16
1870. Sementara itu, penyebaran cengkeh ke luar negeri, terjadi pada saat VOC memonopoli perdagangan cengkeh di Maluku, bibit tanaman cengkeh
diselundupkan keluar pulau Maluku untuk dibudidayakan di Malagasi dan Tanzania oleh pedagang Arab. Di Zanzibar cengkeh dimuliakan oleh ahli-ahli
Perancis dan disebarkan ke seluruh penjuru dunia, bahkan kembali lagi ke tanah asalnya yaitu I ndonesia. Saat ini, tanaman cengkeh telah menyebar di hampir
seluruh I ndonesia bahkan dunia Dhalimi, 1997; Najiyati dan Danarti, 2003.
2.1.2. Tipe, Karakteristik dan Aspek I klim Tanaman Cengkeh
Hadipoentyanty 1997, mengemukakan bahwa cengkeh merupakan tanaman asli I ndonesia, termasuk famili Myriaceae yang mempunyai ± 3 000
jenis tersebar di daerah tropik dan subtropik. Eugenia merupakan genera yang terbesar dengan ± 2 800 jenis yang tersebar luas di daerah tropik dan subtropik
di Amerika, Asia, Afrika dan Australia. Akan tetapi beberapa ahli memasukkannya ke dalam Syzygium. Adapun sistematiknya adalah sebagai berikut :
Divisi :
Spermatophyta Sub divisi
: Angiospermae Klasis
: Dicotyledoneae Sub klasis
: Dialypetales Bangsa
: Myrtales Suku
: Myrtaceae
Marga : Eugenia Syzygium
Jenis :
Eugenia aromaticum
L.
Syzygium aromaticum
L. Merr. Perry.
17
Secara umum, tanaman cengkeh memiliki karakteristik seperti berikut ini, tanaman ini berbentuk pohon dan tingginya dapat mencapai 15-40 meter,
dengan kanopi berbentuk piramid, silindris dan bulat, tergantung pada varietasnya. Memiliki akar tunggang yang mampu mencapai kedalaman hingga
tujuh meter. Batangnya berkayu keras, tumbuh lurus ke atas, membentuk percabangan dengan anak-anak cabang yang tumbuh miring ke atas dengan
sudut kira-kira 45 derajat pada pangkalnya. Daun letaknya berhadap-hadapan
dengan ranting dan beraroma, berukuran panjang 7-13 cm dan lebar 3-6 cm, sementara bentuknya lonjong dengan pangkal daun yang runcing sampai tumpul
dan ujungnya biasanya runcing. Cengkeh mempunyai sistem pembungaan terminal, berbentuk tandan yang terdiri dari 5-25 bunga dan bersifat
hermaprodit, ketika matang buah tersebut berwarna ungu merah kehitaman, dengan daging buah relatif tebal, berbentuk bulat telur sampai lonjong dan
berukuran panjang 2.5-3.5 cm dengan diameter 1-2 cm. Bijinya berbentuk bulat telur sampai lonjong dan mempunyai dua keping lembaga
dicotyl
. Cengkeh di I ndonesia bermacam-macam tipe dan memiliki kriteria yang
berbeda pula. Menurut Rahayu, terdapat enam tipe cengkeh yang berada di kebun koleksi Sukamantri dan koleksi Balittro di Cimanggu yaitu Zanzibar,
Sikotok, Simenir, Siputih, Ambon dan Sihutan. Sementara Hadiwijaya membedakan tipe cengkeh menjadi tiga golongan yaitu Zanzibar, Sikotok dan
Siputih, yang dikenal dan banyak dibudidayakan di I ndonesia. Dilihat dari persyaratan tumbuh, tanaman cengkeh dapat tumbuh dengan
baik pada 20 lintang utara dan lintang selatan dan masih bisa tumbuh di
daerah-daerah dengan curah hujan sampai dengan 6 000 mm per tahun. Tanaman cengkeh juga menghendaki iklim yang panas dengan curah hujan
18
cukup merata. Untuk petumbuhannya, curah hujan optimal bagi tanaman cengkeh berkisar antara 1 500 hingga 4 500 mm per tahun. Suhu optimal yang
dikehendaki tanaman ini adalah 22-33 C, dengan suhu siang hari tidak lebih dari
34 C. Kelembaban nisbi antara 60-80 persen. Tanaman ini juga dapat
dibudidayakan di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi, namun lebih cocok pada ketinggian 0-900 m di atas permukaan laut dpl, dengan ketinggian
optimum pada 300-600 m dpl. Tanaman ini akan lebih produktif bila ditanam di dataran rendah, sehubungan dengan suhu udara, dimana semakin tinggi tempat
suhu udaranya semakin rendah. Selain iklim, faktor tanah juga memegang peranan penting pada
pertumbuhan dan produksi cengkeh, terutama sifat fisiknya. Jenis tanah yang baik untuk tanaman ini adalah latosol, andosol dan podsolik merah. Tanaman
cengkeh menyukai tanah gembur dengan drainase yang baik. Derajat keasaman pH yang cocok untuk tanaman cengkeh adalah 5.5-5.6. Kondisi tanah yang
dikehendaki adalah remah, drainase dan aerase yang baik, kedalaman air tanah sekitar 3 meter serta tidak terdapat lapisan tanah yang keras Ruhnayat dan
Wahid, 1997; Siregar dan Suhendi 2006.
2.2. Tinjauan Kebijakan Percengkehan Nasional 2.2.1. Kebijakan di Bidang Produksi