Adanya Teknologi Pengelolaan Rata

kebijakan baru yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas layanan kebersihan di Kota Medan. Gheewala et.al 2011 memaparkan hasil studi yang menggambarkan bagaimana upaya PEMKO dalam meningkatkan aktifitas pengelolaan SDU di Distrik Nonthaburi yang berada 20 km arah Barat Laut Thailand, dengan populasi sebanyak 270.000 jiwa serta luas area sebesar 39 km 2 Melalui aktifitas pengelolaan SDU tersebut PEMKO Nonthaburi mampu mendaur ulang sampah sebanyak 90 Ton per hari, yang ekivalen dengan mereduksi GRK sebesar to 151,120 MTCE per tahunnya. ekivalen dengan penghematan minyak mentah sebanyak 25,580 Ton per tahun. Dari sisi ekonomi, aktifitas pengelolaan SDU ini mampu menghasilkan 373 juta baht 12.5 juta yang terdistribusi ke berbagai stakeholder terkait seperti para pengumpul sampah, fasilitas pemrosesan SDU dan pabrik yang mengelola SDU Gheewala et.al, 2011. . Melalui kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan proses separasi sampah dari sumbernya PEMKO Nonthaburi berhasil menaikkan persentase daur ulang sampah perkotaan dari 22 pada tahun 2006 menjadi hampir 25 pada tahun 2010.

5.4.4. Adanya Teknologi Pengelolaan

Penerapan alternatif teknologi pengelolaan yang bersinergi dengan preferensi masyarakat dan UUPS terhadap sistem pengelolaan sampah perkotaan Kota Medan akan menyebabkan : 1 berkurangnya jumlah timbulan sampah yang harus dibuang ke TPA; 2 total kontribusi Gas GRK yang bernilai positip ; 3 SF akan memperoleh nilai ekonomis dari proses pengolahan sampah perkotaan pada instalasi pengelolaan sampah. Nilai- nilai tersebut diperoleh melalui kinerja dinamis: 1 submodel jumlah timbulan sampah; 2 submodel teknologi pengelolaan 3 subsistem nilai ekonomis pada submodel teknologi pengelolaan dan 4 subsistem lingkungan dari submodel teknologi pengelolaan setiap alternatif teknologi Universitas Sumatera Utara pengelolaan terpilih berdasarkan studi ANP yang terdiri dari : 1 AD-MBT M1 ; 2 MB-Gasification M2 dan 3 MB-Inceneration M3. Kinerja dinamis model dalam rentang waktu 2010-2015 diperoleh dengan menggunakan asumsi : 1 Kapasitas instalasi pengolahan sebesar 400 Kton sampah pertahun; 2 persentase daya angkut sampah perkotaan yang dilaksanakan oleh DKKM bernilai sama dengan persentase daya angkut sampah hasil kinerja dinamis model rentang 2004-2010 yaitu sebesar 50,07 ; 3 komposisi sampah organik dan anorganik yang benilai sama dengan kinerja dinamis model dalam rentang waktu 2004-2010 yaitu sebesar 42,03 sampah organik dan 57,97 sampah anorganik serta waktu pembangunan setiap alternatif teknologi pengelolaan yang berlangsung selama 3 tahun. Berdasarkan analisis mass balance dari setiap alternatif teknologi pengelolaan maka jumlah sampah perkotaan yang dapat diangkut oleh DKKM kota Medan akan ditransformasikan ke berbagai jenis produk seperti 1 energi ; 2 SDU; serta 3 Sisa pengolahan yang harus dibuang ke TPA Lampiran 13, seperti yang disajikan pada Tabel 5.25. Tabel 5.25. Kinerja Dinamis Mass Balance Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaaan, 2010 - 2015 Tahun Sampah ke Instalasi Energi Input Energi Output SDU Kompos Sampah ke TPA sampah ke TPA KTon MW MW Kton Kton KTon AD MBT M1 2010 281,87 0,00 0,00 0,00 0,00 281,87 100,00 2011 274,94 0,00 0,00 0,00 0,00 274,94 100,00 AD MBT M1 2012 268,06 0,00 0,00 0,00 0,00 268,06 100,00 2013 261,21 1,61 1,97 99,76 31,61 82,05 31,41 2014 254,39 1,57 1,92 97,15 30,78 79,90 31,41 2015 247,60 1,53 1,87 94,56 29,96 77,77 31,41 Total 1.588,07 4,705 5,750 291,465 92,347 1.064,589 Rata 264,68 1,57 1,92 97,15 30,78 177,431 Universitas Sumatera Utara Tahun Sampah ke Instalasi Energi Input Energi Output SDU Kompos Sampah ke TPA sampah ke TPA MB Gasification M2 2010 281,87 0,00 0,00 0,00 0,00 281,87 100,00 2011 274,94 0,00 0,00 0,00 0,00 274,94 100,00 2012 268,06 0,00 0,00 0,00 0,00 268,06 100,00 2013 261,21 4,03 23,29 15,65 0,00 61,38 23,50 2014 254,39 3,92 22,68 15,24 0,00 59,78 23,50 2015 247,60 3,82 22,07 14,83 0,00 58,19 23,50 Total 1.588,07 11,762 68,043 45,715 0,00 1.004,220 Rata 264,68 3,92 22,68 15,24 0,00 167,370 MB Inceneration M3 2010 281,87 0,00 0,00 0,00 0,00 281,87 100,00 2011 274,94 0,00 0,00 0,00 0,00 274,94 100,00 2012 268,06 0,00 0,00 0,00 0,00 268,06 100,00 2013 261,21 5,22 19,08 9,80 0,00 