meningkatkan kinerja SF dalam memberikan layanan kepada masyarakat; b Melibatkan masyarakat untuk turut serta memberikan masukan terhadap
alternatif teknologi pengelolaan sampah yang dapat digunakan sebagai pemrosesan akhir sampah perkotaan yang berdasarkan aspek-aspek
pengelolaan sampah, UUPS, kriteria teknis dan kriteria ekonomis dari alternatif pengelolaan tersebut; c Periotas alternatif teknologi pengelolaan
diketahui melalui studi ANP dimana perioritas alternatif teknologi pengelolaan ini selanjutnya dijadikan sebagai submodel teknologi
pengelolaan pada Model lingkungan Pengelolaan Sampah Perkotaan MLPSP; d Pengembangan model dilakukan dengan mengacu pada
model LCA Life Cycle Anayisis, MCT Multi Criteria Tehnique dan Cost Benefit Analysis CBA. Melalui kinerja dinamis model selanjutnya
dianalisis; 5 Kontribusi lingkungan dalam bentuk GRK yang diakibatkan karena tidak adanya penerapan teknologi pengelolaan sampah pada
pemrosesan akhir. Dengan penerapan Alternatif teknologi pengelolaan di TPA diharapkan dapat mengurangi kontribusi emisi GRK terhadap
lingkungan serta menghasilkan turunan produk yang bersifat income
generating yang bersinergi dengan paradigma pengelolaan sampah yang menyatakan sampah sebagai sumber daya
; 6 MLPSP tidak akan menghentikan aktivitas kegiatan SI, serta diharapkan dapat bersinergi
dengan aktivitas yang dilaksanakan oleh SI ; 7 aktivitas kegiatan SI yang meningkat bersinergi dengan pengurangan emisi GRK
3.7. Teknik Analisis Data 3.7.1. Analisis Persepsi Masyarakat Kota Medan Terhadap Sistem
Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Medan
Persepsi masyarakat kota Medan terhadap sistem pengelolaan sampah di Kota Medan tujuan 1 dielaborasi dengan cara melakukan wawancara
berstruktur Nasution, 2003 yang menggunakan kuesioner terhadap sampel penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Paket pertanyaan yang disampaikan kepada responden penelitian merupakan pengembangan paket kuesioner dari penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Rahman, 2004 dan Amurwaraharja, 2003. Melalui paket kuesioner tersebut diajukan pertanyaan yang ditujukan untuk menjaring
jawaban dari sampel penelitian masyarakat kota Medan terhadap sistem pengelolaan sampah perkotaan di Kota Medan secara umum berdasarkan
aspek-aspek pengelolaan sampah perkotaan. Komponen pertanyaan tersebut tercantum pada item pertanyaan: Lampiran 1 1,2,3,4,10,11,12,15,20,22,
dan 24. Komponen pertanyaan ini dibobot berdasarkan skala Lickert Lowry 1999 dalam Rahman, 2004 dengan rentang 5=SB sangat baik, 4=B
baik, 3=CB cukup baik, 2=TB tidak baik, dan 1= STB sangat tidak baik.
Terhadap hasil tabulasi dan pengolahan data dari masing-masing jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan kepada responden selanjutnya
dilakukan uji : 1. Validitas. Uji ini bertujuan untuk menilai apakah item pertanyaan yang
dijadikan sebagai alat ukur dalam penelitian dinyatakan valid untuk menjawab tujuan penelitian. Uji ini dilakukan dengan kriteria nilai
Corrected Item – Total Correlation yang merupakan nilai korelasi Product Moment – dari Karl Pearson r hitung nilai r tabel pada taraf
signifikan 5. 2. Realibilitas. Uji ini dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi
kuesioner yang digunakan pada waktu yang berbeda, melalui uji Cronbachs Alpha Koeffisien Alpha dengan nilai 0.5.
Proses uji validitas dan realibilitas ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 13. Lowry, 1999 dalam Rahman 2004; SPSS, 2003.
Setelah uji validitas dan realibilitas dilakukan maka tahapan selanjutnya adalah melakukan transformasi skala ordinal Lickert menjadi skala interval
dengan menggunakan metode Successive Interval yang diperkenalkan oleh
Universitas Sumatera Utara
Thurstone Maranell, 2007 sehingga data dapat diperlakukan secara parametrik Santoso, 2006.
Adapun langkah-langkah untuk melaksanakan transformasi tersebut adalah Lampiran 7:
1. Masing-masing skor jawaban dalam skala ordinal dihitung frekuensinya. 2. Menghitung proporsi untuk setiap frekuensi skor.
3. Menjumlahkan proporsi secara berurutan untuk setiap respon, sehingga diperoleh nilai proporsi kumulatif.
4. Menentukan nilai Z untuk setiap, dengan asumsi bahwa proporsi kumulatif dianggap mengikuti distribusi normal baku pada setiap item
pertanyaan. Hal ini dilakukan dengan bantuan fungsi NORM pada Microsoft Excel.
