Kebijakan kedua, Memisahkan dan memperkuat fungsi regulator dan operator Kebijakan Ketiga, Meningkatkan kapasitas pembiayaan untuk Kebijakan Energi, Mengacu pada action plan pembangunan

1. Kebijakan Pertama, Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan dengan mengedepankan reduksi sampah semaksimal mungkin dari sumbernya dan peningkatan cakupan pelayanan serta perbaikan kualitas pelayanan.

2. Kebijakan kedua, Memisahkan dan memperkuat fungsi regulator dan operator

untuk meningkatkan kinerja kelembagaan penyelenggaraan pengelolaan sampah melalui pembenahan dan perkuatan beberapa aspek penting yaitu aspek hukum, lembaga pengelola di daerah, serta peningkatan kualitas SDM.

3. Kebijakan Ketiga, Meningkatkan kapasitas pembiayaan untuk

menjamin pelayanan dengan pemulihan biaya secara bertahap untuk pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana persampahan, melalui bantuan teknis, sosialisasikonsultasi guna mendapatkan komitmen daerah, penerapan tarif persampahan secara cost recovery dengan mengurangi subsidi secara bertahap, serta menerapkan pola insentif bagi masyarakat dan swasta yang berhasil mengurangi volume sampah secara mandiri. 4. Kebijakan Keempat, Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan pengelolaan persampahan melalui pendidikan dan kampanye nasional gerakan reduksi sampah serta mendorong pengembangan kemitraan pengelolaan sampah skala kota dan regional. 5. Kebijakan Kelima, Perkuatan dan penerapan hukum dalam pengelolaan sampah melalui penegakan hukum dan review, evaluasi serta penyusunan produk hukum di bidang persampahan.