66,61 25,50 2014 254,39 5,08 18,59 9,54 0,00 64,87 25,50 2015 247,60 4,95 18,09 9,28 0,00 63,14 25,50 Total 1.588,07 15,246 55,759 28,62 0,00 1.019,484 Rata 264,68 5,08 18,59 9,54 0,00 169,914 Sumber : Kinerja Dinamis Model Tabel 5.25 memperlihatkan bahwa alternatif teknologi pengelolaan yang menghasilkan sisa proses yang paling sedikit untuk dibuang ke TPA adalah teknologi pengelolaan MB-Gasification yang disusul oleh teknologi MB-Inceneration dan AD-MBT dengan persentase penurunan jumlah sampah yang harus dibuang ke TPA sebesar 76,5 , 74,50 dan 68,59 secara berurutan. Persentase penurunan ini dicapai pada tahun 2013 atau setelah selesainya proses pembangungan instalasi pengelolaan. Nilai tersebut merupakan nilai yang dicapai dari nilai rata-rata kapasitas instalasi yang terpakai dari 400 Kton sebesar 63,60 sebagai akibat dari rendahnya Universitas Sumatera Utara kapasitas daya angkut sampah perkotaan yang pada akhir tahun 2015 nilainya sebesar 50,07. Gambar 5.33. Grafik Jumlah Timbulan Sampah ke TPA hasil Proses setiap Alternatif Teknologi Pengelolaan , 2010-2015 Dengan diketahuinya proyeksi jumlah sampah ke TPA maka kedepannya DKKM hanya perlu menetapkan 1 buah TPA terpadu yang telah dilengkapi dengan instalasi pengolahan SP untuk menggantikan 2 TPA TPA Terjun dan TPA Namo Bintang yang telah hampir berakhir masa pakainya TPA Namo Bintang telah beroperasi sejak tahun 1987–23 Tahun dan TPA Terjun telah beroperasi sejak tahun 1993-17 tahun. Selanjutnya melalui hasil analisis mass balance dari setiap alternatif teknologi pengelolaan tersebut juga dapat diketahui kinerja dinamis model yang berkaitan dengan:

A. Kontribusi Lingkungan Alternatif Teknologi Pengelolaan

Dengan adanya penerapan teknologi pengelolaan pada pemrosesan akhir sampah perkotaan di Kota Medan maka kontribusi lingkungan sampah perkotaan akan terdiri atas : 1 kontribusi GRK dari sampah yang dibuang ke TPA dengan rasio konversi sebesar 0,06 untuk teknologi AD-MBT; 2 kontribusi sampah yang harus dibuang ke TPA sebagai hasil proses instalasi MB-Gasification dan MB-Inceneration dengan rasio konversi -0,03 ; 3 kontribusi sampah perkotaan yang tidak dapat diangkut dan sampah perkotaan sebelum selesai pembangungan instalasi pengolahan dengan nilai 50 100 150 200 250 300 2010 2011 2012 2013 2014 2015 AD MBT M1 MB Gasification M2 MB Inceneration M3 KTon Tahun Universitas Sumatera Utara konversi sebesar 0,12; 3 Kontribusi GRK dari sampah daur ulang yang dihasilkan oleh instalasi pengolahan Metal, Mix SDU dengan nilai konversi sebesar -0,79 USEPA, 2006. Adapun kontribusi GRK dari setiap alternatif teknologi pengelolaan yang merupakan kinerja dinamis submodel teknologi pengelolaan dapat dilihat pada Tabel 5.26: Tabel 5.26. Kontribusi Lingkungan akibat adanya Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaaan, 2010 - 2015 Tahun GRK Sampah Organik GRK Sampah Anorganik NET GRK Sektor Fomal konversi MTCE ke Liter Nilai Ekivalen GRK dari SDU ke Liter MTCE MTCE MTCE Liter AD MBT M1 2010 24,268.70 0.00 24,268.70 1201.23 29,152,290.17 2011 24,767.65 0.00 24,767.65 1201.23 29,751,645.72 2012 24,860.68 0.00 24,860.68 1201.23 29,863,389.17 2013 -4,102.29 -78,806.99 -82,909.28 1201.23 -99,593,114.26 2014 -3,995.19 -76,749.60 -80,744.78 1201.23 -96,993,057.34 2015 -3,888.52 -74,700.45 -78,588.97 1201.23 -94,403,432.55 Total 61,911.03 -230,257.04 -168,346.01 -202,222,279.08 Rata -3,995.33 -76,752.35 -80,747.68 -96,996,534.72 MB Gasification M2 2010 24,268.70 0.00 24,268.70 1201.23 29,152,290.17 2011 24,767.65 0.00 24,767.65 1201.23 29,751,645.72 2012 24,860.68 0.00 24,860.68 1201.23 29,863,389.17 2013 -1,841.52 -12,360.67 -14,202.19 1201.23 -17,060,097.21 2014 -1,793.45 -12,037.97 -13,831.42 1201.23 -16,614,712.77 2015 -1,745.56 -11,716.57 -13,462.13 1201.23 -16,171,115.33 Total 68,516.49 -36,115.21 32,401.29 38,921,399.76 Rata -1,793.51 -12,038.40 -13,831.91 -16,615,308.44 MB Inceneration M3 2010 24,268.70 0.00 24,268.70 1201.23 29,152,290.17 2011 24,767.65 0.00 24,767.65 1201.23 29,751,645.72 2012 24,860.68 0.00 24,860.68 1201.23 29,863,389.17 Universitas Sumatera Utara Tahun GRK Sampah Organik GRK Sampah Anorganik NET GRK Sektor Fomal konversi MTCE ke Liter Nilai Ekivalen GRK dari SDU ke Liter MB Inceneration M3 2013 -1,998.25 -7,738.31 -9,736.56 1201.23 -11,695,851.16 2014 -1,946.08 -7,536.29 -9,482.37 1201.23 -11,390,509.99 2015 -1,894.12 -7,335.08 -9,229.20 1201.23 -11,086,393.92 Total 68,058.58 -22,609.69 45,448.89 54,594,570.00 Rata -1,946.15 -7,536.56 -9,482.71 -11,390,918.36 Sumber : Kinerja Dinamis Model Tabel 5.26 memperlihatkan bahwa kontribusi lingkungan yang diberikan oleh sampah perkotaan Kota Medan dalam bentuk GRK setelah diterapkannya teknologi pengelolaan memperlihatkan adanya penurunan GRK secara signifikan dari nilai 24,860.68 MTCE pada tahun 2012 menjadi : 1 -82,909.28 MTCE pada tahun 2013 pada penerapan teknologi pengelolaan AD-MBT; 2 -14,202.19 MTCE pada tahun 2013 pada penerapan teknologi pengelolaan MB-Gasification dan 3 -9.736,56 MTCE pada tahun 2013 pada penerapan teknologi pengelolaan MB-Inceneration. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan reduksi GRK rumah kaca terbesar akan dapat diperoleh dengan menerapkan teknologi AD-MBT yang disusul oleh teknologi MB-Gasification dan MB-Inceneration. Melalui nilai yang disajikan pada Tabel 5.26 juga dapat diketahui bahwa rasio rata-rata kemampuan mereduksi GRK dari ketiga alternatif teknologi pengelolaan terdiri : 1 AD-MBT dengan rasio = 4.44; 2 MB- Gasification dengan rasio = 1.61. dan 3 MB-Inceneration dengan rasio = 1.43. Rasio ini kembali memberikan gambaran bahwa teknologi pengelolaan yang menerapkan pengelolaan SDU secara maksimal AD- MBT dapat memberikan kontribusi yang setara dengan aktifitas pengelolaan SDU yang dilakukan oleh SI yang memiliki rasio reduksi rata- rata GRK sebesar 4.80. Universitas Sumatera Utara Kinerja dinamis submodel tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Smith et al 2001 yang menyebutkan bahwa alternatif teknologi pengelolaan sampah yang paling besar mereduksi GRK adalah MBT yang disusul oleh teknologi incenerator. Munculnya incenerator pada urutan ke dua pada studi Smith et al. disebabkan karena alternatif teknologi pengelolaan Gasifikasi tidak dijadikan sebagai bagian dari studi yang mereka lakukan. Apabila reduksi GRK yang dihasilkan oleh alternatif teknologi pengelolaan pada studi ini di gabungkan dengan nilai reduksi GRK akibat adanya aktifitas pengelolaan SDU yang dilakukan oleh SI maka nilai reduksi GRK yang dihasilkan oleh sampah perkotaan kota Medan nilainya akan semakin besar, seperti yang disajikan pada Tabel 5.27. Tabel 5.27. Kontribusi Lingkungan akibat adanya Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaaan dan Aktifitas Daur Ulang Sektor Informal, 2010 - 2015 Tahun NET GRK Sektor Fomal NET GRK Sektor Infornal NET GRK Sektor Fomal dan sektor Informal konversi MTCE ke Liter Nilai Ekivalen GRK dari SDU ke Liter MTCE MTCE MTCE Liter AD MBT M1 2010 24,268.70 -79,122.52 -54,853.82 1,201.23 -65,892,054.53 2011 24,767.65 -83,840.20 -59,072.55 1,201.23 -70,959,717.73 2012 24,860.68 -88,839.17 -63,978.49 1,201.23 -76,852,887.00 2013 -82,909.28 -94,136.20 -177,045.48 1,201.23 -212,672,341.79 2014 -80,744.78 -99,749.06 -180,493.84 1,201.23 -216,814,620.69 2015 -78,588.97 -105,696.60 -184,285.57 1,201.23 -221,369,359.37 Total -168,346.01 -551,383.75 -719,729.76 -864,560,981.10 Rata -28,057.67 -91,897.29 -119,954.96 -144,093,496.85 MB Gasification M2 2010 24,268.70 -79,122.52 -54,853.82 1,201.23 -65,892,054.53 2011 24,767.65 -83,840.20 -59,072.55 1,201.23 -70,959,717.73 2012 24,860.68 -88,839.17 -63,978.49 1,201.23 -76,852,887.00 Universitas Sumatera Utara Tahun NET GRK Sektor Fomal NET GRK Sektor Infornal NET GRK Sektor Fomal dan sektor Informal konversi MTCE ke Liter Nilai Ekivalen GRK dari SDU ke Liter MB Gasification M2 2013 -14,202.19 -94,136.20 -108,338.39 1,201.23 -130,139,324.74 2014 -13,831.42 -99,749.06 -113,580.48 1,201.23 -136,436,276.11 2015 -13,462.13 -105,696.60 -119,158.73 1,201.23 -143,137,042.14 Total 32,401.29 -551,383.74 -518,982.46 -623,417,302.25 Rata 5,400.21 -91,897.29 -86,497.08 -103,902,883.71 MB Inceneration M3 2010 24,268.70 -79,122.52 -54,853.82 1,201.23 -65,892,054.53 2011 24,767.65 -83,840.20 -59,072.55 1,201.23 -70,959,717.73 2012 24,860.68 -88,839.17 -63,978.49 1,201.23 -76,852,887.00 2013 -9,736.56 -94,136.20 -103,872.76 1,201.23 -124,775,078.69 2014 -9,482.37 -99,749.06 -109,231.43 1,201.23 -131,212,073.33 2015 -9,229.20 -105,696.60 -114,925.80 1,201.23 -138,052,320.74 Total 45,448.89 -551,383.74 -505,934.86 -607,744,132.01 Rata 7,574.81 -91,897.29 -84,322.48 -101,290,688.67 Sumber : Kinerja Dinamis Model Tabel 5.27 memperlihatkan bahwa apabila SI dijadikan sebagai bagian dari sistem pengelolaan sampah di Kota Medan, maka nilai reduksi rata-rata GRK dari ke dua aktifitas tersebut akan semakin meningkat dengan rasio : 1 AD-MBT dengan rasio = 5.94; 2 MB-Gasification dengan rasio = 4.56 dan 3 MB-Inceneration dengan rasio = 4.47. Studi yang dilakukan Eunomia ERC, 2008 memperlihatkan bahwa diantara berbagai alternatif teknologi pengelolaan sampah perkotaan yang dapat diterapkan pada pemrosesan akhir sampah teknologi AD-MBT berada dalam urutan teratas dalam hal kemampuan mereduksi GRK. Kompilasi perhitungan yang digunakan dengan metode LCA ini menjelaskan bahwa AD MBT memiliki kemapuan mereduksi 7.49 kali lebih baik dibandingkan dengan teknologi MB-Gasification dan 9,92 kali lebih baik dibandingkan dengan menggunakan teknologi MB-Inceneration. Universitas Sumatera Utara Nilai kontribusi GRK yang bernilai positip akibatnya adanya aktifitas pengelolaan SDU baik pada skenario 1 dan skenario 2 juga mengindikasikan bahwa aktifitas pengelolaan SDU ini telah turut serta melaksanakan perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup seperti yang tertera dalam UU no 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pada Butir pertimbangan dalam UU tersebut secara eksplisit dijelaskan bahwa pemanasan global yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Konteks perlindungan terhadap pemanasan global ini juga dipertegas pada : 1. BAB I tentang Ketentuan Umum pada Pasal 1 ayat 19 yang menjelaskan bahwa : Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfir secara global dan selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. 2. BAB III tentang Perencanaan pada Pasal 10 ayat 4 yang berisi : RPPLH memuat rencana tentang: a. pemanfaatan danatau pencadangan sumber daya alam; b. pemeliharaan dan perlindungan kualitas danatau fungsi lingkungan hidup; c. pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan pelestarian sumber daya alam; dan d. adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. 3. BAB V tentang Pengendalian Pasal 21 ayat 2 yang menjelaskan bahwa : Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup meliputi kriteria baku kerusakan ekosistem dan kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim. 4. BAB VI tentang Pemeliharan pada Pasal 57 ayat 1 yang berisikan : Pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan melalui upaya: a. konservasi sumber daya alam; b. pencadangan sumber daya alam; danatau ; c. pelestarian fungsi atmosfer serta ayat 4 yang berisikan : Universitas Sumatera Utara Pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c meliputi : a. upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim; b.upaya perlindungan lapisan ozon; dan c. upaya perlindungan terhadap hujan asam. Penekanan terhadap konteks pemanasan global dalam UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup semakin menegaskan pentingnya aktifitas pengelolaan SDU dalam pengelolaan SP. Oleh karenanya apabila PEMKO MedanDKKM ingin menerapkan teknologi pengelolaan pada sistem pengelolaan sampah perkotaan maka prinsip-prinsip pengelolaan harus dapat mengacu pada hirarki pengelolaan sampah. Hal ini disebabkan karena melalui studi ini diperoleh gambaran bahwa apabila sampah perkotaan yang dihasilkan oleh penduduk kota Medan tidak dikelola dengan menerapkan hirarki pengelolaan sampah 3R maka sampah perkotaaan akan turut memberikan kontribusi GRK yang cukup signifikan. Dengan mengacu pada nilai rasio reduksi GRK yang diperoleh dari kinerja dinamis model baik pada skenario 1 tidak diterapkannya alternatif teknologi pengelolaan maupun skenario 2 diterapkannya alternatif teknologi pengelolaan maka hipotesis ke tiga dari studi ini yang menyatakan kontribusi lingkungan dari aktifitas sektor formal dalam mengelola sampah perkotaan bernilai negatip apabila tidak ada penerapan teknologi pengelolaan pada pemrosesan akhir sampah perkotaan dan bernilai positip apabila ada penerapan teknologi pengelolaan pada pemrosesan akhir sampah perkotaan, serta kontribusi lingkungan dari aktifitas sektor informal yang turut mengelola sampah perkotaan bernilai positip sepenuhnya dapat diterima.

B. Nilai Ekonomis Alternatif Teknologi Pengelolaan

Berdasarkan analisis Mass Balance setiap alternatif teknologi pengelolaan juga akan dapat diketahui implikasi ekonomis dari setiap alternatif teknologi pengelolaan yang terdiri dari komponen pengeluaran Universitas Sumatera Utara dan komponen pendapatan yang digenerasi dari aktifitas teknologi tersebut dalam mengelola sampah perkotaan di Kota Medan. Komponen pengeluaran dari alternatif teknologi pengelolaan akan terdiri atas : 1 biaya konstruksi ; 2 biaya Listrik dan 3 biaya operasional dari setiap alternatif teknologi pengelolaan, seperti yang disajikan pada Tabel 5.28. Tabel 5.28. Komponen Pengeluaran Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaaan, 2010 - 2015 Tahun Biaya Konstruksi 1 Biaya Listrik 2 Biaya Operasional 3 Total Biaya Pengelolaan 4 = 2 + 3 MRupiah MRupiah MRupiah MRupiah AD MBT M1 2010 622,392 0,00 0,00 0,00 2011 0,00 0,00 0,00 0,00 2012 0,00 0,00 0,00 0,00 2013 0,00 10,58 51,72 62,30 2014 0,00 10,30 50,37 60,67 2015 0,00 10,03 49,02 59,05 Total 622,39 30,91 151,11 182,02 Rata 622,39 10,30 50,37 60,67 MB Gasification M2 2010 1.807,59 0,00 0,00 0,00 2011 0,00 0,00 0,00 0,00 2012 0,00 0,00 0,00 0,00 2013 0,00 26,45 72,41 98,85 2014 0,00 25,76 70,52 96,27 2015 0,00 25,07 68,63 93,70 Total 1.807,59 77,27 211,56 288,83 Rata 0,00 25,76 70,52 96,28 MB Inceneration M3 2010 1.592,59 0,00 0,00 0,00 2011 0,00 0,00 0,00 0,00 2012 0,00 0,00 0,00 0,00 2013 0,00 34,28 275.000 106,12 2014 0,00 33,39 275.000 103,35 2015 0,00 32,50 275.000 100,59 Total 1.592,59 100,17 0,00 310,05 Rata 0,00 33,39 275.000 103,35 Sumber : Kinerja Dinamis Model Universitas Sumatera Utara Tabel 5.28 memperlihatkan bahwa nilai terbesar dari biaya konstruksi yang dibutuhkan untuk membangun instalasi pengelolaan sampah dengan kapasitas 400 Kton adalah dari teknologi pengelolaan MB Gasification dengan nilai sebesar Rp. 1,807 Trilyun disusul oleh teknologi MB Inceneration dengan nilai sebesar Rp. 1,592 Triyun dan berada pada urutan terakhir adalah teknologi AD-MBT dengan nilai sebesar Rp. 0,622 Trilyun. Nilai ini mengindikasikan bahwa untuk membangun sebuah instalasi pengelolaan MB-Gasification dan MB-Inceneration maka akan membutuhkan dana lebih besar sebanyak 2,90 kali dan 2,56 kali lebih besar dari pada dana yang dibutuhkan untuk membangun instalasi pengelolaan sampah perkotaan yang mengadopsi teknologi pengelolaan AD-MBT. Keseluruhan nilai tersebut diperoleh dengan asumsi bahwa dana pembangunan setiap instalasi pengelolaan berasal dari dana APBD sehingga tidak memerlukan perhitungan bunga pinjaman. Gambar 5.34. Grafik Biaya Kontruksi Alternatif Teknologi Pengelolaan Dengan menggunakan asumsi tarif listrik sebesar Rp. 750 per KWh, maka selanjutnya dapat diketahui biaya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan setiap alternatif teknologi pengelolaan dengan kebutuhan listrik seperti yang disajikan pada Tabel 5.28. Kinerja dinamis model memperlihatkan bahwa alternatif teknologi pengelolanaan AD-MBT merupakan alternatif teknologi yang paling sedikit dalam hal pengeluaran biaya listrik dengan nilai rata-rata dalam kurun waktu 3 tahun setelah beroperasi sebesar Rp. 10,34 Milyar disusul oleh teknologi MB- 0,00 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 Biaya Konstruksi AD-MBT MB-Gasification MB-Inceneration Mrupi ah Universitas Sumatera Utara Gasification dengan nilai rata-rata sebesar Rp. 25,76 Milyar dan MB Inceneration dengan nilai rata-rata sebesar Rp. 33,39 Milyar. Gambar 5.35. Grafik Biaya Listrik Rata-rata Alternatif Teknologi Pengelolaan Selain biaya konstruksi dan biaya listrik yang lebih kecil dibandingkan dengan ke dua teknologi lainnya, teknologi AD-MBT juga merupakan teknologi yang paling kecil membutuhkan biaya operasional. Seperti diketahui bahwa untuk mengelola 1 ton sampah perkotaan teknologi AD-MBT akan membutuhkan biaya sebesar Rp. 198.000, sedangkan teknologi MB-Gasification dan MB-Inceneration akan membutuhkan biaya sebesar Rp.277.200 dan Rp. 275.000. Dari jumlah biaya operasional per ton sampah tersebut maka biaya untuk mengelola sampah perkotaan yang masuk ke setiap instalasi pengelolaan akan bernilai rata-rata sebesar Rp. 50,37 Milyar setiap tahunnya untuk teknologi AD-MBT. Sedangkan biaya operasinal rata-rata untuk teknologi MB-Gasification dan MB-Inceneration nilainya mencapai Rp.70,52 Milyar dan Rp. 69,96 Rupiah. Gambar 5.36. Grafik Biaya Operasional Rata-rata Alternatif Teknologi Pengelolaan 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 Biaya Listrik Rata-rata AD-MBT MB-Gasification MB-Inceneration 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 Biaya Operasional Rata-rata AD-MBT MB-Gasification