Dari Tabel 5.32 terlihat bahwa dengan meningkatkan kemampuan daya angkut sampah perkotaan sehingga mencapai 100 kapasitas instalasi
maka nilai BEP teknologi AD-MBT berubah menjadi 4,60. Sedangkan pada teknologi MB-Gasification dan MB-Inceneration nilai BEP berubah pada
kisaran 14,07 dan 22,96. Nilai rata-rata penurunan BEP alternatif teknologi pengelolaan ini mencapai 0,65 kali dari nilai BEP sebelum dilakukannya
peningkatan kapasitas daya angkut sampah DKKM . Dengan adanya peningkatan kapasitas daya angkut sampah perkotaan
terhadap sampah perkotaan di Kota Medan maka akan berpengaruh terhadap kinerja dinamis model yang berkaitan dengan kontribusi lingkungan dan
nilai ekonomis pada penerapan skenario 2. Besarnya nilai rata-rata perubahan akibat adanya peningkatan kapasitas daya angkut sampah
perkotaan tersebut dapat dilihat pada tabel 5.33. Tabel 5.33. Perubahan Nilai Rata-rata Kontribusi Lingkungan dan Nilai
Ekonomis Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaaan, 2010-2015
Parameter Indikator Nilai Rata-rata
63,60 Kapasitas Instalasi
Nilai Rata-rata 100 Kapasitas
Instalasi Faktor
Perubahan AD-MBT M1
Lingkungan
GRK SF -80,747.68 MTCE
-118,687.46 MTCE
1.47
GRK SF + SI -180,608.30 MTCE -224,726.34 MTCE
1.24 Ekonomi
Tot.Biaya Pengelolaan Rp. 60,67 Milyar
Rp. 93,82 Milya
1.55
Tot.Komponen Pendapatan Rp. 183,30 Milyar
Rp. 283,44 Milyar
1.55 MB Gasification M2
Lingkungan
GRK SF -13,831.91 MTCE
-21,389.24 MTCE
1.55
GRK SF + SI -113,692.53 MTCE -121,249.86 MTCE
1.07 Ekonomi
Total Biaya Pengelolaan Rp. 96,28 Milyar
Rp. 148,88 Milyar
1,55
Tot.Komponen Pendapatan Rp. 212,61 Milyar
Rp. 328,77 Milyar
1,55
Universitas Sumatera Utara
Parameter Indikator Nilai Rata-rata
63,60 Kapasitas Instalasi
Nilai Rata-rata 100 Kapasitas
Instalasi Faktor
Perubahan MB Inceneration M3
Lingkungan
GRK SF -9482.71 MTCE
-14663.77 MTCE
1.55
GRK SF + SI -109343.33 MTCE
-114524.39 MTCE
1.05 Ekonomi
Total Biaya Pengelolaan Rp. 103,35 Milyar
Rp. 159,82 Milyar
1,55
Tot.Komponen Pendapatan Rp. 166,15 Milyar
Rp. 256,94 Milyar
1,55
Sumber : Kinerja Dinamis Model
Tabel 5.33 memperlihatkan bahwa dengan meningkatkan kapasitas daya angkut sampah perkotaan sebesar 2,11 kali dari kapasitas dayang
angkut sebelumnya sehingga dapat mencapai 100 kapasitas instalasi pengelolaan maka kinerja dinamis model akan menghasilkan nilai
perubahan sebesar 1,55 kali lebih besar terhadap 1 kontribusi lingkungan dalam bentuk GRK; 2 Total biaya Pengelolaan dan 3 Total komponen
pendapatan dari setiap alternatif teknologi pengelolaan. Untuk menjaga keberlanjutan alternatif teknologi pengelolaan, selanjutnya SF juga harus
mampu menjaga laju pertumbuhan SI agar kapasitas pengelolaan SDU oleh SI berada pada kisaran 50 dari total SA yang diproduksi oleh masyarakat
kota Medan dalam kondisi ceteris paribus rentang waktu 2010-2015. Dari uji trial and error pada kinerja dinamis model dalam rentang
waktu 2010-2015, diketahui bahwa dengan laju pertumbuhan SI sebesar 8,022 pertahun asumsi awal sebesar 5 tahun dengan kapasitas
pengelolaan SDU SI sebanyak 36,75 dari total SA kota Medan, maka SI akan mampu mengelola SDU kota Medan sebesar 50 dari total SA kota
Medan. Dengan kondisi ini maka nilai BEP instalasi pengelolaan akan kembali turun menjadi 5,01 tahun untuk teknologi AD-MBT, 15,35 tahun
untuk teknologi MB-Gasification ¸dan 25,04 tahun untuk teknologi MB- Inceneration. Meskipun demikian nilai BEP untuk seluruh alternatif
teknologi pengelolaan masih tetap meningkat sebesar 0,71 kali dari kondisi
Universitas Sumatera Utara
dimana kapasitas daya angkut sampah perkotaan tidak mencapai 100 kapasitas instalasi pengelolaan.
