Pilihan Strategi Masing- masing Pemain

182

6.4.1. Pilihan Strategi Masing- masing Pemain

Pilihan strategi yang dapat dilakukan oleh petani cengkeh dalam memasarkan menjual cengkehnya adalah bekerjasama antar sesama petani cengkeh, dengan harapan apabila mereka bekerjasama maka posisi rebut tawar mereka akan semakin kuat sehingga akan mendapatkan harga minimum pembelian cengkeh yang lebih tinggi daripada harga yang berlaku di pasar. Karena, tujuannya adalah untuk meningkatkan penerimaannya dari usahatani cengkehnya, selanjutnya untuk meningkatkan produksi cengkehnya sebagai insentif dari adanya kenaikan harga. Sebaliknya, apabila mereka tidak bekerjasama atau bersifat individual dalam proses tataniaga cengkehnya maka harga yang diterimanya adalah harga yang berlaku di pasar. Apabila petani cengkeh bekerjasama dalam memasarkan cengkehnya, maka dengan total produksinya sebesar 109 297 ton dan harga cengkeh per kilogram yang diterima sebesar Rp. 30 000 dengan demikian penerimaan yang diperoleh petani cengkeh adalah sebesar Rp. 3.25 trilyun. Namun, apabila petani cengkeh tidak bekerjasama dalam memasarkan cengkehnya, dengan total produksinya sebesar 109 297 ton dan harga cengkeh per kilogram sebesar Rp. 26 000 maka penerimaannya akan berkurang menjadi Rp. 2.82 trilyun. Di lain pihak, seperti yang diuraikan terlebih dahulu bahwa PRK dalam memperoleh bahan baku cengkehnya, sebagian besar berasal dari cengkeh produksi dalam negeri, mengingat terbatasnya pasokan cengkeh impor yang hanya mampu memenuhi sekitar 20 persen dari total kebutuhan konsumsi cengkehnya. Sebagai salah satu pihak yang berkepentingan dalam percengkehan nasional menyangkut kelangsungan usahanya maka tentunya ketersediaan dan kontinuitas pasokan cengkeh sebagai salah satu bahan baku pembuatan rokok 183 kretek sangatlah diharapkan oleh PRK. Untuk itu, PRK menyepakati harga minimum pembelian cengkeh yang ditetapkan pemerintah, terutama pada saat harga cengkeh berada pada tingkat yang sangat rendah, ketika musim panen raya cengkeh berlangsung. Tabel 36. Strategi antara Petani Cengkeh dan Pabrik Rokok Kretek Strategi Pemain Besarnya Dana trilyun Rp Petani Cengkeh - Bekerjasama P 1 x Q 1 3.25 - Tidak Bekerjasama P 2 x Q 1 2.82 PRK - Patuh P 1 x Q 3 2.12 - Tidak Patuh P 2 x Q 2 2.51 Keterangan : P 1 : Harga minimum pembelian cengkeh Rp. 30 000 kg P 2 : Harga pasar Rp. 26 000 kg Q 1 : Total produksi cengkeh petani Q 2 : Total konsumsi cengkeh PRK Q 3 : 75 Q 2 Dengan demikian, pilihan strategi yang dapat dipilih PRK adalah patuh pada harga minimum pembelian cengkeh yang ditetapkan pemerintah, yang juga merupakan hasil kesepakatan PRK dengan petani cengkeh maka konsekuensi yang harus dihadapi PRK adalah harus menerima tingkat harga yang lebih tinggi dari harga yang berlaku di pasar. Sebaliknya, apabila PRK tidak mematuhi penetapan harga minimum pembelian tersebut maka PRK akan menerima harga sesuai yang berlaku di pasar. Apabila PRK patuh pada penetapan harga minimum pembelian cengkeh, maka tentunya harga cengkeh per kilogram yang harus diterima PRK adalah sebesar Rp. 30 000. Karena, tujuannya untuk menekan biaya bahan baku cengkeh maka meskipun kebutuhan konsumsi cengkehnya sebesar 96 670 ton, 184 PRK hanya akan membeli cengkeh sebanyak 75 persen dari total kebutuhannya dan untuk memenuhi kebutuhan cengkehnya pada saat itu PRK akan menggunakan stok cengkehnya. Dengan demikian biaya yang dikeluarkan PRK adalah sebesar Rp. 2.12 trilyun, untuk membeli 72 503 ton cengkeh, pada tingkat harga cengkeh per kilogram sebesar Rp. 30 000. Namun, apabila PRK tidak mematuhi harga minimum pembelian cengkeh maka PRK akan membeli sesuai dengan kebutuhan konsumsinya pada saat itu karena PRK dapat menerima harga yang lebih rendah dari harga minimum pembelian cengkeh. Oleh sebab itu, biaya yang dikeluarkan PRK untuk membeli cengkeh sesuai dengan konsumsinya sebesar 96 970 ton, pada tingkat harga cengkeh sebesar Rp. 26 000 per kilogram adalah Rp. 2.51 trilyun. Tindakan yang dilakukan oleh petani cengkeh dan PRK dapat diamati dengan apa yang disebut strategi dominan. Pada kondisi ini, setiap pemain dalam game dievaluasi secara terpisah untuk setiap kombinasi strategi-strategi yang dihadapinya, dan untuk setiap kombinasi tersebut pemain tersebut akan memilih strateginya sendiri, yakni strategi yang memberikan hasil pay off yang terbaik. Strategi dominan tersebut juga merupakan keseimbangan Nash Nash equilibrium karena memberikan pay off optimal bagi setiap pemain. Pada keadaan ini masing-masing pemain tidak punya insentif untuk mengubah strateginya, karena sudah terjadi keseimbangan Gibbons, 1992. Strategi dominan dalam interaksi antara petani cengkeh dan PRK adalah petani cengkeh akan bekerjasama dalam memasarkan cengkehnya karena strategi ini mengungguli strategi lainnya yaitu tidak bekerjasama, tanpa memandang apa yang dilakukan PRK sebagai pihak lawannya. Strategi tersebut dipilih petani cengkeh karena memberikan nilai pay off dengan tingkat 185 penerimaan yang paling tinggi. Sementara bagi PRK, strategi yang akan dipilih adalah tetap mematuhi harga minimum seperti yang ditetapkan pemerintah meskipun kuantitas pembeliannya berkurang menjadi 75 persen dari kebutuhannya karena strategi ini lebih baik bila dibandingkan dengan strategi yang lain yaitu tidak patuh pada penetapan harga minimum pembelian cengkeh. Strategi tersebut dipilih PRK karena memberikan nilai pay off yang terbaik dengan tingkat pengeluaran biaya yang paling rendah untuk kebutuhan bahan baku cengkehnya, agar supaya kontinuitas pasokan bahan baku cengkehnya dapat terjamin. Dengan demikian, untuk memperoleh solusi terbaik dalam interaksi antara petani cengkeh dan PRK dalam memecahkan permasalahan percengkehan nasional, maka kombinasi strategi yang dipilih petani cengkeh adalah bekerjasama dalam memasarkan cengkehnya, sedangkan strategi yang dipilih PRK adalah patuh pada penetapan harga minimum pembelian cengkeh yang ditetapkan pemerintah. Dengan demikian, kemungkinan kerjasama antara kedua pihak tersebut di atas perlu diupayakan, untuk itu peran pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah perlu ditingkatkan, selain sebagai fasilitator juga sebagai regulator, untuk masa depan percengkehan nasional.

6.4.2. Simpulan