130
4.5.4. Pendekatan
Game Theory
Bagian dari penelitian ini, berusaha melakukan kajian interaksi antara petani cengkeh dan pabrik rokok kretek dalam tataniaga cengkeh sebagai suatu kesatuan
proses untuk menilai bagaimana keterkaitannya secara langsung dalam pemasaran cengkeh, baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen. Strategi yang
diterapkan dalam permainan diharapkan dapat menjawab hubungan ataupun proses interaksi antar manusia dalam organisasi masyarakat secara konseptual.
Sebagaimana yang berlaku dalam proses interaksi antara petani cengkeh dan pabrik rokok kretek, dan dapat dimodelkan secara sederhana dalam suatu bentuk model
permainan game modelling.
Model teori permainan bertujuan untuk mengidentifikasikan strategi atas rencana optimal untuk setiap permainan. Miller 2003 mengemukakan bahwa
terdapat tiga elemen penting dalam setiap permainan, yakni: 1 sekumpulan pemain, 2 gerakan yang dilakukan oleh para pemain, dan 3 hasil yang dapat
diterima oleh para pemain. Para pemain akan memilih gerakannya masing-masing yang bertujuan untuk memaksimumkan hasilnya. Setiap pemain selalu
mengasumsikan bahwa pemain lainnya akan berusaha untuk memaksimumkan hasilnya juga.
Sementara itu, dalam teori permainan, petani cengkeh dan pabrik rokok kretek adalah pihak-pihak yang berkepentingan secara langsung dalam
permasalahan percengkehan nasional disebut pemain player. Selanjutnya, angka-
angka dalam matriks pay off, atau biasa disebut juga matriks permainan,
menunjukkan hasil pay off dari strategi-strategi permainan yang berbeda-beda,
131
dan hasil ini dinyatakan dalam suatu bentuk ukuran efektifitas, seperti: uang, prosentase
market share, atau kegunaan utility Wafda, 2005. Selanjutnya, setiap pemain dalam permainan tersebut, diasumsikan
mempunyai sifat rasionalitas mutlak penuh dalam membuat pilihan strateginya yaitu berusaha memaksimumkan hasil. Asumsi rasionalitas tersebut berlaku dengan
memaksimumkan hasil suatu kelompok pengambil keputusan yang berinteraksi, dengan demikian hasil rasional yang diperoleh merupakan sebagai suatu solusi
permainan. Sampai sejauh ini, hubungan antara petani cengkeh dan pabrik rokok kretek
PRK dalam permasalahan percengkehan nasional pada pemodelan game theory
bersifat noncooperative game, dimana dalam penetapan harga cengkeh berdasarkan
mekanisme pasar, namun PRK berada pada posisi yang lebih kuat karena struktur pasar cengkeh bersifat oligopsoni. Dalam upaya membantu memecahkan
permasalahan percengkehan nasional, Pemerintah turut berperan serta sebagai fasilitator, melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI yang mencoba
mempertemukan kepentingan petani cengkeh dari beberapa daerah penghasil utama cengkeh di I ndonesia dengan pabrik rokok kretek untuk membuat suatu
kesepakatan tentang penetapan harga minimum pembelian cengkeh, yaitu pada saat panen raya cengkeh dimana harga cengkeh berada pada tingkat yang sangat
rendah. Dalam
kenyataannya, masing-masing
pihak memiliki tujuan yang berbeda- beda sesuai dengan kepentingannya untuk kelangsungan usahanya. Petani cengkeh
mengharapkan akan memperoleh tingkat harga cengkeh yang tinggi sehingga
132
penerimaan dari usahatani cengkehnya akan meningkat pula. Dampak dari tingginya harga cengkeh, diharapkan dapat menjadi insentif bagi petani untuk
mengintensifkan pemeliharaan tanamannya sehingga dapat meningkatkan produksi cengkehnya. Sedangkan pabrik rokok kretek mengharapkan dapat menekan biaya
produksi rokoknya, antara lain dengan menekan biaya bahan baku cengkeh. Juga menginginkan jaminan kontinuitas atas ketersediaan bahan baku cengkeh untuk
kelangsungan produksi rokok kreteknya. Analisis
game theory ini bersifat nasional, maka diasumsikan bahwa pihak petani cengkeh merupakan total petani cengkeh nasional, sementara pihak PRK
adalah total pabrik rokok kretek anggota Gappri. Posisi strategi antara petani cengkeh dan pabrik rokok kretek sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 13,
dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Para petani akan bekerjasama dengan cara membentuk kelompok, himpunan atau asosiasi petani cengkeh dalam memasarkan cengkehnya sehingga harga
cengkeh dapat yang diterimanya adalah harga minimum sesuai yang ditetapkan pemerintah berdasarkan kesepakatannya dengan pabrik rokok kretek. Pada saat
penelitian ini dilakukan, harga cengkeh minimum adalah sebesar Rp. 30 000 per kg P
1
. Diasumsikan produksi cengkeh petani sebesar 98 persen dari total produksi nasional Q
1
. 2.
Petani tidak bekerjasama atau bertindak sendiri-sendiri dalam memasarkan cengkehnya sehingga harga cengkeh yang diterimanya sesuai dengan harga
yang berlaku di pasar pada saat itu P
2
.
133
3. PRK mematuhi harga pembelian minimum yang ditetapkan pemerintah karena
merupakan harga kesepakatannya dengan petani cengkeh. Diasumsikan konsumsi cengkeh merupakan total konsumsi cengkeh anggota Gappri dimana
konsumsi cengkeh PRK sebagian besar 90 berasal dari produksi dalam negeri. Pada saat PRK patuh pada penetapan harga cengkeh dari pemerintah
maka harga cengkeh lebih tinggi dari harga yang berlaku di pasar P
1
. Konsekuensi logis yang terjadi adalah PRK diperkirakan akan mengurangi
pembeliannya menjadi sekitar 75 persen dari total kebutuhan konsumsi cengkehnya Q
3
= 0.75xQ
2
, dan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi cengkehnya, PRK akan menggunakan stok cengkeh yang dimilikinya.
4. PRK tidak mematuhi harga pembelian minimum yang ditetapkan pemerintah,
meskipun telah sepakat dengan petani cengkeh. Apabila PRK tidak patuh pada penetapan harga cengkeh dari pemerintah maka tingkat harga cengkeh yang
diterimanya, tergantung pada mekanisme pasar, namun biasanya lebih rendah dari harga minimum yang ditetapkan pemerintah P
2
. Dengan menerima harga cengkeh yang lebih rendah tersebut, maka diasumsikan PRK akan membeli
cengkeh sesuai dengan konsumsinya Q
2
. Pilihan strategi yang dilakukan petani cengkeh adalah bekerjasama dengan
harapan PRK akan menepati kesepakatan tentang harga minimum pembelian cengkeh yang lebih tinggi dari harga yang berlaku di pasar, atau tidak mampu
menjalin kerjasama sehingga hanya dapat menerima tingkat harga yang rendah. Lebih lanjut, apabila PRK mematuhi harga minimum yang ditetapkan pemerintah,
maka penerimaan petani cengkeh menjadi sebesar P
1
dikali Q
1
yaitu harga yang
134
49
50 ditetapkan pemerintah dikali dengan jumlah cengkeh yang diproduksinya.
Sedangkan apabila petani tidak bekerjasama atau bersifat individual, maka penerimaan petani hanya sebesar P
2
dikali Q
1
karena P
2
P
1
. Dengan demikian strategi permainan untuk petani cengkeh dapat dinotasikan
sebagai berikut: Jika petani bekerjasama dalam memasarkan cengkehnya maka fungsi
penerimaannya adalah: R
PT1
= P
1
x Q
1
dan jika petani cengkeh tidak bekerjasama, maka penerimaannya hanya sebesar: R
PT2
= P
2
x Q
1
Pilihan strategi yang dilakukan oleh pabrik rokok kretek adalah patuh terhadap penetapan harga pemerintah yang lebih tinggi dari harga yang berlaku,
namun dengan mengurangi kuantitas cengkeh yang dibelinya supaya biaya bahan baku cengkehnya tidak meningkat, atau tidak patuh pada penetapan harga
pemerintah dengan harapan petani tidak punya pilihan lain untuk menjual cengkehnya selain kepada PRK.
