dan bumi. Satu kelompok maju ke depan kelas
untuk dijadikan contoh. Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa merasa bingung dan ragu bagaimana cara mempraktikkannya. Kesulitan yang dialami siswa
terutama pada orang yang berperan sebagai bulan. Peneliti mengasumsikan kebingungan yang dialami siswa ini disebabkan karena materi yang dipelajari dan
kegiatan yang harus dilakukan cukup rumit. Setelah guru membimbing satu kelompok sebagai contoh, kelompok yang lain mempraktikkannya secara mandiri.
Tahap inkuiri yang kelima yaitu menguji hipotesis. Siswa menguji hipotesis dengan mendiskusikan hasil pengumpulan data dan menjawab sejumlah pertanyaan
yang ada di LKS. Pada pertemuan pertama semua siswa dalam kelompok terlihat memperhatikan ketika diskusi. Namun, terdapat anggota dari kelompok 3 dengan
inisial SM hanya diam saja dan tidak memberikan pendapat. Pada pertemuan kedua siswa dalam kelompok tampak memperhatikan dan ikut membantu melengkapi
hasil pengamatan. Siswa menjawab pertanyaan dengan yakin dan tanpa ragu, hal ini dikarenakan hasil pengetahuan diperoleh siswa secara mandiri.
Tahap inkuri yang terakhir adalah merumuskan kesimpulan. Pada pertemuan pertama siswa merumuskan kesimpulan dengan mengisi kolom
kesimpulan pada LKS yang telah diberi kalimat pembantu, sedangkan pada pertemuan kedua yaitu dengan memotong dan menempelkan gambar sesuai urutan
fase bulan. Pada pertemuan pertama kelompok 2 dan 4 sempat bingung ketika
89 mengisi kesimpulan karena ada bagian yang tidak terdapat kalimat pembantunya.
Sehingga guru memberikan bimbingan. Pada pertemuan kedua setiap kelompok sudah melakukan pembagian tugas, dimana ada yang memotong kertas, menyusun
gambar dan menempelkannya. Seluruh anggota kelompok mulai menunjukkan kemandiriannya dengan tidak bergantung pada teman. Tidak ada siswa yang
memamerkan hasil kerjanya kepada kelompok lain ketika selesai mengerjakan. Hanya sesekali beberapa siswa berbuat gaduh dan ramai sendiri. Sehingga dapat
dilihat bahwa indikator rasa percaya diri kedua, kelima, dan keenam terlhat mengalamai peningkatan.
Selesai merumuskan
kesimpulan, setiap
perwakilan kelompok
mempresentasikan hasi diskusi. Melatih siswa diskusi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa. Saat diskusi, kelompok yang tidak
maju presentasi bertugas menanggapi apabila ada hal yang ingin ditanyakan atau memberi masukan. Setiap kelompok berani memberikan pendapat ketika jawaban
kelompok yang presentasi kurang sesuai. Siswa juga sudah berani mengangkat tangan ketika berpendapat. Namun, masih terdapat beberapa siswa yang belum
berani aktif ketika diskusi. Siswa yang berada pada kategori sedang juga mulai berani bertindak. Jumlah siswa yang berani menanggapi jalannya diskusi lebih
banyak ketika pertemuan pertama, hal ini dikarenakan pada pertemuan kedua tidak disediakan pertanyaan yang harus dijawab siswa di LKS. Keberanian siswa dalam
bertindak dapat dilihat lebih jelas pada lampiran hasil observasi aktivitas siswa.
90 Pada pertemuan pertama, terdapat aktivitas dimana siswa diminta untuk
mendemonstrasikan gerakan yang dilakukan bumi, bulan, dan matahari. Sebagian besar siswa berani mengajukan diri untuk maju ke depan kelas. Siswa yang temasuk
ke dalam kategori sedang berani mengangkat tangan dan bahkan saling berebut untuk mendapat giliran maju ke depan kelas. Pada pertemuan kedua, terdapat
aktivitas yang juga meminta siswa untuk berani bertindak dan maju ke depan kelas yaitu dengan adanya permainan mengurutkan fase bulan. Sama seperti pada
pertemuan pertama, siswa berebut untuk maju ke depan kelas. Keberanian siswa dalam bertindak meningkat melalui kegiatan ini.
Pada kegiatan akhir siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran. Pada pertemuan pertama dan kedua guru menyimpulkan materi melalui tanya jawab
dengan siswa. Siswa terlibat aktif dan antusias menjawab pertanyaan guru baik secara bersama-sama atau individu dengan sukarela. Pada kegiatan konfirmasi juga
melakukan tanya jawab dengan siswa. Sejumlah 11 siswa berani mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan pada pertemuan pertama, yaitu siswa dengan
inisial AS, UN, NN, AMC, RD, JP, WM, AB, AM, MA, DC. Siswa juga mendapat pujian dari guru karena telah menyelesaikan
pembelajaran dengan baik. Siswa menunjukkan ekspresi senang ketika mendapat penguatan dari guru. Pada setiap pertemuan siswa yang aktif di kelas akan
mendapat poin tambahan berupa bintang. Bintang yang diperoleh siswa dicatat pada papan bintang dan pada akhir pertemuan diakumulasikan jumlahnya.
91
3 Skala Rasa Percaya Diri Siswa Siklus I
Skala rasa percaya diri digunakan peneliti untuk mengetahui sejauh mana peningkatan rasa percaya diri siswa setelah diberikan tindakan dalam pembelajaran
IPA menggunakan strategi pembelajaran inkuri terbimbing. Skala percaya diri diberikan kepada siswa di akhir siklus I setelah pertemuan kedua selesai. Berikut
disajikan hasil skala rasa percaya diri yang diperoleh masing-masing siswa pada siklus I.
