Preferensi Responden Terhadap Kriteria Alternatif Teknologi

publik adalah rendahnya kinerja pengelolaan sampah di kawasan Jabodetabek Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi. karena pada umumnya setiap Pemerintah Kota dan Kabupaten pada kawasan tersebut menghadapi masalah dalam pengelolaan sampah yang berkaitan dengan : 1 terbatasnya lahan dan umur TPA; 2 tingkat pengumpulan yang rendah ; 3 pendapatan retribusi yang rendah; 4 serta alokasi anggaran pengelolaan yang terbatas. Efesiensi dari penerapan konsep 3R yang melibatkan masyarakat juga masih rendah serta dibutuhkan waktu 10 tahun untuk dapat meningkatkan efesiensi konsep tersebut. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan persepsi masyarakat kota Medan terhadap sistem pengelolaan sampah perkotaan masih tidak baik sepenuhnya dapat diterima.

5.3. Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaan yang

Bersinergi dengan Preferensi Masyarakat dan UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

5.3.1. Preferensi Responden Terhadap Kriteria Alternatif Teknologi

Pengelolaan Sampah Perkotaan Seiring dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi, maka saat ini telah banyak alternatif teknologi yang dapat diterapkan pada pengelolaan akhir sampah di TPA. Melalui studi literatur McLanaghan, 2002 dapat diketahui bahwa teknologi pengelolaan sampah dikelompokkan pada pada 3 kategori utama yaitu: 1 Composting; 2 Anaerob Digestion; 3 Mass Burn. Selanjutnya untuk dapat mengakomodir hirarki pengelolaan sampah 3R maka dikembangkan teknologi Material Recovery Facilities yang dapat melakukan proses pemilahan terhadap sampah organik dan anorganik. Untuk dapat mengimplementasikan suatu teknologi pengelolaan sampah perkotaan yang berwawasan lingkungan serta dapat mendukung sistem pengelolaan sampah perkotaan yang berkelanjutan maka perlu dilakukan proses pemilihan alternatif teknologi pengelolaan sampah yang bersinergi dengan preferensi masyarakat dan UUPS 2008 tujuan 2. Hal ini dilakukan Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan metode Analytic Network Process ANP. Kompilasi jawaban responden terhadap komponen pertanyaan yang disampaikan untuk mengetahui preferensi yang berkaitan dengan alternatif teknologi pengelolaan yang diterapkan sebagai pemrosesan akhir sampah perkotaan di Kota Medan disajikan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Penilaian Responden Terhadap Alternatif Teknologi Pengelolaan Persampahan Kota Medan No Penilaian Responden Skor Penilaian responden Total Skor 9 7 5 3 1 I Aspek Lingkungan 5 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka aktifitas teknologi tersebut harus mampu meminimalisasi proses pencemaran air 2.66 3.45 1.06 0.00 0.00 7.17 6 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka aktifitas teknologi tersebut harus mampu meminimalisasi proses pencemaran tanah 1.31 3.76 1.59 0.00 0.00 6.66 7 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka aktifitas teknologi tersebut harus mampu meminimalisasi proses pencemaran udara 4.88 2.29 0.65 0.00 0.00 7.83 8 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka aktifitas teknologi tersebut tidak akan menimbulkan bibit penyakit 1.22 2.96 2.21 0.00 0.00 6.39 9 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka aktifitas teknologi tersebut tidak akan menurunkan estetikakeindahan lingkungan 2.79 2.50 1.66 0.00 0.00 6.96 Universitas Sumatera Utara No Penilaian Responden Skor Penilaian responden Total Skor II Aspek Sosial 13 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka aktifitas teknologi tersebut harus mampu menyerap tenaga kerja lokal 2.66 2.47 1.76 0.00 0.00 6.89 14 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka aktifitas teknologi tersebut tidak akan menimbulkan konflik sosial dengan masyarakat sekitarnya 0.59 3.13 2.44 0.00 0.00 6.16 III Aspek Ekonomi 0.00 16 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka aktifitas teknologi tersebut harus mampu memberikan nilai tambah terhadap PAD 0.74 4.11 1.65 0.00 0.00 6.51 17 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka aktifitas teknologi tersebut harus mampu meyerap tenaga kerja lokal padat karya 3.13 2.43 1.53 0.00 0.00 7.09 18 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka biaya investasi yg dibutuhkan untuk penerapan teknologi tersebut harus rendah 3.29 2.22 1.59 0.00 0.00 7.10 19 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka biaya operasinal aktifitas teknologi tersebut harus rendah 1.33 3.97 1.43 0.00 0.00 6.73 IV Aspek Kelembagaan 21 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka aktifitas teknologi tersebut harus mampu menumbuhkan lapangan usaha lain yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan 2.03 2.35 2.20 0.00 0.00 6.57 Universitas Sumatera Utara No Penilaian Responden Skor Penilaian responden Total Skor V Aspek Kebijakan 23 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka aktifitas teknologi tersebut harus dapat mengubah kebijakan sistem pengelolaan sampah perkotaan saat ini 0.61 0.84 1.49 0.99 0.19 4.11 VI Aspek Teknis 25 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka aktifitas teknologi harus dapat mengurangi jumlah tumpukan sampah perkotaan secara efektif 7.40 0.70 0.39 0.00 0.00 8.49 26 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka penerapan teknologi tersebut dapat mengatasi keterbatasan lahan 1.19 5.22 0.61 0.00 0.00 7.02 27 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka secara operasional teknologi tersebut harus mudah diterapkan 2.05 3.29 1.51 0.00 0.00 6.85 28 Menurut pendapat BapakIbu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka aktifitas teknologi tersebut harus dapat memanfaatkan kembali sampah sebagai sumber daya 1.60 5.09 0.48 0.00 0.00 7.17 Sumber : Kompilasi Data Primer, 2010 Lampiran 9 Hasil uji validitas terhadap item pertanyaan Tabel 5.2 perlihatkan bahwa ke 17 item pertanyaan valid dengan nilai Corrected Item – Total Correlation dari r tabel, demikian juga halnya pada hasil uji realibilitas terhadap ke 17 item pertanyaan yang menghasilkan nilai alpha sebesar 0.990 Lampiran 6. Ini menandakan bahwa ke 17 item pertanyaan tersebut dapat Universitas Sumatera Utara digunakan untuk mengetahui preferensi masyarakat kota Medan terhadap alternatif teknologi pengelolaan yang diterapkan pada pemrosesan akhir sampah perkotaan di Kota Medan, yang diketahui melalui analisis pendapat gabungan responden dengan menggunakan metode ANP. Hasil analisis pendapat gabungan responden terhadap kriteria teknologi pengelolaan sampah perkotaan berdasarkan hasil pengolahan dengan perangkat lunak Super Decisions Lampiran 10 disajikan pada Gambar 5.13 . Gambar 5.13. Analisis Pendapat Gabungan Responden terhadap Kriteria Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaan - ANP Gambar 5.13 menjelaskan bahwa responden penelitian menganggap aspek teknis merupakan kriteria yang paling diutamakan dalam memilih teknologi pengelolaan sampah perkotaan di Kota Medan nilai eigenvector 0,189. Kriteria berikutnya yang harus diperhatikan secara berurutan adalah Aspek Lingkungan nilai eigenvector 0,170, Aspek Ekonomi nilai eigenvector 0,163, Aspek Kebijakan nilai eigenvector 0,163, Aspek Kelembagaan nilai eigenvector 0,160 dan Aspek Sosial nilai eigenvector 0,154. Terpilihnya aspek teknis sebagai kriteria yang paling diutamakan dalam menentukan teknologi pengelolaan memiliki implikasi bahwa penerapan teknologi terpilih tersebut harus: 1 mampu mengurangi jumlah tumpukan sampah perkotaan secara efektif; 2 dapat mengatasi Universitas Sumatera Utara keterbatasan lahan ; 3 secara operasional teknologi tersebut mudah diterapkan; 4 dapat memanfaatkan kembali sampah sebagai sumber daya. Paket kriteria yang tercantum dalam aspek teknis memberikan gambaran bahwa responden menginginkan teknologi yang dapat secara efektif mengelola timbulan sampah perkotaan yang jumlah nya semakin bertambah setiap tahunnya. Disisi lain responden juga menginginkan teknologi yang tidak membutuhkan lahan yang luas untuk mengoperasikan pengelolaan sampah perkotaan serta mudah dalam proses pengoperasian. Pilihan akhir responden terhadap kriteria aspek teknis juga mengindikasikan bahwa responden menginginkan teknologi yang dapat mengkonversi sampah menjadi sumber daya lain kompos, listrik,biogas dll. Apabila teknologi terpilih tersebut telah dapat mengakomodir berbagai hal yang berkaitan dengan kriteria aspek teknis, maka selanjutnya responden penelitian juga menginginkan agar teknologi terpilih tersebut juga dapat memenuhi kriteria aspek lingkungan dimana berdasarkan kriteria tersebut alternatif teknologi terpilih harus 1 mampu mengurangi pencemaran air, tanah dan udara; 2 meminimalasi timbulnya bibit penyakit serta 3 tetap dapat menjaga keindahan estetika lingkungan. Pendapat responden terhadap kriteria aspek lingkungan ini mengindikasikan bahwa responden menginginkan teknologi yang bersih dalam tahapan operasionalnya serta sekaligus memiliki dampak yang minimal terhadap lingkungan Responden penelitian juga berpendapat bahwa teknologi tersebut harus mampu: 1 memberikan nilai tambah terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD; 2 meyerap tenaga kerja lokal padat