165
1. Keberadaan pedagang yang telah berlangsung lama, bahkan banyak yang
mewarisi usahanya secara turun temurun dari keluarganya sehingga mereka paham betul seluk beluk tataniaga cengkeh
2. Kebanyakan pedagang memiliki hubungan yang telah terjalin baik dengan
para petani, bahkan ada yang merupakan keluarga dan atau kerabat dekatnya
3. Pedagang menawarkan kemudahan proses bertransaksi, bahkan pada saat
panen cengkeh, dengan leluasanya mereka bergerak keluar masuk hingga ke pelosok desa sentra produksi cengkeh dan membeli cengkeh tanpa
memperdulikan kualitasnya kadar air dan kadar kotor 4.
Dengan kurang baiknya
image
koperasi selama ini membuat petani merasa lebih nyaman bertransaksi dengan pedagang.
Seiring dengan semakin rendahnya peran koperasi atau KUD dalam tataniaga cengkeh maka peran pedagang cengkeh menjadi semakin kuat dan
penting. Berikut ini, struktur marjin tataniaga berdasarkan saluran tataniaga yang berlaku di daerah penelitian.
6.2. Perkembangan Usahatani dan Pemasaran
Di daerah penelitian, sebagian besar usahatani cengkeh dilakukan secara monokultur, dan secara umum varietas cengkeh yang banyak ditanam adalah
campuran antara varietas Sikotok 75 dan Zanzibar 25 . Pola tanam monokultur lebih dominan karena topografi daerah tersebut yang berbukit
dengan kemiringan lahannya mencapai hampir 25 . Sementara pola tanam
tumpangsari hanya sebagian kecil yakni di daerah yang tanahnya agak datar dan biasanya tanaman jagung yang digunakan sebagai tanaman sisipan.
166
Petani contoh berumur antara 35 hingga 65 tahun, dengan tingkat pendidikan antara SMP hingga Sarjana Muda. Sementara itu, luas pertanaman
cengkehnya berkisar antara 0.5 hingga 1.2 ha. Rata-rata produksi per ha, untuk semua umur tanaman cengkeh pada tahun 2005, adalah sebesar 1 030 kg
cengkeh kering per hektar. Sementara itu, untuk tanaman cengkeh yang berumur hingga 30 tahun, tingkat produksinya sebesar 1 635 kg cengkeh kering
per hektar. Teknologi usahatani cengkeh yang digunakannya bersifat semi- intensif dimana petani hanya melakukan pembersihan kebun, pemupukan,
pemberantasan hama penyakit dan gulma, sebanyak satu kali hingga dua kali dalam setahun, tergantung dana yang dimilikinya. Namun, apabila dibandingkan
dengan produksi usahatani cengkeh yang masih menggunakan teknologi konvensional tanpa pembersihan kebun, pemupukan, pemberantasan hama
penyakit dan gulma, yakni hanya rata-rata sebesar 227 kg per ha, sebagaimana yang dikemukakan Runtu 2006, maka produksi dari usahatani cengkeh dengan
cara semi-intensif ini ternyata lebih tinggi hampir lima kali lipat. Tapi produksi cengkeh dapat lebih tinggi lagi, apabila teknologi usahatani cengkeh yang
digunakan bersifat intensif. Biaya panen cengkeh, dihitung berdasarkan jumlah cengkeh mentah yang
berhasil dipetik, yakni rata-rata sebesar Rp. 1 000 per liter, sedangkan rata-rata biaya pascapanen, dihitung berdasarkan jumlah cengkeh kering, yaitu sebesar
Rp. 2 500 per kg. Secara umum, cengkeh yang dijual petani memiliki kualitas asalan tanpa memperhatikan kadar air maupun kadar kotor dengan tingkat
harga cengkeh per kilogram yang diterimanya
farm gate price
, rata-rata sebesar Rp. 26 000. Cengkeh tersebut dijual kepada pedagang pengumpul
tingkat desa, pedagang kabupaten atau perwakilan pabrik rokok kretek.
167
Pedagang cengkeh umumnya laki-laki, tapi dijumpai juga pedagang wanita. Dilihat dari kegiatan usahanya, pedagang pengumpul tingkat desa dapat
dibedakan atas pedagang yang aktif melakukan pembelian cengkeh dan yang hanya membeli cengkeh pada waktu panen. Pada umumnya, modal yang
digunakan pedagang pengumpul desa, berasal dari pedagang tingkat kabupaten atau dari perwakilan pabrik rokok kretek. Cengkeh yang dibelinya adalah yang
memiliki kualitas asalan atau tidak mempertimbangkan standar kualitasnya yakni kadar air dan kadar kotornya. Sementara, pedagang pengumpul tingkat
kabupaten, usaha perdagangannya telah berlangsung secara permanen karena merupakan usaha keluarga yang diwarisi secara turun temurun. Kegiatan
pembelian cengkeh berlangsung baik pada masa sebelum maupun sesudah panen, biasanya cengkeh yang dibelinya telah mempertimbangkan kualitasnya,
terutama kadar kotornya. Masing-masing pedagang di tingkat kabupaten tersebut telah memiliki jaringan dengan pabrik rokok kretek tertentu, terutama
PRK besar. Cengkeh yang dikumpulkan pedagang tingkat kabupaten, biasanya langsung didistribusikan ke pabrik rokok kretek, sehingga biaya tataniaganya
cenderung rendah.
6.3. Analisis Finansial dan Ekonomi Usahatani Cengkeh