Tabel 12. Hasil Skala Rasa Percaya Diri Siswa pada Siklus I No.
Insial Subjek Skor
Persentase Kategori
1. AS
106 77,94
Tinggi 2.
AA 104
76,47 Tinggi
3. AB
104 76,47
Tinggi 4.
AM 98
72,06 Sedang
5. DC
105 77,21
Tinggi 6.
DP 108
79,41 Tinggi
7. EA
104 76,47
Tinggi 8.
FA 105
77,21 Tinggi
9. JP
113 83,09
Tinggi 10.
MA 119
87,50 Sangat Tinggi
11. NN
108 79,41
Tinggi 12.
RH 95
69,85 Sedang
13. RD
107 78,68
Tinggi 14.
RS 90
66,18 Sedang
15. SM
88 64,71
Sedang 16.
UN 111
81,62 Tinggi
17. WM
106 77,94
Tinggi 18.
AMC 94
69,12 Sedang
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 18 siswa di kelas IV terdapat tiga kategori rasa percaya diri siswa yaitu sedang, tinggi dan sangat tinggi. Hasil ini
meningkat dimana pada pra siklus masih terdapat siswa yang berada pada kategori rendah. Jumlah siswa yang termasuk pada kategori sedang yaitu lima siswa,
sedangkan kategori tinggi berjumlah dua belas siswa, dan kategori sangat tinggi
92 satu siswa. Jumlah siswa yang berada pada kategori tinggi meningkat pesat, dimana
pada pra siklus terdapat 13 siswa memiliki rasa percaya diri pada kategori sedang, dua siswa kategori tinggi, dan tiga siswa pada kategori rendah. Persentase rasa
percaya diri siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Siklus I
Kriteria Persentase Kriteria Jumlah siswa
Persentase siswa 86 - 100
Sangat tinggi 1
5 76 - 85
Tinggi 12
67 60 - 75
Sedang 5
28 55 - 59
Rendah 54
Sangat rendah Berdasarkan data tersebut, persentase rasa percaya diri siswa dapat
disajikan dalam diagram lingkaran sebagaimana pada gambar 5.
Gambar 5. Diagram Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Siklus I Berdasarkan gambar 5 di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang berada
pada kategori rasa percaya tinggi mempunyai persentase sebesar 67. Persentase ini meningkat, dimana pada pra siklus siswa yang berada pada kategori tinggi hanya
mempunyai persentase sebesar 11. Siswa yang berada dalam kategori rasa
5
67 28
Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Siklus I
Sangat Tinggi Tinggi
Sedang
93 percaya diri sedang mempunyai persentase sebesar 28, sedangkan pada pra siklus
sebagian besar siswa berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 72. Kategori rasa percaya diri sangat tinggi berjumlah satu orang dengan persentase
sebesar 5. Di bawah ini disajikan hasil skala rasa percaya diri siswa per indikator dalam persentase yaitu sebagai berikut.
Tabel 14. Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Siklus I
No. Indikator
Persentase
1. Mempunyai keyakinan pada diri sendiri
76,39 2.
Mampu berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain 75,69
3. Melakukan segala sesuatu tanpa ragu
81,71 4.
Merasa dirinya berharga 80,90
5. Tidak Menyombongkan diri sendiri
77,08 6.
Berani bertindak 66,90
Berdasarkan tabel 14, berikut disajikan hasil skala rasa percaya diri siswa per indikator dalam bentuk diagram batang sebagaimana gambar 6.
Gambar 6. Diagram Batang Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Siklus I
Berdasarkan gambar 6, pencapaian indikator tertinggi hasil skala rasa percaya diri siswa yaitu melakukan segala sesuatu tanpa ragi memperoleh skor
76,39 75,69
81,71 80,90
77,08 66,90
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2
3 4
5 6
Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Siklus I
94 81,71, sedangkan yang terendah adalah indikator berani bertindak memperoleh
skor 66,90. Sebagian besar indikator dari rasa percaya diri sudah berada pada ketegori tinggi. Indikator rasa percaya diri yang berada pada katergori tinggi antara
lain mempunyai keyakinan pada diri sendiri, melakukan segala sesuatu tanpa ragu, merasa dirinya berharga, dan tidak menyombongkan diri. Indikator mampu berdiri
sendiri tidak bergantung pada orang lain dan berani bertindak masih dalam kategori sedang. Perbandingan hasil skala rasa percaya diri siswa pra siklus dengan siklus I
dapat dilihat pada tabel 15. Tabel 15. Perbandingan Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator
Pra Siklus dan Siklus I No.
Indikator Rasa Percaya Diri Persentase
Pra siklus Siklus I Peningkatan 1.
Mempunyai keyakinan pada diri sendiri
65,05 76,39
11,34 2.
Mampu berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain
65,74 75,69
9,95 3.
Melakukan segala sesuatu tanpa ragu
73,61 81,71
8,10 4.
Merasa dirinya berharga 72,92
80,90 7,98
5. Tidak Menyombongkan diri sendiri
68,29 77,08
8,79 6.
Berani bertindak 55,79
66,90 11,11
Berdasarkan tabel 18, menunjukkan bahwa semua indikator dari rasa percaya diri mengalami peningkatan. Besarnya peningkatan setiap indikator rasa
percaya diri bervariasi mulai dari 7,98 sampai 11,34. Peningkatan terbesar yaitu pada indikator mempunyai keyakinan pada diri sendiri yaitu 11,34. Sedangkan
peningkatan terkecil pada indikator merasa dirinya berharga. Adapun penyajian lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7.
95 Gambar 7. Diagram Batang Perbandingan Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per
Indikator Pra Siklus dan Siklus I