6. Kebijakan Energi, Mengacu pada action plan pembangunan

berkelanjutan di Indonesia, kebijakan energi yang ada cukup mendukung untuk mendorong upaya penggunaan enargi terbarukan. Secara keseluruhan kebijakan energi meliputi : • Mengurangi subsidi energi secara bertahap. • Mempromosikan penggunaan energi terbarukan. Universitas Sumatera Utara • Mendorong penerapan penggunaan energi secara efisien. • Mendukung teknologi konsumsi bersih dan efisien dibidang industri dan perdagangan. • Restrukturisasi harga untuk berbagai jenis energi DKKM sebagai unsur pelaksana PKM dalam mengelola kebersihan kota Medan memiliki visi “Terwujudnya Medan Besih yang Berwawasan Lingkungan”. dan memberikan pelayanan sampah yang meliputi kegiatan : 1. Membersihkan sampah di jalan umum. 2. Mengumpulkan timbulan sampah dari sumbernya ke Tempat Pembuangan Sementara TPS. 3. Menyediakan Tempat Pembuangan Sementara TPS untuk pelayanan umum. 4. Mengangkut sampah dari Tempat Pembuangan Sementara TPS ke Tempat Pembuangan Akhir TPA. 5. Menyediakan Tempat Pembuangan Akhir untuk pemusnahan sampah. 6. Melakukan penyedotan, pengangkutan limbah tinja manusia dari septictank ke Instalasi Pengelolaan Limbah Tinja IPLT DKKM, 2003. Dari penjabaran visi tersebut maka misi dari Dinas Kebersihan Kota Medan dirumuskan sebagai berikut : 1. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur, guna membentuk aparatur Dinas Kebersihan yang berdedikasi tinggi dan profesional dalam pelayanan kepada masyarakat. 2. Meningkatkan sarana dan prasarana kebersihan yang berteknologi, berdaya guna dan berhasil guna dalam penyapuan, pengumpulan, pewadahan, pengangkutan dan pemusnahan sampah serta pengolahan pemanfaatan sampah menjadi bernilai ekonomis guna meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kebersihan kota yang berwawasan lingkungan. Universitas Sumatera Utara 3. Meningkatkan pendapatan asli daerah PAD dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk membayar retribusi pelayanan kebersihan guna meningkatkan kualitas pelayanan kebersihan Dinas Kebersihan,2002. Untuk melaksanakan visi dan misi tersebut maka dibuatlah kebijakan dalam bentuk peraturan-perturan yang mengatur hak dan kewajiban bagi setiap stakeholder terkait dalam SPSP kota Medan. Peraturan tersebut diantaranya adalah : DKKM, 2003 1. Peraturan Daerah Kota Medan No 4 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Kota Medan. 2. Peraturan Daerah Kota Medan No. 8 tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan Kebersihan yang sekaligus mencabut SK. Walikotamadya KDH Tingkat II Medan No. 9703011993 tanggal 30 Desember 1993 tentang Tarip Pelayanan Kebersihan PKM, 2002. 3. Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 24 tahun 2001 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan. 4. Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 10 tahun 2002 tentang Tugas dan Fungsi Dinas Kebersihan Kota Medan. 5. Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 5391306K2002 tanggal 1 Juli 2002 tentang Pembekuan Pelayanan Umum Kebersihan Kota Medan oleh PD Kebersihan, yang sepenuhnya dialihkan menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan Kota Medan. Aturan yang dibuat oleh PKM ini tentunya mengacu kepada berbagai aturan lain yang berlaku di negara kesatuan Republik Indonesia NKRI ini. Peraturan-peraturan tersebut diantaranya : 1. Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Universitas Sumatera Utara 2. Undang-Undang Nomor 4 tabun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. 3. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1984 tentang Perindustrian. 4. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun. 5. Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan: • Pasal 6 butir c : Pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan kelestarian budaya dan mutu kualitas lingkungan 6. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman 7. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 8. Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992 tentang Tata Ruang • Pasal 1 ayat 2: Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak. • Pasal 3 ayat 3 butir d dan e: Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk: 1. mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah sertamenanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan. 2. mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan. • Pasal 5 ayat 1: Setiap orang berkewajiban berperan serta dalam memelihara kualitas ruang. • Pasal 14 ayat 1 butir b: Perencanaan tata ruang dilakukan dengan mempertimbangkan aspek pengelolaan secara terpadu berbagai sumber daya, fungsi dan estetika lingkungan, serta kualitas ruang . 9. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah • Pasal 3 tentang Asas Pengelolaan Sampah: Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Universitas Sumatera Utara • Pasal 6 tentang Tugas Pemerintah dan Pemerintah Daerah: Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri atas: a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah; b. melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan penanganan sampah; c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan sampah; d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah; e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah; f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan g. melakukan koordinasi antarlembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah. • Pasal 19 tentang Penyelenggaraan Pegelolaan Sampah : Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas: a. pengurangan sampah; dan b. penanganan sampah. • Pasal 20 tentang Pengurangan Sampah : 1. Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi kegiatan: a. pembatasan timbulan sampah; b. pendauran ulang sampah; danatau c. pemanfaatan kembali sampah. Universitas Sumatera Utara 2. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sebagai berikut: a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu; b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan; c. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan; d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan e. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang. 3. Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, danatau mudah diurai oleh proses alam. 4. Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, danatau mudah diurai oleh proses alam. • Pasal 44 tentang Ketentuan Peralihan: 1. Pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 1 satu tahun terhitung sejak berlakunya Undang-Undang ini. 2. Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 5 lima tahun terhitung sejak berlakunya Undang- Undang ini. 10. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup. • Pasal 1 ayat 1: Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia Universitas Sumatera Utara dan perilakunya, yang mempengaruhi kelang sungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. • Pasal 1 ayat 2: Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. • Pasal 1 ayat 3: Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. • Pasal 1 ayat 8: Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi danatau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. • Pasal 1 ayat 14: Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi danatau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. • Pasal 1 ayat 19: Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfir secara global dan selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. • Pasal 1 ayat 20: Limbah adalah sisa suatu usaha danatau kegiatan • Pasal 20 ayat 1: Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan hidup • Pasal 20 ayat 2: Setiap orang dilarang membuang limbah yang berasal dari luar wilayah Indonesia ke media lingkungan hidup Indonesia. Universitas Sumatera Utara • Pasal 20 ayat 4 : Pembuangan limbah ke media lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada pasal 20 ayat 1 hanya dapat dilakukan di lokasi pembuangan yang ditetapkan oleh Menteri. Dengan diberlakukannya Otonomi Pemerintahan Daerah maka tentunya akan ada peraturan yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan SPSP diantaranya adalah Undang-undang nomor 32 tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah : RI, 2004a 1. Pasal 13 ayat 1. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi meliputi : a. perencanaan dan pengendalian pembangunan; b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; d. penyediaan sarana dan prasarana umum; e. penanganan bidang kesehatan; f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial; g. penanggulangan masalah sosial lintas kabupatenkota; h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupatenkota; i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengahtermasuk lintas kabupatenkota; j. pengendalian lingkungan hidup; k. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupatenkota; l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; 2. Pasal 14 ayat 1. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupatenkota merupakan urusan yang berskala kabupatenkota meliputi: a. perencanaan dan pengendalian pembangunan; b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; d. penyediaan sarana dan prasarana umum; e. penanganan bidang kesehatan; f. penyelenggaraan pendidikan; g. penanggulangan masalah sosial; h. pelayanan bidang ketenagakerjaan; i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; j. pengendalian lingkungan hidup; k. pelayanan pertanahan; l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; l. pelayanan administrasi umum Universitas Sumatera Utara pemerintahan; m. pelayanan administrasi penanaman modal; n. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. 3. Pasal 17 ayat 1. Hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 4 dan ayat 5 meliputi: a. kewenangan, tanggung jawab, pemanfaatan, pemeliharaan, pengendalian dampak, budidaya, dan pelestarian; b. bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya; dan c. penyerasian lingkungan dari tata ruang serta rehabilitasi lahan. 4. Pasal 22. Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban: a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. meningkatkan kualitas kehidupan, masyarakat; c. mengembangkan kehidupan demokrasi; d. mewujudkan keadilan dan pemerataan; e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan; f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan; g. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak; h. mengembangkan sistem jaminan sosial; i. menyusun perencanaan dan tata ruang daerah; j. mengembangkan sumber daya produktif di daerah; k. melestarikan lingkungan hidup; l. mengelola administrasi kependudukan; m. melestarikan nilai sosial budaya; n. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya; dan o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Untuk meyeragamkan pengelolaan persampahan maka Departemen Pekerjaan Umum dan Badan Standarisasi Nasional BSN membuat standar yang berhubungan dengan pengelolaan persampahan yaitu: 1. SK-SNI. S-04-1991-03, tentang Spesifikasi Timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang di Indonesia. Standar ini mengatur tentang Universitas Sumatera Utara Jenis sumber sampah, besaran timbulan sampah berdasarkan komponen sumber sampah serta besaran timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota. 2. SNI 19-2454-1991, tentang Tata cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan Standar ini mengatur tentang Persyaratan Teknis yang meliputi: a. Teknik operasional; b. Daerah pelayanan; c. Tingkat pelayanan ; d. Pewadahan sampah ; e. Pengumpulan sampah ; f. Pemindahan sampah ; g. Pengangkutan sampah ; h. Pengolahan ; i. Pembuangan akhir Kriteria penentuan kualitas operasional pelayanan adalah: 1 Penggunaan jenis peralatan ; 2 Sampah terisolasi dari lingkungan ; 3 Frekuensi pelayanan ; 4 Frekuensi penyapuan ; 5 Estetika ; 6 Tipe kota ; 7 Variasi daerah pelayanan ; 9 Pendapatan dari retribusi ; 10 Timbulan sampah musiman. 3. SNI 03-3241-1994, tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Standar ini mengatur tentaang ketentuan pemilihan lokasi TPA, kriteria pemilihan lokasi yang meliputi kriteria regional dan kriteria penyisih. 4. SNI 19-3964-1994, tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Standar ini mengatur tentang tata cara pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah yang meliputi Lokasi, cara pengambilan, jumlah contoh, frekuensi pengambilan serta pengukuran dan perhitungan.

2.4. Studi Model Pengelolaan Sampah Perkotaan Yang Pernah Dilakukan