Lebih lanjut Gardner dan Stern 1996 dalam Ho, 2002 juga berpendapat bahwa karena ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan, maka solusi yang baik adalah dengan cara menggabungkan intervensi yang berbeda secara
bersamaan karena akan memiliki tingkat keberhasilan yang lebih baik daripada hanya menggunakan satu intervensi saja.
2.2.5. Aspek Kelembagaan
1. Aspek kelembagaan SPSP secara spesifik mencakup struktur
kelembagaan dan manajemen SPSP termasuk didalamnya adanya aturan tentang pengelolaan sampah perkotaan. Aspek kelembagaan ini dapat
dielaborasi lebih lanjut dengan adanya :
2. Distribusi fungsi, tanggung jawab serta kewenangan antara kelembagaan
lokal, regional dan pemerintah pusat desentralisasi.
3. Struktur organisasi dari lembaga-lembaga yang bertanggung jawab
untuk SPSP, termasuk adanya koordinasi antara SPSP dengan sektor lainnya.
4. Prosedur dan metode yang digunakan untuk perencanaan dan
pengelolaan
5. Kapasitas lembaga yang bertanggung jawab atas SPSP termasuk
didalamnya kapabilatas para staf yang menjadi bagian dari SPSP. Keterlibatan sektor swasta, partisipasi masyarakat dan kelompok
pengguna.
2.2.6. Aspek Kebijakan
1. Aspek kebijakan dalam SPSP adalah segala aspek yang mencakup
perumusan tujuan , prioritas, penetapan peran, wilayah yuridis, kerangka hukum dan peraturan. Aspek kebijakan ini sangat berpengaruh pada
keberlanjutan SPSP, oleh sebab itu perlu diperhatikan: Tujuan serta prioritas yang berkaitan dengan pengawasan lingkungan
serta pemerataan akses pelayanan. Kedua hal tersebut harus jelas
Universitas Sumatera Utara
diartikulasikan untuk dapat memobilisasi dukungan masyarakat serta sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2.
3. Untuk menjamin keberlanjutan SPSP, diperlukan definisi yang jelas
tentang yurisdiksi dan peran pengelola SPSP. Rencana Strategis yang matang akan sangat membantu untuk menempatkan pengelola SPSP
serta pihak lain yang terkait. Jumlah aturan perundang-undangan yang diterbitkan tidak banyak, jelas,
tidak bertolak belakang serta dapat dipertanggung jawabkan.
Dalam sebuah sistem, kebijakan merupakan tahapan akhir yang ditempuh untuk dapat mengatasi masalah yang akan dihadapi. Gary Brewer
dan Peter DeLeon 1983 menggambarkan tahap pengambilan keputusan dalam kebijakan publik sebagai berikut:
Pilihan berbagai alternatif kebijakan yang selama ini dimunculkan dan dampak yang mungkin muncul dalam masalah yang diestimasi. Tahap ini
adalah tahap yang paling bersifat politis ketika berbagai solusi potensial bagi suatu masalah tertentu harus dimenangkan dan hanya satu atau
beberapa solusi yang dipilih dan dipakai. Jelasnya, pilihan-pilihan yang paling mungkin tidak akan direalisasikan dan memutuskan untuk tidak
memasukan alur tindakan tertentu adalah suatu bagian dari seleksi ketika akhirnya sampai pada keputusan tentang yang paling baik.
Penyusunan kebijakan adalah proses berkelanjutan, sebagai sebuah struktur yang memiliki siklus. Walt 1994 menyajikan empat tahap proses
kebijakan: 1 Identifikasi masalah dan pengenalan isu ; 2 Formulasi kebijakan; 3 Implementasi kebijakan; 4 Evaluasi kebijakan.
2.3. Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan Kota Medan
Untuk menjalankan SPSP, Pemerintah Kota Medan menunjuk Dinas Kebersihan Kota Medan DKKM sebagai lembaga yang bertanggung
jawab secara formal untuk mengelola sampah perkotaan di Kota Medan. Pengelolaan sampah kota Medan juga melibatkan SI yang dalam keseharian
turut mereduksi sampah perkotaan melalui aktifitas perdagangan SDU kota
Universitas Sumatera Utara