Melalui kinerja dinamis model pada penerapan skenario adanya teknologi pengelolaan yang diterapkan pada pemrosesan akhir sampah
perkotaan terlihat bahwa dari aspek sosial, aspek lingkungan dan aspek ekonomi, alternatif teknologi AD-MBT unggul dibandingkan dengan
teknologi MB-Gasification dan MB-Inceneration. McDougall et al. 2001 mendefiniskan bahwa suatu sistem
pengelolaan sampah perkotaan baru dapat dikatakan berkelanjutan apabila sistem tersebut : 1 berwawasan lingkungan; 2 terjangkau secara
ekonomis; 3 diterima masyarakat, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menjadikan alternatif teknologi AD-MBT sebagai bagian dari sistem
pengelolaan sampah perkotaan di Kota Medan maka ketentuan UUPS yang berkaitan dengan pemrosesan akhir sampah perkotaan dapat diatasi secara
berkelanjutan. Dengan demikian hipotesis kedua dari studi ini yang menyatakan
bahwa alternatif teknologi pengelolaan sampah perkotaan yang bersinergi dengan preferensi masyarakat dan UU No. 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah dapat mendukung pengelolaan sampah perkotaan yang berkelanjutan sepenuhnya dapat diterima.
Untuk mengimplementasikan alternatif teknologi AD-MBT pada sistem pengelolaan sampah perkotaan di Kota Medan juga harus didukung
oleh subsistem lainnya seperti : 1 peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah di sekitarnya termasuk menjaga kebersihan
lingkungannya; 2 peningkatan aktifitas pengelolaan SDU dengan tetap menjaga laju pertumbuhan SI dengan laju pertumbuhan sebesar 8,022 per
tahun; 2 peningkatan kapabilitas aparatur DKKM; 4 Peningkatan sarana dan prasarana kebersihan melalui peningkatan anggaran biaya operasional
DKKM; serta 5 ketersediaan dana untuk mengimplementasikan alternatif teknologi tersebut ke dalam sistem pengelolaan sampah perkotaan di Kota
Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari studi model lingkungan sistem pengelolaan sampah perkotaan di Kota Medan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut : 1. Persepsi masyarakat secara menyeluruh terhadap sistem pengelolaan sampah
perkotaan di Kota Medan yang dilaksanakan oleh sektor formal dengan berdasarkan aspek-aspek pengelolaan sampah perkotaan termasuk dalam
kategori belum baik dengan skor rata-rata sebesar 2.73 dengan nilai korelasi sebesar -0,706 terhadap rentang penilaian Tidak Baik.
2. Alternatif teknologi pengelolaan sampah perkotaan yang bersinergi dengan preferensi masyarakat dan Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah yang didasarkan atas kriteria aspek pengelolaan sampah perkotaan terdiri atas : 1 Anaerob Digestion-Mechanical Biological
Treatment teknologi hybrid dengan nilai eigenvector sebesar 0,240; 2 Gasification teknologi Mass Burn dengan nilai eigenvector sebesar 0,165
dan 3 Inceneration teknologi Mass Burn dengan nilai eigenvector sebesar 0,145.
3. Melalui pengembangan model serta analisis kontribusi lingkungan yang dihasilkan oleh sektor formal dan sektor informal dalam mengelola sampah
perkotaan di Kota Medan maka dapat disimpulkan bahwa model yang dapat mengelola sampah perkotaan di Kota Medan secara berkelanjutan
berdasarkan kontribusi lingkungan dan nilai ekonomis adalah , 1 meningkatkan aktifitas pengelolaan sampah daur ulang yang saat ini masih
berkisar 19 dari potensi SDU yang tersedia di Kota Medan baik dengan cara melibatkkan sektor informal maupun masyarakat umum ; 2
Universitas Sumatera Utara