MB-Inceneration Mrupi ah Mrup iah Universitas Sumatera Utara Total biaya pengelolaan yang merupakan penjumlahan biaya listrik dan biaya operasional setiap teknologi pengelolaan memperlihatkan bahwa biaya pengelolaan rata-rata terkecil terdapat pada teknologi pengelolaan AD-MBT dengan nilai sebesar Rp. 60,67 Milyar, sedangkan biaya pengelolaan rata-rata teknologi MB-Gasification dan MB-Inceneration berada pada kisaran Rp. 96,28 Milyar dan 103,35 Milyar setiap tahunnya. Gambar 5.37. Grafik Biaya Pengelolaan Rata-rata Alternatif Teknologi Pengelolaan Sedangkan komponen pendapatan yang dapat diperoleh dari penerapan alternatif teknologi pengelolaan terhadap sistem pengelolaan sampah perkotaan di Kota Medan akan terdiri dari : 1 nilai jual kompos pada teknologi pengelolaan AD-MBT dengan asumsi harga jual kompos Rp. 350 per kg ITBE, 2010; 2 nilai jual SDU yang diperoleh pada penerapan alternatif teknologi AD-MBT dan MB-Gasification Lampiran 4 dan 3 nilai jual listrik PLN, 2010 pada alternatif teknologi AD-MBT, MB- Gasification dan MB-Inceneration nilai rata-rata TDL 2010 yang dikalikan dengan hasil kinerja dinamis model berdasarkan Mass Balance setiap alternatif Teknologi. Dengan menggunakan asumsi tersebut maka komponen pendapatan dari setiap alternatif teknologi hasil kinerja dinamis model dapat dilihat pada Tabel 5.29. 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 Biaya Pengelolaan Rata-rata AD-MBT MB-Gasification MB-Inceneration Mrup iah Universitas Sumatera Utara Tabel 5.29. Komponen Pendapatan Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaaan, 2010-2015 Tahun Nilai Jual Kompos 1 Nilai Jual SDU 2 Nilai Jual Listrik 3 Total Komponen Pendapatan 4 =1+2 + 3 Mrupiah Mrupiah Mrupiah Mrupiah AD MBT M1 2010 0,00 0,00 0,00 0,00 2011 0,00 0,00 0,00 0,00 2012 0,00 0,00 0,00 0,00 2013 11,06 162,49 14,65 188,20 2014 10,77 158,25 14,27 183,29 2015 10,49 154,02 13,89 178,40 Total 32,32 474,75 42,82 549,89 Rata 10,77 158,25 14,27 183,30 MB Gasification M2 2010 0,00 0,00 0,00 0,00 2011 0,00 0,00 0,00 0,00 2012 0,00 0,00 0,00 0,00 2013 0,00 44,89 173,40 218,30 2014 0,00 43,72 168,88 212,60 2015 0,00 42,55 164,37 206,92 Total 0,00 131,17 506,65 637,82 Rata 0,00 43,72 168,88 212,61 MB Inceneration M3 2010 0,00 0,00 0,00 0,00 2011 0,00 0,00 0,00 0,00 2012 0,00 0,00 0,00 0,00 2013 0,00 28,50 142,10 170,60 2014 0,00 27,76 138,39 166,15 2015 0,00 27,02 134,69 161,71 Total 0,00 83,28 415,18 498,46 Rata 0,00 27,76 138,39 166,15 Sumber : Kinerja Dinamis Model Universitas Sumatera Utara Gambar 5.38. Grafik Total Komponen Pendapatan Rata-rata Alternatif Teknologi Pengelolaan Tabel 5.29 dan Gambar 5.38 memperlihatkan bahwa kinerja dinamis total komponen pendapatan terbesar diperoleh dari teknologi MB- Gasification dengan nilai rata-rata pertahun setelah beroperasinya instalasi pengelolaan yang nilainya mencapai Rp. 212,61 Milyar. Berada pada urutan ke dua dan ke tiga adalah teknologi AD-MBT dan MB-Inceneration dengan nilai rata-rata mencapai Rp. 183,20 Milyar dan Rp. 166,15 Milyar. Nilai komponen pendapatan dari ketiga alternatif teknologi tersebut sangat berbeda secara siginifikan dari nilai retribusi rata-rata sampah kota Medan yang berhasil dikumpulkan dalam rentang waktu tahun 2004 hingga tahun 2008 nilai rata-ratanya sebesar Rp 0,767 M pertahun Pakpahan, 2010 yang nilai rasionya mencapai : 1 AD-MBT = 238.98; 2 MB- Gasification = 277.20; 3 MB-Inceneration =217.22. Dengan diketahuinya kinerja dinamis total biaya pengelolaan dan total komponen pendapatan dari setiap teknologi pengelolaan maka selanjutnya juga akan dapat diketahui 1 pendapatan bersih; 2 Benefit Cost Ratio perbandingan antara total komponen pendapatan dengan total biaya pengelolaan dan 3 Return of Invesment perbandingan antara keuntungan dengan total biaya pengelolaan dari setiap teknologi pengelolaan seperti yang disajikan pada tabel 5.30. 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 Total Komponen Pendapatan rata-rata AD-MBT MB-Gasification MB-Inceneration Mrupi ah Universitas Sumatera Utara Tabel 5.30. Nilai Pendapatan Bersih, Benefit Cost Ratio BCR dan Return of Investment ROI Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaaan, 2010-2015 Tahun Total Biaya Pengelolaan 1 Total Komponen Pendapatan 2 Pendapatan Bersih 3 =2-1 BCR 4 = 21 ROI 5=31 Mrupiah Mrupiah Mrupiah AD MBT M1 2010 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2011 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2012 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2013 62,30 188,20 125,90 3,02 2,02 2014 60,67 183,29 122,62 3,02 2,02 2015 59,05 178,40 119,34 3,02 2,02 Total 182,02 549,89 367,87 0,00 0,00 Rata 60,67 183,30 122,62 