5. Menghitung nilai densitas dari nilai Z yang diperoleh dengan cara memasukkan nilai Z tersebut ke dalam fungsi densitas normal baku
sebagai berikut :
−
=
2
z 2
1 exp
2 1
fz
π 6. Menghitung Scale Value SV dengan rumus :
limit lower
under area
limit upper
under area
limit upper
at density
limit lower
at density
SV −
− =
7. Mengubah Scale Value SV terkecil nilai negatif yang terbesar menjadi sama dengan satu 1.
8. Mentransformasikan nilai skala dengan menggunakan rumus : |
SVmin |
SV Y
+ =
Langkah selanjutnya adalah melakukan perkalian persentase jumlah responden yang menjawab setiap item pertanyaan dengan skala interval baru
yang terdapat pada setiap baris item pertanyaan kuesioner. Hasil yang diperoleh dari hasil perkalian tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif.
Untuk menegaskan kecenderungan skor rata-rata yang berada pada rentang CUKUP BAIK maka dilakukan uji korelasi bivariate Pearson.
Universitas Sumatera Utara
3.7.2. Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaan yang Bersinergi dengan Preferensi Masyarakat dan UU No. 18 Tahun
2008 Tentang Pengelolaan Sampah Untuk mengetahui alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah
Perkotaan yang bersinergi dengan preferensi masyarakat dan UUPS tujuan 2 digunakan metode ANP. Karakteristik struktur tingkatan yang di analisis
termasuk karakteristik compelete dikarenakan semua elemen pada suatu tingkatan memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat
berikutnya Forman, 2001. Penyusunan tingkatan atau struktur keputusan dilakukan untuk
menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan yang teridentifikasi seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.4 berikut.
Gambar 3.4. The Decision Making Hierarchy
Dari gambar 3.4 selanjutnya dapat dikembangkan kerangka pendekatan untuk menentukan Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaan
yang bersinergi dengan preferensi masyarakat dan UUPS seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut.
Focus
Level A
Level B
Level C
The most general objective of the decision problem
Decision Elements
More Details Decision Elements
Alternatives
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.5. Kerangka Pendekatan Pemilihan Alternatif Teknologi - ANP
Gambar 3.5 memperlihatkan bahwa dengan menggunakan pendekatan ANP maka kerangka pendekatan pemilihan alternatif teknologi dilakukan
dengan dengan tetap menggunakan hirarki AHP pada ANP pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan hirarki menjadi klaster: 1 Pemilihan
Alternatif Teknologi Pengelolaan; 2 Kriteria Pemilihan Teknologi; 3 Alternatives, namun sebagai tambahan pada kriteria klaster pemilihan
teknologi dimasukkan perhitungan matrik berpasangan antar setiap kriteria yang terdapat pada klaster tersebut inner dependence loop seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 3.6 dan Gambar 3.7 .
Gambar 3.6. Kerangka Pendekatan pada sub kriteria Aspek Ekonomi-ANP
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.7. Kerangka Pendekatan pada sub kriteria Aspek Teknis - ANP
Nilai input dari masing-masing klaster Pemilihan Teknologi yaitu nilai dari Aspek Lingkungan, Aspek Sosial, Aspek Ekonomi, Aspek
Kelembagaan , Aspek Kebijakan serta Aspek Teknis diperoleh dari hasil jawaban sampel penelitian terhadap item pertanyaan yang berkaitan dengan
alternatif teknologi pengelolaan sampah perkotaan yang berlandaskan aspek-aspek pengelolaan sampah perkotaan Lampiran 1 yang terdiri atas
komponen pertanyaan : 5,6,7,8,9,13,1416,17,18,19,21,23,25,26,27,28 diberi bobot berdasarkan skala kuantitatif Saaty dengan nilai : 9 = SS; 7 = S; 5 =
CS; 3 = TS dan 1 = STS Saaty, 1990 dalam Sudarsono, 2004. Nilai jawaban yang telah dibobot selanjutnya akan melewati uji validitas dan
realibitasnya dengan menggunakan SPPS 13 Lowry, 1999 dalam Rahman 2004; SPSS, 2003.
Pada kriteria Aspek Ekonomi ditambahkan sub kriteria Level B yang terdiri dari Biaya Konstruksi dan Biaya Operasional, sedangkan pada
kriteria Aspek Teknis ditambahkan sub kriteria yang terdiri dari Kapasitas Pengelolaan dan Waktu Perencanaan.
Sub kriteria tersebut merupakan abstraksi dari spesifikasi teknis dari setiap alternatif teknologi pengelolaan sampah perkotaan
Mclanaghan,2002; Klein, 2002; Münnich et al, 2006; Last, 2008, Economopoulos,2009.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.5. Rangkuman Spesifkasi Teknis Alternatif Teknologi Pengelolaan Sampah Perkotaan.