karya; 3 biaya investasi yang dibutuhkan untuk penerapan teknologi tersebut harus rendah serta 4 biaya operasional aktifitas teknologi tersebut juga harus rendah. Preferensi responden tersebut merupakan preferensi bedasarkan kriteria aspek ekonomi yang berada pada urutan ke 3 dari skala prioritas. Uraian tersebut memberikan gambaran bahwa responden penelitian menginginkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan yang dapat menghasilkan nilai Universitas Sumatera Utara tambah melalui produk akhir pengolahan sehingga dapat turut mendanai biaya operasional sehingga keberlanjutan teknologi tersebut dapat terjamin. Disisi lain responden juga menginginkan teknologi tersebut dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat membantu mengurangi jumlah pengangguran di Kota Medan. Setelah ketiga kriteria tersebut terpenuhi, responden penelitian juga berpendapat bahwa teknologi pengelolaan terpilih nantinya harus mampu menumbuhkan lapangan usaha lain yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan. Pernyataan ini secara implisit mengungkapkan bahwa teknologi pengelolaan terpilih tidak akan mematikan lapangan usaha yang diciptakan oleh sektor informal yang merupakan bagian dari skala prioritas yang terdapat pada kriteria aspek kelembagaan. Dari sisi kriteria aspek sosial yang memiliki urutan prioritas ke 5 responden penelitian juga berpendapat bahwa teknologi pengelolaan terpilih harus mampu 1 menyerap tenaga kerja lokal padat karya serta 2 tidak menimbulkan konflik sosial dengan masyarakat sekitarnya, sehingga diharapkan keberadaan teknologi terpilih ini mendapat dukungan dari masyarakat sekitar. Penilaian responden terhadap kriteria aspek sosial ini memberikan gambaran bahwa responden menginginkan teknologi pengelolaan terpilih dapat diterima oleh masyarakat. Jika kondisi ini terpenuhi tentunya dapat membantu keberlanjutan dari penerapan teknologi tersebut, terlebih lagi jika teknologi tersebut juga dapat mendorong tingkat perekonomian masyarakat sekitarnya. Implikasi lain dari preferensi responden terhadap kriteria aspek sosial ini adalah perlunya dilakukan studi sosial yang komprehensif yang dapat mengukur tingkat penerimaan masyarakat terhadap teknologi tersebut atau adanya sosialisasi yang dilakukan terhadap masyarakat tentang teknologi tersebut sebelum teknologi tersebut diterapkan. Skala prioritas yang menempati urutan terakhir adalah kriteria aspek kebijakan. Pendapat responden tentang ketersediaan teknologi pengelolaan yang dapat mengubah kebijakan sistem pengelolaan sampah perkotaan saat Universitas Sumatera Utara ini merupakan prioritas terakhir yang diharapkan responden. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas responden berharap bahwa penerapan teknologi pengelolaan sampah sedapat mungkin jangan sampai mengubah kebijakan yang telah diterapkan pada sistem pengelolaan sampah perkotaan di Kota Medan. Oleh karena pemilihan teknologi pengelolaan sampah juga memiliki keterkaitan erat dengan 1 komposisi serta jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat; 2 batasan waktu penyelesaian pembangunan yang sesuai dengan apa yang diharapkan UUPS; 3 perbedaan spesifikasi teknis yang dimiliki oleh setiap teknologi, maka untuk dapat mengetahui skala prioritas teknologi yang dapat diterapkan pada sistem pengelolaan sampah perkotaan di Kota Medan perlu ditambahkan sub kriteria yang terkait dengan spesifikasi teknis dari setiap alternatif teknologi pengelolaan yang tersedia. Data tersebut selanjutnya dijadikan sebagai bagian dari : 1 kriteria Aspek Ekonomi yang terdiri atas data biaya konstruksi, biaya operasional; 2 kriteria Aspek Teknis yang terdiri atas data kapasitas pengolahan dan waktu perencanaan hingga selesai. Adapun hal yang menjadi dasar pertimbangan perlunya ditambahkan subkriteria Waktu Perencanaan adalah pertimbangan kesinergian teknologi dengan UUPS. Pada Pasal 20 dari UUPS dinyatakan bahwa setiap pemerintah kotakabupaten harus memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan. Pada Pasal lain yaitu Pasal 44 tentang Ketentuan Peralihan disebutkan bahwa dalam 5 tahun ke depan seluruh PEMKO dan PEMKAB sudah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka. Pada kriteria Aspek ekonomi terlihat adanya penambahan sub kriteria 1 Biaya Konstruksi, 2 Biaya Operasional, sedangkan 2 sub kriteria lainnya ditujukan untuk dapat mendukung kesinergian teknologi dengan preferensi yang diberikan oleh responden terhadap kriteria aspek teknologi pengelolaan sampah perkotaan. Universitas Sumatera Utara

5.3.2. Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaan