Observasi Observing Siklus I

84 tidak memberikan jawaban atas rumusan masalah yang diberikan. Materi yang diberikan juga belum pernah diajarkan sebelumnya dan merupakan sesuatu yang baru bagi siswa. Tahapan setelah merumuskan masalah yaitu siswa merumuskan hipotesis. Guru membimbing siswa dalam merumuskan hipotesis dengan mengajukan pertanyaan yang dapat membantu siswa. Pada pertemuan pertama dan kedua guru juga membimbing siswa merumuskan hipotesis dengan berkeliling pada setiap kelompok. Apabila ada kelompok siswa yang mengalami kesulitan guru akan membantu siswa. Guru sudah melakukan tahapan ini dengan maksimal. Tahapan ke empat yaitu mengumpulkan data. Guru membagi perlengkapan untuk percobaan secara adil kepada setiap kelompok. Pada pertemuan pertama, guru tidak membagi perlengkapan percobaan karena hanya terdapat satu alat peraga tata surya. Akan tetapi, guru sudah memberikan kesempatan yang sama kepada setiap kelompok untuk melakukan percobaan. Guru membimbing siswa mengumpulkan data, terutama ketika melakukan percobaan. Pada pertemuan kedua, bimbingan yang diberikan guru cukup besar karena sebagian besar siswa kurang memahami langkah kerja yang ada di LKS. Pada pertemuan pertama dan kedua guru belum memberikan motvasi kepada siswa untuk aktif dalam kelompok. Sehingga siswa yang kurang aktif sedikit terabaikan. Tahapan inkuri selanjutnya yaitu menguji hipotesis. Guru membantu siswa mengolah data hasil pengamatan yang dibantu dengan sejumlah pertanyaan yang ada di LKS. Namun, pada pertemuan pertama dan kedua terdapat kelemahan yaitu 85 guru belum menjelaskan atau mengaitkan antara rumusan hipotesis dengan hasil pengumpulan data. Kelemahan tersebut membuat siswa belum mendapat keterkaitan antara hasil temuan dengan rumusan hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan tahapan terakhir dari strategi inkuiri terbimbing. Guru membimbing siswa merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan. Setelah merumuskan kesimpulan, guru memfasilitasi siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi. Setiap perwakilan kelompok maju ke depan secara bergantian. Saat bersikusi guru memancing siswa untuk bertanya dan berpendapat antar kelompok. Guru bertindak seperti moderator selama jalannya diskusi. Sehingga setiap kelompok mampu lebih berpartisipasi dan aktif bertindak. Pada pertemuan pertama dan kedua guru mengajak siswa menyimpulkan hasil pembelajaran denga beranya jawab. Sehingga penyampaian kesimpulan tidak hanya dilakukan oleh guru saja karena siswa dilibatkan secara aktif. Siswa yang selama pembelajaran telah berperan aktif mendapat penguatan dari guru dan mendapatkan point tambahan berupa bintang. Tahapan terakhir ini sudah dilakukan guru sesuai sintaks dari pembelajaran inkuiri tanpa ada yang terlewati. 2 Observasi siswa terhadap Keterlaksanaan Pembelajaran Observasi ini dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru bagi siswa. Guru melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing, observasi siswa bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat melaksanakan setiap kegiatan dan 86 langkah kerja strategi inkuiri terbimbing. Peneliti menggunakan lembar observasi siswa terhadap keterlaksanaan pembelajaran dengan mengacu pada lembar observasi guru. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama, siswa sudah mengikuti setiap tahapan pembelajaran dengan baik. Pada tahapan orientasi siswa mendengarkan dengan antusias ketika guru melakukan apersepsi. Siswa juga berani menjawab pertanyaan guru secara sukarela. Demikian halnya pada pertemuan kedua siswa mengikuti kegiatan orientasi dengan baik. Bahkan keaktifan siswa menjawab pertanyaan guru lebih meningkat daripada pertemuan sebelumnya. Berdasarkan hal tersbut indikator rasa percaya diri berani bertindak nampak dan mengalami peningkatan. Pada kegiatan merumuskan masalah guru bertugas merumuskan masalah dengan bertanya kepada siswa. Pertemuan pertama dan kedua siswa tertantang dengan rumusan masalah yang diajukan guru. Hal dikarenakan guru juga tidak memberitahukan jawabannya kepada siswa. Siswa dalam kelompok juga mulai bertanya-tanya dan memikirkan jawaban yang diajukan oleh guru. Tahap selanjutnya yaitu merumuskan hipotesis. Semua kelompok sudah dapat merumuskan hipotesis berdasarkan rumusan masalah yang dipertanyakan. Namun pada saat pertemuan pertama belum semua siswa berperan aktif dalam merumuskan hipotesis. Pada kelompok 1, 2, dan 3 ada anggota kelompok yang hanya melihat temannya berdiskusi. Siswa tersebut adalah siswa dengan inisial AB, RS, AMC, RH, SM. Sedangkan kelompok 4 semua anggota sudah mampu 87 berdiskusi dengan baik untuk merumuskan hipotesis. Berbeda halnya ketika pertemuan kedua, kelompok 1, 3, dan 4 melakukan pembagian kerja dengan cara bergantian ketika menggambar kenampakan bulan yang pernah dilihat siswa. sehingga semua siswa dalam kelompok berperan aktif dan lebih mandiri tidak bergantung kepada teman. Siswa terlihat yakin dan tidak ragu ketika merumuskan hipotesis. Hal tersebut menandakan bahwa indikator memiliki keyakinan terhadap diri sendiri dan melakukan sesuatu tanpa ragu mulai meningkat. Namun indikator tidak bergantung pada orang lain masih terdapat kekurangan. Tahap inkuiri selanjutnya yaitu mengumpulkan data. Pada pertemuan pertama materi yang dipelajari adalah gerakan yang dilakukan bulan dengan menggunakan alat peraga tata surya. Kelompok 1 mendapat giliran pertama untuk mencoba alat peraga. Namun pada saat maju, kelompok 1 tidak membawa LKS yang berisi langkah kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa belum terbiasa menggunakan LKS yang disertai langkah kerja dalam pembelajaran. Siswa masih terlihat malu dan ragu-ragu ketika melakukan percobaan karena belum memahami langkah kerja. Siswa juga masih tergantung dengan guru yang ditandai dengan belum adanya inisiatif tindakan dari siswa. Pada saat kelompok 3 mendapat giliran melakukan percobaan, 2 orang anggotanya dengan inisial SH dan RH tidak maju ke depan dan hanya melihat dari tempat duduk. Sedangkan ketika kelompok 4 maju, siswa dengan inisial EA yang awalnya tidak mau maju karena malu. Berdasarkan hasil observasi tersebut, menunjukkan bahwa keberanian siswa dalam bertindak ketika percobaan masih kurang. 88 Pengumpulan data pada pertemuan kedua dengan materi fase-fase bulan. Semua kelompok siswa sudah melakukan pembagian kerja, dimana ada yang berperan sebagai bulan, matahari dan bumi. Satu kelompok maju ke depan kelas untuk dijadikan contoh. Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa merasa bingung dan ragu bagaimana cara mempraktikkannya. Kesulitan yang dialami siswa terutama pada orang yang berperan sebagai bulan. Peneliti mengasumsikan kebingungan yang dialami siswa ini disebabkan karena materi yang dipelajari dan kegiatan yang harus dilakukan cukup rumit. Setelah guru membimbing satu kelompok sebagai contoh, kelompok yang lain mempraktikkannya secara mandiri. Tahap inkuiri yang kelima yaitu menguji hipotesis. Siswa menguji hipotesis dengan mendiskusikan hasil pengumpulan data dan menjawab sejumlah pertanyaan yang ada di LKS. Pada pertemuan pertama semua siswa dalam kelompok terlihat memperhatikan ketika diskusi. Namun, terdapat anggota dari kelompok 3 dengan inisial SM hanya diam saja dan tidak memberikan pendapat. Pada pertemuan kedua siswa dalam kelompok tampak memperhatikan dan ikut membantu melengkapi hasil pengamatan. Siswa menjawab pertanyaan dengan yakin dan tanpa ragu, hal ini dikarenakan hasil pengetahuan diperoleh siswa secara mandiri. Tahap inkuri yang terakhir adalah merumuskan kesimpulan. Pada pertemuan pertama siswa merumuskan kesimpulan dengan mengisi kolom kesimpulan pada LKS yang telah diberi kalimat pembantu, sedangkan pada pertemuan kedua yaitu dengan memotong dan menempelkan gambar sesuai urutan fase bulan. Pada pertemuan pertama kelompok 2 dan 4 sempat bingung ketika 89 mengisi kesimpulan karena ada bagian yang tidak terdapat kalimat pembantunya. Sehingga guru memberikan bimbingan. Pada pertemuan kedua setiap kelompok sudah melakukan pembagian tugas, dimana ada yang memotong kertas, menyusun gambar dan menempelkannya. Seluruh anggota kelompok mulai menunjukkan kemandiriannya dengan tidak bergantung pada teman. Tidak ada siswa yang memamerkan hasil kerjanya kepada kelompok lain ketika selesai mengerjakan. Hanya sesekali beberapa siswa berbuat gaduh dan ramai sendiri. Sehingga dapat dilihat bahwa indikator rasa percaya diri kedua, kelima, dan keenam terlhat mengalamai peningkatan. Selesai merumuskan kesimpulan, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasi diskusi. Melatih siswa diskusi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa. Saat diskusi, kelompok yang tidak maju presentasi bertugas menanggapi apabila ada hal yang ingin ditanyakan atau memberi masukan. Setiap kelompok berani memberikan pendapat ketika jawaban kelompok yang presentasi kurang sesuai. Siswa juga sudah berani mengangkat tangan ketika berpendapat. Namun, masih terdapat beberapa siswa yang belum berani aktif ketika diskusi. Siswa yang berada pada kategori sedang juga mulai berani bertindak. Jumlah siswa yang berani menanggapi jalannya diskusi lebih banyak ketika pertemuan pertama, hal ini dikarenakan pada pertemuan kedua tidak disediakan pertanyaan yang harus dijawab siswa di LKS. Keberanian siswa dalam bertindak dapat dilihat lebih jelas pada lampiran hasil observasi aktivitas siswa. 90 Pada pertemuan pertama, terdapat aktivitas dimana siswa diminta untuk mendemonstrasikan gerakan yang dilakukan bumi, bulan, dan matahari. Sebagian besar siswa berani mengajukan diri untuk maju ke depan kelas. Siswa yang temasuk ke dalam kategori sedang berani mengangkat tangan dan bahkan saling berebut untuk mendapat giliran maju ke depan kelas. Pada pertemuan kedua, terdapat aktivitas yang juga meminta siswa untuk berani bertindak dan maju ke depan kelas yaitu dengan adanya permainan mengurutkan fase bulan. Sama seperti pada pertemuan pertama, siswa berebut untuk maju ke depan kelas. Keberanian siswa dalam bertindak meningkat melalui kegiatan ini. Pada kegiatan akhir siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran. Pada pertemuan pertama dan kedua guru menyimpulkan materi melalui tanya jawab dengan siswa. Siswa terlibat aktif dan antusias menjawab pertanyaan guru baik secara bersama-sama atau individu dengan sukarela. Pada kegiatan konfirmasi juga melakukan tanya jawab dengan siswa. Sejumlah 11 siswa berani mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan pada pertemuan pertama, yaitu siswa dengan inisial AS, UN, NN, AMC, RD, JP, WM, AB, AM, MA, DC. Siswa juga mendapat pujian dari guru karena telah menyelesaikan pembelajaran dengan baik. Siswa menunjukkan ekspresi senang ketika mendapat penguatan dari guru. Pada setiap pertemuan siswa yang aktif di kelas akan mendapat poin tambahan berupa bintang. Bintang yang diperoleh siswa dicatat pada papan bintang dan pada akhir pertemuan diakumulasikan jumlahnya. 91 3 Skala Rasa Percaya Diri Siswa Siklus I Skala rasa percaya diri digunakan peneliti untuk mengetahui sejauh mana peningkatan rasa percaya diri siswa setelah diberikan tindakan dalam pembelajaran IPA menggunakan strategi pembelajaran inkuri terbimbing. Skala percaya diri diberikan kepada siswa di akhir siklus I setelah pertemuan kedua selesai. Berikut disajikan hasil skala rasa percaya diri yang diperoleh masing-masing siswa pada siklus I. Tabel 12. Hasil Skala Rasa Percaya Diri Siswa pada Siklus I No. Insial Subjek Skor Persentase Kategori 1. AS 106 77,94 Tinggi 2. AA 104 76,47 Tinggi 3. AB 104 76,47 Tinggi 4. AM 98 72,06 Sedang 5. DC 105 77,21 Tinggi 6. DP 108 79,41 Tinggi 7. EA 104 76,47 Tinggi 8. FA 105 77,21 Tinggi 9. JP 113 83,09 Tinggi 10. MA 119 87,50 Sangat Tinggi 11. NN 108 79,41 Tinggi 12. RH 95 69,85 Sedang 13. RD 107 78,68 Tinggi 14. RS 90 66,18 Sedang 15. SM 88 64,71 Sedang 16. UN 111 81,62 Tinggi 17. WM 106 77,94 Tinggi 18. AMC 94 69,12 Sedang Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 18 siswa di kelas IV terdapat tiga kategori rasa percaya diri siswa yaitu sedang, tinggi dan sangat tinggi. Hasil ini meningkat dimana pada pra siklus masih terdapat siswa yang berada pada kategori rendah. Jumlah siswa yang termasuk pada kategori sedang yaitu lima siswa, sedangkan kategori tinggi berjumlah dua belas siswa, dan kategori sangat tinggi 92 satu siswa. Jumlah siswa yang berada pada kategori tinggi meningkat pesat, dimana pada pra siklus terdapat 13 siswa memiliki rasa percaya diri pada kategori sedang, dua siswa kategori tinggi, dan tiga siswa pada kategori rendah. Persentase rasa percaya diri siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Siklus I Kriteria Persentase Kriteria Jumlah siswa Persentase siswa 86 - 100 Sangat tinggi 1 5 76 - 85 Tinggi 12 67 60 - 75 Sedang 5 28 55 - 59 Rendah 54 Sangat rendah Berdasarkan data tersebut, persentase rasa percaya diri siswa dapat disajikan dalam diagram lingkaran sebagaimana pada gambar 5. Gambar 5. Diagram Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Siklus I Berdasarkan gambar 5 di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang berada pada kategori rasa percaya tinggi mempunyai persentase sebesar 67. Persentase ini meningkat, dimana pada pra siklus siswa yang berada pada kategori tinggi hanya mempunyai persentase sebesar 11. Siswa yang berada dalam kategori rasa 5 67 28 Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Siklus I Sangat Tinggi Tinggi Sedang 93 percaya diri sedang mempunyai persentase sebesar 28, sedangkan pada pra siklus sebagian besar siswa berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 72. Kategori rasa percaya diri sangat tinggi berjumlah satu orang dengan persentase sebesar 5. Di bawah ini disajikan hasil skala rasa percaya diri siswa per indikator dalam persentase yaitu sebagai berikut. Tabel 14. Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Siklus I No. Indikator Persentase 1. Mempunyai keyakinan pada diri sendiri 76,39 2. Mampu berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain 75,69 3. Melakukan segala sesuatu tanpa ragu 81,71 4. Merasa dirinya berharga 80,90 5. Tidak Menyombongkan diri sendiri 77,08 6. Berani bertindak 66,90 Berdasarkan tabel 14, berikut disajikan hasil skala rasa percaya diri siswa per indikator dalam bentuk diagram batang sebagaimana gambar 6. Gambar 6. Diagram Batang Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Siklus I Berdasarkan gambar 6, pencapaian indikator tertinggi hasil skala rasa percaya diri siswa yaitu melakukan segala sesuatu tanpa ragi memperoleh skor 76,39 75,69 81,71 80,90 77,08 66,90 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Siklus I 94 81,71, sedangkan yang terendah adalah indikator berani bertindak memperoleh skor 66,90. Sebagian besar indikator dari rasa percaya diri sudah berada pada ketegori tinggi. Indikator rasa percaya diri yang berada pada katergori tinggi antara lain mempunyai keyakinan pada diri sendiri, melakukan segala sesuatu tanpa ragu, merasa dirinya berharga, dan tidak menyombongkan diri. Indikator mampu berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain dan berani bertindak masih dalam kategori sedang. Perbandingan hasil skala rasa percaya diri siswa pra siklus dengan siklus I dapat dilihat pada tabel 15. Tabel 15. Perbandingan Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Pra Siklus dan Siklus I No. Indikator Rasa Percaya Diri Persentase Pra siklus Siklus I Peningkatan 1. Mempunyai keyakinan pada diri sendiri 65,05 76,39 11,34 2. Mampu berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain 65,74 75,69 9,95 3. Melakukan segala sesuatu tanpa ragu 73,61 81,71 8,10 4. Merasa dirinya berharga 72,92 80,90 7,98 5. Tidak Menyombongkan diri sendiri 68,29 77,08 8,79 6. Berani bertindak 55,79 66,90 11,11 Berdasarkan tabel 18, menunjukkan bahwa semua indikator dari rasa percaya diri mengalami peningkatan. Besarnya peningkatan setiap indikator rasa percaya diri bervariasi mulai dari 7,98 sampai 11,34. Peningkatan terbesar yaitu pada indikator mempunyai keyakinan pada diri sendiri yaitu 11,34. Sedangkan peningkatan terkecil pada indikator merasa dirinya berharga. Adapun penyajian lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7. 95 Gambar 7. Diagram Batang Perbandingan Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Pra Siklus dan Siklus I