Teknologi Kapasitas
Pabrik ktonthn
Biaya Konstruksi
Milyar Rp. Biaya
operasional rupiah
Perencanaan hingga Selesai
bulan Composting
Windrow 50
33,865 85.500
33 In-vessel
20 43,750
115.750 50
103,244 164.500
Anaerobic Digestion
Separate digestion dry
10 59,516
73.150
16 20
77,799 186.650
Co-digestion, wet 31
71,415 73.108
45 157,251
146.215
Bio-Mechanical Treatment
50 147,360
146.215 60
146,445 146.215
100 247,126
198.000 120
292,890 198.000
24 200
311,196 198.000
220 457,641
198.000
Mass-burn Incineration
50 292,890
275000 54
100 512,558
275000 150
750,532 275000
200 860,366
275000 400
1.592,592 275000
Pyrolysis Gasification
400 1.807,589
277200 21 bulan
MRF
150 77,827
249,350 18 Bulan
Sumber : Kompilasi Literatur McLanaghan, 2002; Last, 2008; Münnich,2006 ;Klein 2002
Keterangan : = Rata-Rata
Hasil tabulasi matriks berpasangan seluruh kriteria pemilihan teknologi tersebut selanjutnya diolah dengan menggunakan perangkat lunak
Super Decissions. Urutan 3 besar dari prioritas alternatif teknologi pengelolaan sampah yang diketahui melalui studi ini selanjutnya menjadi
Universitas Sumatera Utara
bagian dari submodel teknologi pengelolaan pada pengembangan model lingkungan pengelolaan sampah perkotaan.
3.7.3. Model dan Analisis Kontribusi Sampah Perkotaan yang Dikelola oleh Sektor Formal dan Sektor Informal Terhadap Lingkungan.
Untuk membangun model dan menganalisis kontribusi sampah perkotaan yang dikelola oleh SF dan SI terhadap lingkungan, tujuan 3
digunakan pendekatan sistem dinamis yang didasarkan atas kondisi faktual yang terjadi di Kota Medan. Data aktual tersebut selanjutnya
dikombinasikan dengan studi literatur yang berkaitan dengan teknologi pengelolaan, koversi sampah daur ulang, biaya teknologi, analisis material
balance dari setiap alternatif teknologi pengelolaan. Tasrif 2005 menyebutkan bahwa kriteria yang tepat untuk dimodelkan dengan
menggunanakan sistem dinamis harus memiliki sifat : 1 mempunyai sifat dinamis berubah terhadap waktu; 2 mengandung minimal satu struktur
umpan balik. Lebih lanjut Shusil 1993 dalam Handoko, 2009 menyebutkan bahwa
ada 6 tahapan Gambar 3.8 yang dapat dilakukan oleh pendekatan sistem dinamis. Namun pada studi ini hal tersebut dilakukan sampai pada tahapan
ke 5 yaitu analisis kebijakan dan pengembangan skenario sedangkan tahapan ke 6 implementasi kebijakan tidak dilakukan. Unsur–unsur sistem
dinamis yang dimiliki oleh model terdiri atas: a. Feedback loops: elemen struktural utama dari suatu sistem. Ada dua
jenis feedback yakni positif dan negatif. b. Variabel level dan rate: Level adalah akumulasi dari sistem pada waktu
tertentu, sedangkan rate adalah aliran masukan dan keluaran yang mengatur kuantitas dalam level. Variabel lain yang tersedia di Powersim
adalah auxiliary dan constant Davidson, 2000. Rate sendiri adalah auxiliary yang langsung mengontrol level.
Universitas Sumatera Utara
c. Close-loop: Sistem yang dijadikan model adalah sebagai sistem lingkaran tertutup.
d. Rate mengontrol kebijakan: perilaku sistem hanya dapat dikontrol oleh rate.
Gambar 3.8. Tahapan Pengembangan Model
Analisis Masalah
Diagram Cau Loop
Pengembangan Skenario
Analisis kebijakanPerbaikan
TAHAP 5 PENGEMBANGAN SKENARIO DAN ANALISIS
KEBIJAKANPERBAIKAN
RUA NG
LING KUP
STUD I
PEM ODEL
AN
Universitas Sumatera Utara
Tahapan awal dalam membangun model adalah identifikasi sistem. Pada studi ini sistem yang terlibat dalam model Model Lingkungan
Pengelolaan Sampah Perkotaan bersumber dari jumlah timbulan sampah masyarakat kota Medan.
Adapun subsistem yang diidentifikasi memiliki keterkaitan yang erat pada model yang dikembangkan terdiri dari : 1 subsistem timbulan sampah
kota Medan; 2 subsistem pengelolaan SP; 3 subsistem sampah daur ulang; 4 subsistem teknologi pengelelolaan; 5 subsistem lingkungan,
seperti yang disajikan pada Tabel 3.6 . Tabel 3.6. Subsistem Model Lingkungan Pengelolaan Sampah Perkotaan
No Subsistem
Parameter Jenis Data
Primer Sekunder
1 Timbulan Sampah
Data Kependudukan BPSKM,2008
Laju pertumbuhan penduduk
BPSKM,2008 Timbulan sampah per
orang DKKM 2010
KNLH ,2008, Commuter per hari
BPSKM,2008 Komposisi Sampah
DKKM,KNLH, Zulfi, 2000.
2 Pengelolaan
Sampah Daya Angkut Sampah
DKKM 2009 DKKM,2009
Komposisi Sampah Perkotaan
KNLH,2008 DKKM,2009
3 Sampah Daur
Ulang Jenis sampah daur ulang
Pemulung pengumpul
sampah
Berat sampah daur ulang Pemulung
pengumpul sampah
Universitas Sumatera Utara
No Subsistem
Parameter Jenis Data
Primer Sekunder
Harga jual pemulung Pemulung
sampah Harga beli pengumpul
Pengumpul sampah
Harga jual pengumpul pengumpul
sampah 4
Teknologi Pengelolaan dan
Lingkungan Nilai konversi sampah ke
CO
2
USEPA,2006
Jenis Teknologi MRF Fasilitas Daur
Ulang Mclanaghan
2002; Last 2008; EU, 2006,
Econompolus, 2009; Klein,
2002 Biaya Kapasitas
Teknologi s.d.a
Biaya Operasional Teknologi
s.d.a Analisis Material
Balance s.d.a
Nilai tukar mata uang 1 £ = Rp. 15.625 Rata-
rata nilai Tukar Tahun 2001-Tahun 2009
BI
Konversi UNIT USEPA, 2006
Tahapan selanjutnya adalah mendeklarasikan hubungan antara setiap subsistem yang telah diidentifikasi kedalam bentuk diagram lingkar sebab-
akibat causal loop diagram. Diagram tersebut merupakan pengungkapan interaksi antara komponen di dalam sistem yang saling berinteraksi dan
mempengaruhi dalam kinerja sistem seperti yang disajikan pada Gambar 3.9 .
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.9. Diagram sebab-akibat causal-loop diagram SPSP
Setelah interaksi antara subsistem diketahui maka langkah selanjutnya adalah menjabarkan diagram alir dari setiap subsistem tersebut menjadi
submodel yang menjadi bagian dari Model Lingkungan Pengelolaan Sampah Perkotaan.
Adapun submodel dari Model Lingkungan Pengelolaan Sampah Perkotaan terdiri dari :
1. Submodel Jumlah Timbulan Sampah
Untuk mengetahui jumlah timbulan SP per hari yang dihasilkan oleh penduduk kota Medan, terlebih dahulu dibangun model laju pertumbuhan
penduduk. Submodel ini merupakan submodel dasar based submodel dari keseluruhan MLPSP. Hal ini disebabkan karena jumlah SP yang dikelola
adalah jumlah sampah yang dihasilkan oleh penduduk perkotaan dari berbagai aktifitas kegiatannya.
Gambar 3.10 memperlihatkan laju pertumbuhan penduduk tahun n yang dapat disesuaikan dengan waktu simulasi.
p e n d u d u k la j u
ke la h ira n la j u
ke ma t ia n co mmu t e r
la j u t imb u la n sa mp a h
sa mp a h
+ +
lin g ku n g a n
a n o rg a n ik SF
o rg a n ik t p a
N U
-
G R K
+ +
+ +
- +
fra ksi sa mp a h
t e ra n g ku t SI
a n o rg a n ik o rg a n ik
fra ksi sa mp a h
t e ra n g ku t SF
- -
+ -
+
-
- -
-
+ +
+ +
+ -
+
+ +
+
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.10. Diagram Alir Laju pertumbuhan penduduk
Persamaan matematis dari Gambar 3.10 disajikan pada Tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.7. Persamaan Matematis Laju Pertumbuhan Penduduk
Variabel Satua
n Definisi
laju pertumbuhan penduduk thn
1,28 kenaikan laju pertumbuhan
penduduk thn
0,1 laju kematian penduduk
thn 0,63
kematian penduduk thn
-0,5 pertambahan commuter
thn 0,5
rate laju pertumbuhan penduduk jiwa
Akumulasi pertum pddk pd thn n_kenaikan laju pertum pddk per
thn365,24 rate laju kematian penduduk
jiwa _kenaikan laju kem pddk per thnlaju
kem pddk per thn365,24 rate laju pertumbuhan commuter
jiwa Akumulasi commuter per hr pada thn
n_pertambahan commuter per thn365,24
Akumulasi pertum pddk pd thn n jiwa
dt laju pertumbuhan penduduk Akumulasi commuter per hr
pada thn n jiwa
dt commuter per hari
la j u p e rt u m p d d k p e r t a h u n
la j u ke m p _ ke n a ika n la j u
p e rt u m p d d k p e r t h n
_ p e rt a mb a h a n co mmu t e r p e r t h n
Aku mu la si p e rt u m p d d k p d t h n n
ra t e la j u p e rt u m p d d k p e r t h n
ra t e
1 , 2 8 0 , 6 3
0 , 1 0
0 , 5 0
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.10 memperlihatkan bahwa dalam melakukan perhitungan jumlah penduduk yang merupakan produsen SP juga diikutsertakan jumlah
commuters yang datang ke kota Medan setiap harinya. Adapun asumsi yang digunakan untuk laju pertambahan commuter per tahun yang datang ke kota
Medan adalah sebesar 0,5 per tahun, sedangkan laju kenaikan laju pertumbuhan penduduk diasumsikan 0,10 tahun dan persentase kenaikan
laju kematian penduduk diasumsikan sebesar -0,5 per tahun. Kinerja Dinamis yang diperoleh dari submodel laju pertumbuhan penduduk tersebut
selanjutnya digunakan untuk menghitung jumlah penduduk pada rentang waktu simulasi yang direncanakan. Diagram alir jumlah penduduk pada
rentang waktu simulasi dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11. Diagram Alir Jumlah Penduduk
Persamaan matematis dari Gambar 3.11 disajikan pada Tabel 3.8 berikut ini.
Tabel 3.8. Persamaan Matematis Jumlah Penduduk
Variabel Satuan
Definisi
Akumulasi pertum pddk pd thn n
jiwa dt laju pertumbuhan penduduk
penduduk awal simulasi jiwa
2006142 rate laju penduduk
jiwa Akumulasi pddk per hr pada tahun
nAkumulasi pertum pddk pd thn n365,24
Akumulasi pddk per hr pada jiwa
dt rate laju penduduk + penduduk awal
Universitas Sumatera Utara
Variabel Satuan
Definisi
tahun n simulasi
Akumulasi commuter per hr pada thn n
jiwa dt commuter per hari
akumulasi pddk commuter pr hr pd thn n
jiwa Akumulasi commuter per hr pada thn
n+Akumulasi pddk per hr pada tahun n
Untuk dapat mengetahui jumlah sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota Medan setiap harinya maka selanjutnya dibangun model laju
pertumbuhan sampah berdasarkan komposisinya serta laju timbulan sampah per orang perhari seperti yang disajikan pada Gambar 3.12 .
Gambar 3.12. Diagram Alir Laju Timbulan Sampah
Persamaan matematis dari Gambar 3.12 disajikan pada Tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.9. Persamaan Matematis Laju Timbulan Sampah
Variabel Satuan
Definisi
jlh timbulan sampah per org per hr kghr
0,6 kenaikan jlh timbulan sampah
per org per hr 0,1
rate kenaikan timbulan sampah per org per hr
jiwa kenaikan jlh timbulan sampah per
org per hrakumulasi timbulan sampah per org per hr pd thn n365,24
Universitas Sumatera Utara
Variabel Satuan
Definisi
akumulasi timbulan sampah per org per hr pd thn n
kghr dt rate kenaikan timbulan sampah
per org per hr +jlh timbulan sampah per org per hr
kenaikan sampah organik pertahun
-4,447 rasio sampah organik
68,8 rasio sampah anorganik
31,20 rate kenaikan sampah organik
kenaikan sampah organik pertahunakumulasi rasio sampah
organik per hr pd thn n365,24 akumulasi rasio sampah organik
per hr pd thn n dt rate kenaikan sampah organik +
rasio sampah organik rasio sampah anorganik per hr pd
thn n 100 -akumulasi rasio sampah organik
per hr pd thn n
2. Submodel Pengelolaan Sampah
Submodel pengelolaan SP merupakan submodel yang berkaitan dengan : 1 kemampuan daya angkut SP yang dilaksanakan DKKM SF
Diagram alir yang menggambarkan Subsistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh SF dapat dilihat pada Gambar 3.13 . Diagram ini berguna
untuk dapat mengetahui seberapa besar perubahan yang dapat terjadi terhadap sistem apabila DKKM dapat meningkatkan kapasitas daya angkut
sampah perkotaan Kota Medan ke TPA.
Gambar 3.13. Diagram Alir Daya Angkut Sampah SF
Persamaan matematis dari Gambar 3.13 disajikan pada Tabel 3.10 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.10. Persamaan Matematis Daya Angkut Sampah
Variabel Satuan
Definisi
daya angkut sampah SF 67,8
pertumbuhan daya angkut SF per thn
-2,7677 rate pertumbuhan daya angkut
sampah SF jiwa
Akumulasi daya angkut DKKM per hr pd thn n pertumbuhan daya angkut
SF per thn365,24 Akumulasi daya angkut DKKM
per hr pd thn n dt rate pertumbuhan daya angkut
sampah SF + daya angkut sampah SF
3. Submodel Sampah Daur Ulang
Sampah daur ulang merupakan submodel dimana para pelakunya terdiri dari pemulung dan pengumpul sampah. Pada submodel ini terdapat
subsistem : 1 pertumbuhan jumlah pengumpul sampah; 2 rata-rata berat SDU pada pengumpul sampah; 3 komposisi dan berat SDU pada tahun n;
4 harga beli pengumpul sampah; 5 harga jual pengumpul. Dari kelima parameter selanjutnya dibangun submodel untuk sampah daur ulang yang
dapat memberikan gambaran seberapa besar peran SI dalam mengelola SP di Kota Medan. Diagram alir submodel sampah daur ulang tesebut dapat
dilihat pada Gambar 3.14 sampai dengan Gambar 3.18 .