3,02 2,02 MB Gasification M2 2010 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2011 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2012 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2013 98,85 218,30 119,44 2,21 1,21 2014 96,27 212,60 116,32 2,21 1,21 2015 93,70 206,92 113,22 2,21 1,21 Total 288,83 637,82 348,98 0,00 Rata 96,28 212,61 116,33 2,21 1,21 MB Inceneration M3 2010 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2011 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2012 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2013 106,12 170,60 64,49 1,61 0,61 2014 103,35 166,15 62,80 1,61 0,61 2015 100,59 161,71 61,13 1,61 0,61 Total 310,05 498,46 188,41 0,00 0,00 Rata 103,35 166,15 62,80 1,61 0,61 Sumber : Kinerja Dinamis Model Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 5.30 terlihat jelas bahwa rata-rata pendapatan bersih terbesar setelah diimplementasikannya teknologi pengelolaan pada sistem pengelolaan sampah perkotaan di Kota Medan diperoleh dari teknologi pengelolaan AD-MBT dengan nilai sebesar Rp. 122,62 Milyar disusul oleh teknologi MB-Gasification dan MB-Inceneration dengan nilai rata-rata sebesar Rp. 166,33 Milyar dan Rp. 62,80 Milyar. Demikian juga halnya dengan nilai Benefit Cost Ratio BCR dan Return of Investment ROI. Kinerja dinamis model memperlihatkan bahwa nilai BCR terbesar diperoleh pada teknologi AD-MBT dengan nilai 3,02 disusul oleh teknologi MB-Gasification dengan nilai 2,21 dan MB- Inceneration dengan nilai 1,61. Nilai BCR ini memberikan gambaran bahwa dengan menerapkan alternatif teknologi pengelolaan maka dari setiap Rp. 1 biaya yang dikeluarkan untuk mengelola instalasi pengelolaan selanjutnya dapat diperoleh pendapatan sebesar 1 Rp. 3,02 untuk teknologi AD-MBT, 2 Rp. 2,21 untuk teknologi MB-Gasification dan 3 Rp. 1,61 untuk teknologi MB-Incenerator. Sedangkan nilai ROI teknologi AD-MBT, MB-Gasification dan MB- Inceneration berada pada kisaran 2,02; 1,21 dan 0,61. Gambar 5.39. Grafik BCR dan ROI Alternatif Teknologi Pengelolaan 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 BCR ROI AD-MBT MB-Gasification MB-Inceneration Ra sio Universitas Sumatera Utara Melalui kinerja dinamis model yang berkaitan dengan komponen pendapatan dan komponen pengeluaran tersebut terlihat bahwa dengan menerapkan skenario ini pada dasarnya PEMKO Medan tidak perlu lagi memasukkan nilai anggaran biaya operasional DKKM kedalam APBD, karena apabila anggaran biaya operasional tersebut yang nilai rata-rata pertahunya 2004-2008 sebesar Rp. 57,465 M Pakpahan, 2010 dikomparasikan ke nilai pendapatan bersih alternatif terknologi pengelolaan maka nilai tersebut hanya sebesar : 1 46.86 dari pendapatan bersih teknologi AD-MBT, 2 59.69 dari pendapatan bersih teknologi MB- Gasification; 3 55.39 dari pendapatan bersih teknologi MB-Inceneration. Eunomia ERC, 2008 juga memperlihatkan bahwa diantara berbagai alternatif teknologi pengelolaan sampah perkotaan yang dapat diterapkan pada pemrosesan akhir sampah teknologi AD-MBT berada dalam urutan teratas dalam hal nilai ekonomis. Kompilasi perhitungan dari studi yang mereka lakukan menjelaskan bahwa AD MBT memiliki nilai ekonomis 2.39 kali lebih baik dibandingkan dengan teknologi MB-Gasification dan 2.45 kali lebih baik dibandingkan dengan menggunakan teknologi MB- Inceneration, sedangkan teknologi MB-Gasification sendiri memiliki nilai ekonomis sebesar 1,02 kali lebih baik dari teknologi MB-Inceneration. Untuk dapat mengetahui Break Even Point BEP atau titik impas dari setiap alternatif teknologi pengelolaan maka perlu ditambahkan asumsi nilai depresiasi salvage value pada setiap alternatif teknologi pengelolaan yang akan dijadikan sebagai nilai Fix Cost FC dari perhitungan BEP berdasarkan unit Apriyono, 2010. Nilai BEP pada studi ini adalah merupakan hasil bagi dari FC dengan nilai rata-rata pendapatan bersih yang dihasilkan oleh setiap alternatif teknologi pengelolaan yang diterapkan pada skenario 2. DEFRA 2007 menyebutkan bahwa secara umum nilai depresiasi salvage value teknologi pengelolaan sampah perkotaan yang diterapkan di EU adalah sebesar 40 dari total kebutuhan biaya kontruksi bagi pembangungan instalasi pengelolaan sampah perkotaan yang diasumsikan Universitas Sumatera Utara akan mampu beroperasi selama 25 tahun. Dengan nilai depresiasi salvage value tersebut maka nilai BEP untuk setiap alternatif teknologi pengelolaan dapat dilihat pada Tabel 5.31. Tabel 5.31. Break Even Point BEP Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaaan, 2010-2015 Tahun Biaya Konstruksi 1 Depresiasi Biaya konstruksi 2 = 40 x 1 Fix Cost 3=1+2 Pendapatan Bersih 4 BEP 5=r3r4 Mrupiah Mrupiah Mrupiah AD MBT M1 2010 622,392 248,96 871,35 0,00 7,11 2011 0,00 0,00 0,00 0,00 2012 0,00 0,00 0,00 0,00 2013 0,00 0,00 0,00 125,90 2014 0,00 0,00 0,00 122,62 2015 0,00 0,00 0,00 119,34 Total 622,39 248,96 871,35 367,87 Rata 622,39 248,96 871,35 122,62 MB Gasification M2 2010 1.807,59 723,04 2.530,62 0,00 21,76 2011 0,00 0,00 0,00 0,00 2012 0,00 0,00 0,00 0,00 2013 0,00 0,00 0,00 119,44 2014 0,00 0,00 0,00 116,32 2015 0,00 0,00 0,00 113,22 Total 1.807,59 723,04 2.530,62 348,98 Rata 0,00 723,04 2.530,62 116,33 MB Inceneration M3 2010 1.592,59 637,04 2.229,63 0,00 35,52 2011 0,00 0,00 0,00 0,00 2012 0,00 0,00 0,00 0,00 2013 0,00 0,00 0,00 64,49 2014 0,00 0,00 0,00 62,80 2015 0,00 0,00 0,00 61,13 Total 1.592,59 637,04 2.229,63 188,41 Rata 0,00 637,04 2.229,63 62,80 Sumber : Kinerja Dinamis Model Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 5.31 terlihat bahwa teknologi AD-MBT merupakan teknologi yang paling cepat mencapai titik impas dengan nilai BEP sebesar 7,11. Sedangkan pada teknologi MB-Gasification dan MB-Inceneration nilai BEP berada pada kisaran 21,76 dan 35,52. Namun perlu diingat bahwa nilai BEP ini merupakan nilai titik impas dimana kapasitas pengolahan pabrik berada pada kisaran 63,60 dari total 400 Kton kapasitas instalasi yang diakibatkan dari rendahnya daya angkut DKKM kota Medan yang berada pada kisaran 50,07 pada akhir tahun simulasi rata-rata 50,4 pertahun dalam rentang waktu simulasi 2010-2015. Nilai BEP ini tentunya akan dapat berubah apabila terhadap kinerja dinamis model dilakukan perubahan pada kemampuan daya angkut sampah perkotaan ke instalasi pengelolaan yang menerapkan ke 3 alternatif teknologi tersebut. Gambar 5.40. Grafik BEP Alternatif Teknologi Pengelolaan Dengan melakukan proses trial and eror pada model dinamis maka dapat diketahui seberapa besar peningkatan kapasitas daya angkut yang diperlukan oleh DKKM untuk mencapai tahapan 100 kapasitas instalasi dengan asumsi tidak adanya perubahan pada variabel lainnya. Untuk dapat meningkatkan kemampuan setiap alternatif teknologi pengelolaan pada kondisi maximum 100 kapasitas instalasi maka DKKM harus mampu meningkatkan kapasitas daya angkut sampah perkotaan sebesar 2,11 kali dari kemampuan daya angkut sampah DKKM pada kinerja dinamis baseline yang berada pada kisaran 520 ton per hari. Dengan peningkatan kapasitas 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 Break Even Point AD-MBT MB-Gasification MB-Inceneration Ra sio Universitas Sumatera Utara daya angkut tersebut maka nilai BEP untuk setiap alternatif teknologi pengelolaan selanjutnya berubah seperti yang disajikan pada Tabel 5.32. Tabel 5.32. Break Even Point BEP Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaaan, 2010-2015 Tahun Biaya Konstruksi 1 Depresiasi Biaya konstruksi 2 = 40 x 1 Fix Cost 3=1+2 Pendapatan Bersih 4 BEP 5=r3r4 Mrupiah Mrupiah Mrupiah AD MBT M1 2010 622,392 248,96 871,35 0,00 4,60 2011 0,00 0,00 0,00 0,00 2012 0,00 0,00 0,00 0,00 2013 0,00 0,00 0,00 186,41 2014 0,00 0,00 0,00 189,64 2015 0,00 0,00 0,00 192,80 Total 622,39 248,96 871,35 568,86 Rata 622,39 248,96 871,35 189,62 MB Gasification M2 2010 1.807,59 723,04 2.530,62 0,00 14,07 2011 0,00 0,00 0,00 0,00 2012 0,00 0,00 0,00 0,00 2013 0,00 0,00 0,00 176,85 2014 0,00 0,00 0,00 179,91 2015 0,00 0,00 0,00 182,91 Total 1.807,59 723,04 2.530,62 539,66 Rata 0,00 723,04 2.530,62 179,89 MB Inceneration M3 2010 1.592,59 637,04 2.229,63 0,00 22,96 2011 0,00 0,00 0,00 0,00 2012 0,00 0,00 0,00 0,00 2013 0,00 0,00 0,00 95,48 2014 0,00 0,00 0,00 97,13 2015 0,00 0,00 0,00 98,75 Total 1.592,59 637,04 2.229,63 291,36 Rata 0,00 637,04 2.229,63 97,12 Sumber : Kinerja Dinamis Model Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 5.32 terlihat bahwa dengan meningkatkan kemampuan daya angkut sampah perkotaan sehingga mencapai 100 kapasitas instalasi maka nilai BEP teknologi AD-MBT berubah menjadi 4,60. Sedangkan pada teknologi MB-Gasification dan MB-Inceneration nilai BEP berubah pada kisaran 14,07 dan 22,96. Nilai rata-rata penurunan BEP alternatif teknologi pengelolaan ini mencapai 0,65 kali dari nilai BEP sebelum dilakukannya peningkatan kapasitas daya angkut sampah DKKM . Dengan adanya peningkatan kapasitas daya angkut sampah perkotaan terhadap sampah perkotaan di Kota Medan maka akan berpengaruh terhadap kinerja dinamis model yang berkaitan dengan kontribusi lingkungan dan nilai ekonomis pada penerapan skenario 2. Besarnya nilai rata-rata perubahan akibat adanya peningkatan kapasitas daya angkut sampah perkotaan tersebut dapat dilihat pada tabel 5.33. Tabel 5.33. Perubahan Nilai Rata-rata Kontribusi Lingkungan dan Nilai Ekonomis Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaaan, 2010-2015