d. Refleksi Siklus I

Pada tahap refleksi guru dan peneliti berdiskusi untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan selama siklus I. Refleksi dilakukan dengan memperhatikan hasil analisis data seperti lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa. Refleksi ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui bagian yang sudah berhasil dilakukan dan bagian-bagian yang perlu diperbaiki atau dikembangkan pada tindakan selanjutnya. Adapun hasil refleksi siklus I disajikan dalam tabel 16. 65,05 65,74 73,61 72,92 68,29 55,79 76,39 75,69 81,71 80,90 77,08 66,90 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 Perbandingan Persentase Rasa Percaya Diri Siswa Per Indikator Prasiklus Siklus I 96 Tabel 16. Refleksi Siklus I No. Refleksi Siklus I Rencana Tindakan pada Siklus II 1. Pada tahap mengumpulkan data, guru belum memberikan motivasi siswa untuk aktif dalam kelompok. Hal ini membuat siswa yang kurang aktif di kelompok menjadi terabaikan dan kurang mendapat perhatian guru. Pada tahap pengumpulan data guru memberikan motivasi kepada setiap siswa terutama kepada siswa yang kurang terlibat aktif di kelompok. Sehingga siswa lebih terpacu untuk akif karena telah diberikan motivasi oleh guru. Pemberian motivasi tidak hanya dilakukan pada tahap pengumpulan data tetapi juga pada saat presentasi kelompok. 2. Pada tahap menguji hipotesis, belum ada kegiatan yang mengaitkan antara hasil pengumpulan data dengan jawaban sementara yang telah dirumuskan. Pada tahap menguji hipotesis, peneliti menambahkan pernyataan yang harus diisi oleh siswa. Pernyataan tersebut berisi apakah jawaban sementara yang telah dirumuskan di awal pembelajaran terbukti atau tidak terbukti. 3. Siswa mengalami hambatan dalam tahap mengumpulkan data, khususnya dalam memahami langkah kerja ketika akan melakukan percobaan. Hal ini berdampak pada waktu yang dibutuhkan untuk pengumpulan data lebih banyak. Siswa juga belum terbiasa menggunakan langkah kerja untuk percobaan. Peneliti menyederhanakan kalimat petunjuk pada langkah keja di LKS. Pada kegiatan mengumpulkan data guru memberikan instruksi kepada siswa untuk memperhatikan langkah kerja sebelum melakukan percobaan. Guru meminta siswa mencermati LKS dan membaca langkah kerja sebelum diberi alat percobaan atau diajak berkegiatan. Jika diberikan alat kerja terlebih dahulu dapat memecah konsentrasi siswa. 4. Indikator keberanian siswa dalam bertindak belum maksimal dan belum merata. Salah satunya keberanian dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dengan sukarela. Siswa yang berani bertindak juga masih didominasi oleh siswa tertentu. Peneliti merancang pembelajaran dengan menambahkan kegiatan menggunakan kartu tanya jawab. Setiap siswa akan mendapat selembar kertas yang akan digunakan untuk menulis pertanyaan. Pertanyaan ditujukan untuk dijawab teman lainnya. Saat kegiatan presentasi, semua anggota kelompok maju ke depan kelas dan membacakan hasil diskusi secara bergantian. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keberanian siswa tampil di depan kelas. 97 Berdasarkan hasil refleksi dan observasi pada siklus I, masih terdapat beberapa kekurangan dalam pelaksanaan tindakan. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini juga belum tercapai. Hasil skala percaya diri siswa menunjukkan persentase siswa yang memiliki rasa percaya diri tingi dan sangat tinggi sebesar 72. Hasil tersebut belum memenuhi kriteria keberhasilan penelitian sebanyak 75. Oleh karena itu, diadakan penelitian pada siklus II berdasarkan hasil refleksi siklus I agar kriteria keberhasilan dapat tercapai.

3. Siklus II

Siklus II terdiri dari dua pertemuan, yaitu pertemuan pertama pada hari Rabu 5 April 2017 dan pertemuan kedua pada hari Rabu 12 Apil 2017. Pelaksanaan pertemuan kedua tidak dilakukan pada hari Sabtu karena guru berhalangan hadir. Sehingga pertemuan kedua diundur pada hari Rabu minggu berikutnya. Waktu pembelajaran pada petemuan pertama dan kedua adalah 70 menit 2 jam pelajara. Kegiatan yang dilakukan pada siklus II meliputi:

a. Perencanaan Planning

Perencanaan penelitian pada siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi siklus I. Beberapa hal yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan siklus II adalah sebagai berikut: 1 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Peneliti menyusun dua buah RPP untuk 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua membahas materi tentang perubahan lingkungan fisik dan

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI INKUIRI BERBASIS LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TAMBAKAJI 03

0 6 275

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS V Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri Pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Karangpandan Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 15

HUBUNGAN RASA PERCAYA DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE-GUGUS 5 KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO.

0 2 147

PENINGKATAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI PELATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 BERBAH.

0 0 162

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KELAS IVB SD NEGERI PANGGANG SEDAYU BANTUL.

0 3 310

PENINGKATAN CURIOSITY SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH DASAR NEGERI WONOSARI, KECAMATAN KEMIRI, KABUPTEN PURWOREJO.

0 0 203

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN IPA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD NEGERI KASONGAN.

0 2 157

PENINGKATAN SIKAP PERCAYA DIRI SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VB SEKOLAH DASAR NEGERI TUKANGAN.

0 0 203

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI SISWA MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD N GUPAKAN II, TEPUS, GUNUNGKIDUL.

0 0 214

UPAYA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI TERBIMBING MATERI DAUR AIR KELAS VB SD NEGERI JIPANG

0 0 14