Gambar 3.14. Diagram Alir Pertumbuhan Pengumpul Sampah
Persamaan matematis dari Gambar 3.14 disajikan pada Tabel 3.11 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.11. Persamaan Matematis Daya Angkut Sampah SF
Variabel Satuan
Definisi
Pengumpul Sampah tahun 2004 usaha
36 pertumbuhan pengumpul sampah
per thn 5
rate pertumbuhan pengumpul sampah Akumulasi Pengumpul Sampah
per hr pada thn n pertumbuhan pengumpul sampah per
thn365,24
Akumulasi Pengumpul Sampah per hr pada thn n
usaha dt rate pertumbuhan pengumpul
sampah + Pengumpul Sampah tahun 2004
Gambar 3.15. Diagram Alir Berat Rata-rata SDU Pada Pengumpul Sampah
Persamaan matematis dari Gambar 3.15 disajikan pada Tabel 3.12 berikut ini.
Tabel 3.12. Persamaan Matematis Berat Rata-rata SDU Pada Pengumpul Sampah
Variabel Satuan
Definisi
pertumbuhan SDU 1
rate berat SDU T
pertumbuhan SDUAkumulasi Berat SDU perhari pada thn n365,24
Universitas Sumatera Utara
Variabel Satuan
Definisi
Akumulasi Berat SDU perhari pada thn n
T dt rate berat SDU +
brt alumunium+brt atom+brt kaca+brt karton+brt
karung+brt kertas+brt kuningan+brt metal+brt plastik+brt_btol kaca
brt kertas T
0,36 brt metal
T 1,2
brt atom T
1,2 brt_btol kaca
T 0,38
brt kuningan T
0,01 brt karton
T 0,62
brt plastik T
0,6 brt kaca
T 0,22
brt alumunium T
0,05 brt karung
T 0,74
Gambar 3.16. Diagram Alir Komposisi dan berat SDU
Persamaan matematis dari Gambar 3.16 disajikan pada Tabel 3.13 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.13. Persamaan Matematis Berat Rata-rata SDU Pada Pengumpul Sampah
Variabel Satuan
Definisi
kertas 7,81
karton 11,8
metal 20,04
plastik 11,3
atom 22,61
kaca 4,53
btol kaca 7,04
alumunium 1,11
karung 13,28
kuningan 0,16
brt_kertas Ton
kertasAkumulasi Berat SDU perhari pada thn n
brt_karton Ton
kartonAkumulasi Berat SDU perhari pada thn n
brt_metal Ton
metalAkumulasi Berat SDU perhari pada thn n
brt_ plastik Ton
plastikAkumulasi Berat SDU perhari pada thn n
brt_atom Ton
atomAkumulasi Berat SDU perhari pada thn n
brt_kaca Ton
kacaAkumulasi Berat SDU perhari pada thn n
brt_btol kaca Ton
btol kacaAkumulasi Berat SDU perhari pada thn n
brt_alumunium Ton
alumuniumAkumulasi Berat SDU perhari pada thn n
brt_karung Ton
karungAkumulasi Berat SDU perhari pada thn n
brt_kuningan Ton
kuninganAkumulasi Berat SDU perhari pada thn n
Akumulasi Berat SDU perhari pada thn n
Ton dt rate berat SDU +
brt alumunium+brt atom+brt kaca+brt karton+brt
karung+brt kertas+brt kuningan+brt metal+brt plastik+brt_btol kaca
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.17. Diagram Alir Harga Beli SDU
Persamaan matematis dari Gambar 3.17 disajikan pada Tabel 3.14 Tabel 3.14. Persamaan Matematis Harga Beli SDU
Variabel Satuan
Definisi
hj metal Rpkg
2910 hj kertas
Rpkg 680
hj atom Rpkg
3400 hj alumunium
Rpkg 9800
hj kuningan Rpkg
28000 hj karton
Rpkg 820
hj plastik Rpkg
2150 hj btol kaca
Rpkg 680
hj kaca Rpkg
200 hj karung
Rpkg 920
Total Pembelian Pengumpul per hr pd thn n
Rp brt1 alumuniumhj
alumunium+brt1 atomhj atom+brt1 brt kacahj kaca+brt1
btol kacahj btol kaca+brt1 kartonhj karton+brt1 karunghj karung+brt1
kertashj kertas+brt1 kuninganhj kuningan+brt1 metalhj metal+brt1
plastikhj plastik1000
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.18. Diagram Alir Harga Jual SDU
Persamaan matematis dari Gambar 3.18 disajikan pada Tabel 3.15 berikut ini.
Tabel 3.15. Persamaan Matematis Harga Jual SDU
Variabel Satuan
Definisi
hj1 metal Rpkg
2910 hj1 kertas
Rpkg 680
hj1 atom Rpkg
3400 hj1 alumunium
Rpkg 9800
hj1 kuningan Rpkg
28000 hj1 karton
Rpkg 820
hj1 plastik Rpkg
2150 hj1 btol kaca
Rpkg 680
hj1 kaca Rpkg
200 hj1 karung
Rpkg 920
Total Penjualan Pengumpul per_hr pd thn n
Rp brt1 alumuniumhj1
alumunium+brt1 atomhj1 atom+brt1 brt kacahj1 kaca+brt1
btol kacahj1 btol kaca+brt1 kartonhj1 karton+brt1 karunghj1
karung+brt1 kertashj1 kertas+brt1 kuninganhj1 kuningan+brt1
metalhj1 metal+brt1 plastikhj1 plastik1000
Universitas Sumatera Utara
Kompilasi submodel timbulan sampah, submodel pengelolaan sampah perkotaan dan submodel sampah daur ulang selanjutnya
menghasilkan submodel jumlah sampah terangkut ke TPA seperti yang disajikan pada Gambar 3.19 .
Gambar 3.19. Diagram Alir Submodel Jumlah Sampah terangkut ke TPA
Persamaan matematis dari Gambar 3.19 disajikan pada Tabel 3.16 berikut ini.
Tabel 3.16. Persamaan Matematis Jumlah Sampah terangkut ke TPA
Variabel Satuan
Definisi
akumulasi timbulan sampah per org per hr pd thn n
kghari dt jlh timbulan sampah per org per hr
akumulasi pddk commuter pr hr pd thn n
jiwa dt Akumulasi commuter per hr pada
thn n+Akumulasi pddk per hr pada tahun n
Universitas Sumatera Utara
Variabel Satuan
Definisi
total SP per hr kghr
akumulasi pddk commuter pr hr pd thn nakumulasi timbulan sampah per
org per hr pd thn n
akumulasi rasio sampah organik per hr pd thn n
dt rasio sampah organik rasio sampah anorganik per hr pd
thn n 1-dt akumulasi rasio sampah organik
per hr pd thn n berat sa per hr pd thn n
kghr rasio sampah anorganik per hr pd thn
ntotal SP per hr berat so per hr pd thn n
kghr akumulasi rasio sampah organik per hr
pd thn ntotal SP per hr Akumulasi Berat SDU perhari
pada thn n kghr
dtbrt alumunium+brt atom+brt kaca+brt karton+brt karung+brt
kertas+brt kuningan+brt metal+brt plastik+brt_btol kaca
Akumulasi Pengumpul Sampah per hr pada thn n
kghr dt Pengumpul Sampah tahun 2004
Aktifitas SI kghr
Akumulasi Berat SDU perhari pada thn nAkumulasi Pengumpul Sampah
per hr pada thn n sisa sa DKKM per hr pd thn n
kghr berat sa per hr pd thn n-Aktifitas SI
berat so terangkut per hr pada thn n
kghr berat so per hr pd thn nAkumulasi
daya angkut DKKM per hr pd thn n berat sa terangkut per hr pada thn
n kghr
Akumulasi daya angkut DKKM per hr pd thn nsisa sa DKKM per hr pd thn
n Akumulasi daya angkut DKKM
per hr pd thn n kghr
dt daya angkut sampah SF berat so terangkut per hr pada thn
n kghr
berat so per hr pd thn nAkumulasi daya angkut DKKM per hr pd thn n
berat so tertinggal per hr pada thn n
kghr berat so per hr pd thn n-berat so
terangkut per hr pada thn n berat sa tertinggal per hr pada thn
n kghr
berat sa per hr pd thn n-berat sa terangkut per hr pada thn n-Aktifitas SI
total berat sampah tertinggal per hari DKKM
kghr berat sa tertinggal per hr pada thn
n+berat so tertinggal per hr pada thn n total berat sampah per hari
terangkut DKKM kghr
berat sa terangkut per hr pada thn n+berat so terangkut per hr pada thn n
total berat sampah per hari Kota Medan penghasil GRK
kghr total berat sampah per hari terangkut
DKKM+total berat sampah tertinggal per hari DKKM
satuan waktu simulasi 365,24
total berat SP Kota Medan per tahun
Tonth total berat sampah per hari Kota Medan
penghasil GRKsatuan waktu simulasi
Universitas Sumatera Utara
4. Submodel Teknologi Pengelolaan dan Lingkungan
a. Submodel Teknologi Pengelolaan. Sub model ini merupakan submodel yang dikembangkan dengan menggunakan prioritas
alternatif teknologi pengelolaan yang bersinergi dengan preferensi masyarakat dan UUPS tujuan 2 yang diperoleh melalui studi ANP.
Gambar 3.20 berikut menyajikan diagram alir Submodel Teknologi Pengelolaan yang diperoleh dari hasil studi ANP.
Gambar 3.20. Diagram Alir Submodel Alternatif Teknologi Pengelolaan
Adapun parameter-parameter yang menjadi bagian dari submodel ini terdiri dari : 1 Biaya Konstruksi dan Operasional, 2 Analisis
Material Balance. Melalui submodel ini selanjutnya diketahui nilai kontribusi lingkungan dalam bentuk GRK serta nilai ekonomis dari
setiap alternatif teknologi pengelolaan. Nilai ekonomis dari alternatif teknologi pengelolaan yang terdiri atas : 1 komponen pengeluaran
dan 2 komponen pendapatan. Dari kedua komponen tersebut selanjutnya diketahui nilai : 1 Benefit Cost Ratio BCR yang
merupakan perbandingan antara total komponen pendapatan dengan
Universitas Sumatera Utara
total biaya pengelolaan 2 Return of Investment ROI yang merupakan perbandingan antara net benefit dengan total biaya
pengelolaan dan 3 Break Even Point BEP yang merupakan titik impas dari setiap alternatif teknologi pengelolaan.
b. Submodel lingkungan merupakan submodel yang dikembangkan untuk mengakomodir kontribusi lingkungan dalam bentuk GRK yang
dihasilkan dari SP. Hal ini disebabkan karena timbulan SP telah terbukti memberikan kontribusi terhadap GRK sebagai akibat proses
pembusukan yang dialaminya. Selain itu juga dapat diketahui kontribusi GRK dari aktifitas SI yang melakukan pengelolaan SDU di
kota Medan. Adapun pengembangan submodel lingkungan terdiri atas submodel
lingkungan dengan penerapan skenario tanpa adanya teknologi pengelolaan dan dengan penerapan skenario adanya teknologi
pengelolaan terhadap sistem pengelolaan sampah perkotaan di Kota Medan. Gambar 3.21 menyajikan diagram alir submodel lingkungan
tanpa adanya teknologi pengelolaan yang diterapkan pada pemrosesan akhir sampah perkotaan di Kota Medan.
Gambar 3.21. Diagram Alir Kontribusi Lingkungan Tanpa Adanya Teknologi Pengelolaan
Konv e r si Sa m pa h O r ga nik k e GRK
Universitas Sumatera Utara
Persamaan matematis dari Gambar 3.21 disajikan pada Tabel 3.17 berikut ini..
Tabel 3.17. Persamaan Matematis Kontribusi Lingkungan Tanpa Adanya Teknologi Pengelolaan
Variabel Satuan
Definisi
konversi mixorganic dilandfill per ton
0,12 total SP penghasil GRK_S1_thn
Tonth total SA penghasil GRK_S1+total SO
penghasil GRK_S1 GRK_SP_S1M0
Tonth konversi mixorganic dilandfill per
tontotal SP penghasil GRK_S1_thn
konversi mix sdu di daur ulang per ton
net GRK_S1M0 SI konversi mix sdu di daur ulang per
ton -0,79
Aktifitas_SI_penghasil GRK_S1 Tonth
Aktifitas SI365,24 konversi MTCE ke Liter
1201,23 eq_jlh komsumsi minyak net
GRK_S1M0 Liter
GRK SDU_S1M0konversi MTCE ke Liter
eq_jlh komsumsi minyak net GRK_S1M0SI
Liter GRK SDU_S1M0konversi MTCE ke
Liter GRK SDU_S1M0
MTCE konversi mix sdu di daur ulang per
tonAktifitas_SI_penghasil GRK_S1 net GRK_S1M0
MTCE GRK_SP_S1M0
net GRK_S1M0 SI MTCE
net GRK_S1M0+GRK SDU_S1M0 akumulasi rasio sampah organik
per hr pd thn n kenaikan sampah organik
pertahunakumulasi rasio sampah organik per hr pd thn n365,24
sampah terdekomposisi Tonhr
Pada submodel ini nilai konversi GRK yang dihasilkan oleh SP terdiri atas: 1 Nilai Konversi sampah organik dan 2 nilai konversi
sampah anorganik Lampiran 12. Kalkulasi jumlah sampah terdekomposisi secara alami mengacu pada dekomposisi sampah di
TPA seperti yang tertera pada model First Order of Decay IPCC, 2006 :
Universitas Sumatera Utara
1 DDOCm
1 k
T T
e DDOCma
decomp
− −
− =
dimana : DDOCm decomp
T
DDOCma = akumulasi sampah di TPA pada tahun T
T-1
k = konstanta reaksi 0,065 - default value bulkwaste
= jumlah sampah yang terdekomposisi pada tahun T
Melalui submodel tersebut diketahui jumlah kontribusi GRK yang dihasilkan dari SP perkotaan serta ekivalen nilai GRK tersebut
terhadap pengurangan ataupun penambahan konsumsi bahan bakar minyak. Submodel lingkungan merupakan submodel terakhir yang
menjadi bagian dari pengembangan model lingkungan pengelolaan sampah perkotaan.
5. Skenario Model
Terhadap model yang dikembangkan selanjutnya diterapkan skenario terhadap yang terdiri atas:
a. Tanpa Adanya Alternatif Teknologi Pengelolaan