145
cengkeh dalam penelitian ini adalah jumlah konsumsi cengkeh baik oleh pabrik rokok kretek maupun oleh non-pabrik rokok kretek ditambah ekspor cengkeh.
5.2.1. Konsumsi Cengkeh Nasional
Pada dasarnya, jumlah konsumsi cengkeh nasional merupakan penjumlahan dari konsumsi cengkeh pabrik rokok kretek dan konsumsi cengkeh
non pabrik rokok kretek Non-PRK, dan dicirikan dengan persamaan identitas. Dengan demikian, jumlah konsumsi cengkeh dapat dirumuskan sebagai berikut:
DCDOM
t
= DCPRK
t
+ DCNPRK
t
5.2.1.1. Konsumsi Cengkeh Pabrik Rokok Kretek
Hasil pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya konsumsi cengkeh pabrik rokok kretek DCPRK
t
disajikan pada Tabel 22. Tampak bahwa besarnya konsumsi cengkeh pabrik rokok kretek, secara sangat nyata
dipengaruhi oleh harga riil cengkeh di pasar domestik RPC
t
, produksi rokok kretek jenis SKT PRODSKT
t
, jenis SKM PRODSKM
t
dan jenis KLB PRODKLB
t
, kebijakan tataniaga berdasarkan Keppres RI Nomor 8 Tahun 1980 DKTN1 dan
kebijakan tataniaga berdasarkan BPPC DKTN2 serta besarnya konsumsi cengkeh PRK periode t-1 DCPRK
t-1
. Keragaman besarnya konsumsi cengkeh pabrik rokok kretek dapat dijelaskan dengan sangat baik yaitu sebesar 97.48
persen oleh ketujuh peubah dalam persamaan struktural tersebut. Peubah produksi rokok kretek jenis SKM PRODSKM
t
, berpengaruh sangat nyata terhadap konsumsi cengkeh pabrik rokok kretek dengan nilai
parameter estimasi yang bertanda positif. Elastisitas jangka pendek konsumsi cengkeh pabrik rokok kretek terhadap produksi rokok kretek jenis SKM sebesar
146
0.39, yang artinya konsumsi cengkeh pabrik rokok kretek tidak responsif terhadap perubahan produksi rokok kretek jenis SKM. Apabila produksi rokok
kretek jenis SKM meningkat sebesar 10 persen, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka konsumsi cengkeh pabrik rokok kretek hanya meningkat sebesar 3.9
persen. Meskipun rokok jenis SKM menggunakan cengkeh lebih sedikit dibandingkan dengan rokok jenis SKT dan KLB, namun dari segi produksi,
jumlahnya masih jauh lebih besar dari kedua jenis rokok tersebut. Dengan demikian, jika produksi rokok jenis ini meningkat maka konsumsi cengkeh PRK
akan meningkat pula. Dan konsumsi cengkeh oleh PRK akan semakin meningkat apabila ditambah dengan konsumsi cengkeh dari PRK “illegal” liar yang juga
memproduksi rokok “illegal” yang belum termasuk dalam persamaan ini, karena ketidaktersediaan datanya.
Tabel 22. Hasil Pendugaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Cengkeh Pabrik Rokok Kretek
Peubah Parameter
Estimasi Prob
T Elastisitas
Jk Pendek Nama Peubah
I NTERCEP 28
256 0.0006
- I ntersep
RPC -0.0058 0.9804
- Harga Riil
Cengkeh PRODSKT -0.1283
0.3958 -
Produksi Rokok Kretek Jenis SKT
PRODSKM 0.3927
0.0005 0.39
Produksi Rokok Kretek Jenis SKM
PRODKLB -0.8734 0.5258
- Produksi Rokok Kretek
Jenis KLB DKTN1
676.6207 0.8128 -
Peubah Sandi Kebijakan Tataniaga I
DKTN2 -3 727.5930 0.4221
- Peubah Sandi Kebijakan
Tataniaga I I DCPRK
t-1
0.3591 0.0293
- Konsumsi Cengkeh PRK
t-1
R
2
= 0.9748 DW = 2.069
Dh = -0.341
Tabel di atas juga menunjukkan bahwa penerapan kebijakan tataniaga berdasarkan Keppres RI Nomor 8 Tahun 1980, berdampak meningkatkan
147
konsumsi cengkeh PRK sebesar 676 ton, sedangkan kebijakan tataniaga berdasarkan BPPC berdampak menurunkan konsumsi cengkeh sebesar 3 727
ton. Menurunnya konsumsi cengkeh PRK pada saat periode BPPC, disebabkan oleh relatif mahalnya harga cengkeh yang ditawarkan BPPC, juga relatif besarnya
stok cengkeh yang dimiliki Gappri. Oleh karena itu, supaya Gappri “tunduk” dan mau membeli cengkeh pada BPPC, maka pemerintah menetapkan kebijakan
yang mengaitkan penyerahan cengkeh dengan pemesanan pita cukai melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Perdagangan RI Nomor 221 kpb I X 1994 dan
Menteri Keuangan RI Nomor 475 KMK.05 1994.
5.2.1.2.Konsumsi Cengkeh Non- Pabrik Rokok Kretek
Yang dimaksud dengan konsumsi non-pabrik rokok kretek DCNPRK adalah konsumsi cengkeh untuk rumah tangga, industri kosmetik, industri
farmasi dan industri lainnya, namun dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan konsumsi PRK. Pada penelitian ini, konsumsi cengkeh non-PRK, didekati
berdasarkan konsumsi per kapita dikali populasi penduduk dengan asumsi konsumsi cengkeh industri-industri lainnya relatif sedikit dan cenderung konstan,
dan dapat dirumuskan sebagai berikut: DCNPRK
= DCKAP x POP
5.2.2. Ekspor Cengkeh