Lebih lanjut, apabila pabrik rokok kretek patuh pada penetapan harga pemerintah maka biaya yang dikeluarkannya untuk bahan baku cengkeh sebesar P
1
dikali Q
2
yaitu harga yang ditetapkan pemerintah dikali dengan jumlah kebutuhan atau konsumsi cengkehnya dimana Q
3
= 75 xQ
2
, sedangkan apabila PRK tidak patuh pada penetapan harga pemerintah maka PRK akan membeli sesuai dengan
kebutuhan cengkehnya, namun pada tingkat harga yang berlaku di pasar, dengan demikian biayanya menjadi sebesar P
2
dikali Q
2
yaitu harga yang berlaku di pasar
135
51
52
R
PT1
Petani
PRK PRK
P
1
x Q
1,
P
1
x Q
3
P
1
x Q
1
, P
2
x Q
2
P
2
x Q
1
, P
1
x Q
3
P
2
x Q
1
, P
2
x Q
2
R
PT2
C
PR1
C
PR2
C
PR1
C
PR2
dikali dengan jumlah cengkeh yang dibeli PRK. Dengan demikian strategi permainan untuk PRK dapat dinotasikan sebagai berikut:
Jika PRK patuh pada penetapan harga pemerintah maka fungsi biayanya adalah:
C
PR1
= P
1
x Q
3
dan jika tidak patuh pada penetapan harga pemerintah, maka biayanya menjadi : C
PR2
= P
2
x Q
2
Gambar 13. Bentuk Permainan antara Petani Cengkeh dan PRK Adapun peubah-peubah yang digunakan untuk gaming permasalahan
percengkehan nasional adalah sebagai berikut: Tabel 17. Peubah-peubah yang Digunakan dalam Gaming Permasalahan
Percengkehan Nasional Peubah
Jenis Data Sumber Data
Produksi cengkeh nasional Sekunder
Siregar dan Suhendi, 2006 Produksi cengkeh perkebunan rakyat
Sekunder Siregar dan Suhendi, 2006
Konsumsi cengkeh pabrik rokok kretek Sekunder
Siregar dan Suhendi, 2006 Harga minimum penetapan pemerintah
Primer Hasil survey, 2005
Harga pasar Primer
Hasil survey, 2005
V. KETERKAI TAN I NDUSTRI CENGKEH DAN I NDUSTRI ROKOK KRETEK NASI ONAL
Secara umum, hasil pendugaan parameter berdasarkan kriteria ekonomi sudah cukup memuaskan, meskipun terdapat beberapa tanda dari parameter
dugaan, yang tidak sesuai dengan harapan. Nilai koefisien determinasi R
2
dari persamaan-persamaan dalam model menunjukkan nilai yang relatif cukup tinggi,
berkisar antara 0.4120 hingga 0.9873. Sementara itu, nilai uji F berkisar antara 3.223 hingga 226.514, serta nilai statistik uji DW Durbin-Watson dan statistik
uji Dh Durbin-h, berturut-turut berkisar antara 1.360 hingga 2.719 dan -2.042 hingga 2.805. Tampak bahwa sebagian besar persamaan menghadapi masalah
korelasi serial, namun dalam Pyndick dan Rubinfeld 1998 dijelaskan bahwa masalah korelasi serial hanya akan berpengaruh pada efisiensi pendugaan dan
tidak menimbulkan bias pendugaan. Sedangkan pengujian pengaruh masing- masing peubah dalam setiap persamaan struktural menggunakan statistik uji-t.
Pengujian terhadap parameter dugaan, menggunakan beberapa taraf
α
, yaitu: 1 persen , 5 persen , dan 10 persen , dan tanda tersebut
dinyatakan dalam semua tabel dimana peubah tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah endogennya.
5.1. Penaw aran Cengkeh 5.1.1. Luas Areal Tanaman Cengkeh Menghasilkan