Medan. Adapun gambaran tentang kondisi SPSP kota Medan berdasarkan aspek pengelolaan SP yang dijabarkan sebagai berikut : Rahman, 2004
2.3.1. Aspek Lingkungan
SPSP kota Medan yang dilaksanakan oleh DKKM masih belum ramah lingkungan, hal ini ditandai dengan tidak adanya perlakukan terhadap
SP yang pada TPA
Sedangkan SP yang dapat diangkut kemudian didistribusikan ke 2 TPA yakni : 1 TPA Namo Bintang, berlokasi di Kelurahan Namo Bintang
; Kecamatan Tuntungan dengan luas 17 Ha. TPA ini mampu menampung 60 dari total sampah yang dapat diangkut, 2 TPA Terjun, berlokasi di
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Labuhan dengan luas 14 Ha dan kapasitas penampungan sebesar 40 dari total timbulan sampah domestik
kota Medan. Wibowo dan Djajawinata, 2004; Rahman, 2004. Selain
tingkat kemampuan daya angkut SP yang dilaksanakan oleh DKKM masih berkisar 69.8 Rahman, 2004 dari jumlah SP yang mencapai 1265
tonhari. Hal ini menandakan bahwa masih ada sekitar 382 ton SP setiap harinya yang bertebaran diberbagai sudut kota Medan.
Berdasarkan karakteristiknya SP kota Medan memiliki rasio perbandingan antara sampah organik dengan sampah anorganik sebesar 2.21
: 1 Zulfi, 2000. Untuk sampah anorganik yang memiliki nilai ekonomis dan menjadi bagian dari aktifitas SI terbagi kedalam 9 jenis seperti yang
tertera pada Tabel 2.6 berikut. Tabel 2.6. Jenis Sampah Anorganik Kota Medan
No Jenis Sampah Anorganik
Tonbulan
1 kertas
29.64 2
karton 34.77
3 besi tua
41.64 4
plastik 32.02
5 atom
28.39 6
kaca 19.64
Universitas Sumatera Utara
No Jenis Sampah Anorganik
Tonbulan
7 aluminium
26.65 8
kuningan 21.39
9 karung
20.27
Jumlah 234.14
Sumber : Rahman, 2004
Tabel 2.6 memperlihatkan bahwa SI mampu mengelola 234,14 ton perbulan dari SP yang berjenis anorganik, jika dibandingkan dengan jumlah
total SP kota Medan perhari maka sampah anorganik yang dikelola ini masih senilai 150.5 kali dari jumlah total SP kota Medan.
2.3.2. Aspek Ekonomi
Dari sisi pembiayaan operasional SPSP, DKKM memperoleh dana dari Pemerintah Kota Medan PKM. Selain itu juga PKM memberikan
mandat kepada DKKM untuk mengumpulkan retribusi dari masyarakat kota Medan. Adapun teknis pengumpulan retribusi dapat dilihat pada Gambar
2.12 berikut.
Gambar 2.12. Aliran Dana Retribusi Sampah Rahman, 2004
Dari Gambar 2.12 terlihat bahwa sebenarnya DKKM telah memperoleh margin keuntungan sebesar 5 yang mereka peroleh dari PKM
sebagai imbalan atas kegiatan pemungutan biaya retribusi yang mereka lakukan. Meskipun demikian ternyata nilai retribusi ini masih kecil nilainya
dibandingkan dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD DKKM setiap tahunnya seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.7. Target dan Realisasi pemasukan dari Sampah Septictank Kota Medan
No
Sumber Tahun
Target Rp Realisasi Rp
1. Sampah
2002 2003
5.368.000.000,- 12.500.000.000,-
3.780.738.742,- 70,43
11.033.664.083,- 88,26
2. Septictank
2002 2003
132.000.000,- 198.000.000,-
195.055.000,- 147 270.900.000,- 136
Sumber: DKKM, 2003
Tabel 2.8. APBD Dinas Kebersihan Kota Medan Tahun Anggaran 2002- 2003
No Uraian
Tahun AnggaranRp
Realisasi Rp
A. Belanja Rutin
1.Belanja pegawai 2.Belanja barang
3.Belanja Pemeliharaan
4.Belanja Lain-lain Belanja
Pembangunan Pengadaan sarana
2002 8.379.712.000,-
1.374.900.000,- 5.190.575.000,-
5.555.886.000,-
1.261.684.000,- 8.304.265.849,-
1.006.914.390,- 4.414.567.999,-
5.392.470.000,-
1.259.858.716,-
Total 21.762.757.000,-
20.378.076.954,-
B. Belanja Rutin
1.Belanja pegawai 2.Belanja barang
3.Belanja Pemeliharaan
4.Belanja Lain-lain Belanja
Pembangunan Pengadaan sarana
2003 11.971.356.000,-
2.100.000.000,- 6.737.544.000,-
11.831.900.000,- 1.275.000.000,-
11.880.045.561,- 1.905.331.381,-
6.438.857.301,- 11.686.249.280,-
1.272.200.000,-
Total 33.915.800.000,-
33.182.683.523,-
Sumber: DKKM, 2003
Dari Tabel 2.7 dan 2.8 terlihat bahwa DKKM harus memberikan tambahan biaya sebesar lebih kurang Rp 16.4 milyar untuk tahun 2002 dan
Rp. 21.8 milyar untuk tahun 2003. Kontradiksi dengan apa yang dialami DKKM, pengelolaan SP yang dilakukan oleh SI melalui kegiatan daur ulang
Universitas Sumatera Utara
ternyata menghasilkan nilai ekonomi yang tidak dapat dipandang dengan sebelah mata. Dari aktivitas kegiatan ini, ternyata SI mampu
mentransformasikan sampah menjadi materi yang memiliki nilai ekonomi. Hal ini terlihat dari nilai pendapatan yang diperoleh oleh SF yang jumlahnya
mencapai Rp. Rp. 3.957.616.800 pertahunnya. Sedangkan rata nilai ekonomi sampah anorganik kota Medan berdasarkan jenisnya dapat dilihat
pada Tabel 2.9. Tabel 2.9. Harga rata-rata Sampah Anorganik dan Penghasilan yang
diperoleh Pemulung di Kota Medan setiap bulan
No Komponen
Jumlah Responden
Harga Rupiah
Hasil Rupiah
1 kertaskg
87 457,4
39.793,0 2
kartonkg 90
524,1 47.168,0
3 besi tuakg
87 983,1
85.533,0 4
plastikkg 84
838,1 70.404,0
5 atomkg
74 1.035,7
76.645,0 6
kacakg 53
634,8 33.647,0
7 aluminiumkg
78 1.198,9
93.510,5 8
kuningankg 74
1.189,3 88.011,0
9 karungbuah
86 362,4
31.167,5
Sumber : Rahman, 2004
2.3.3. Aspek Teknis