171
Hasil analisis seperti tampak pada Tabel 30, menunjukkan bahwa secara finansial, usahatani cengkeh dapat dikatakan relatif kurang efisien karena nilai
koefisien rasio biaya privat PCR lebih besar dari satu
present value
. Sementara itu, secara ekonomi, dikatakan efisien karena nilai koefisien rasio
biaya sumberdaya domestik DRC lebih kecil dari satu. Apabila dibandingkan nilai PCR dan DRC, ternyata nilai DRC lebih kecil dari PRC, artinya tanpa adanya
intervensi pemerintah, usahatani cengkeh di Provinsi Sulawesi Utara masih mempunyai keunggulan komparatif.
6.3.1.3. Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah dan atau Kegagalan Pasar Dalam Usahatani Cengkeh
Dalam analisis PAM dapat dilihat juga, seberapa besar dampak kebijakan intervensi pemerintah dan atau adanya kegagalan pasar, melalui
beberapa ukuran seperti transfer output, transfer input, transfer faktor serta transfer bersih. Selain itu, ada beberapa ukuran relatif seperti koefisien proteksi
output nominal
nominal protection coefficient on output
, NPCO, koefisien proteksi input nominal
nominal protection coefficient on input
, NPCI , koefisien proteksi efektif
effective protection coefficient
, EPC, koefisien profitabilitas
profitability coefficient
, PC dan rasio subsidi bagi produsen
subsidy ratio to producer
, SRP.
a. Transfer Output
Adanya kebijakan pemerintah dan atau kegagalan pasar dalam sistem komoditas cengkeh dapat dilihat pada nilai output. Transfer output yang
bertanda positif menunjukkan besarnya insentif yang diberikan masyarakat konsumen atau PRK terhadap petani produsen dan lembaga tataniaga
172
cengkeh. Karena PRK membeli dan petani serta lembaga tataniaga menerima dengan harga cengkeh yang lebih tinggi daripada yang seharusnya terjadi bila
kegagalan pasar dan campur tangan pemerintah ditiadakan. Begitu sebaliknya kalau nilainya negatif. Selanjutnya, untuk melihat apakah output tersebut
diproteksi atau tidak, digunakan ukuran koefisien proteksi output nominal NPCO.
Pada Tabel 31, tampak bahwa transfer output bernilai negatif, artinya, telah terjadi pengalihan surplus kepada konsumen cengkeh PRK dari produsen
cengkeh petani cengkeh dan lembaga tataniaga pedagang cengkeh, atau PRK membeli dan petani serta pedagang cengkeh menerima harga cengkeh yang
lebih rendah daripada harga yang sesungguhnya. Sementara itu, dari nilai NPCO yang relatif kecil
present value
= 0.50, terlihat bahwa proteksi terhadap komoditas cengkeh yang diberikan pemerintah masih relatif kecil. Nilai NPCO
sebesar 0.50 menunjukkan bahwa adanya kebijakan pemerintah berdampak menurunkan harga cengkeh di pasar domestik sebesar 50 persen dari harga
dunia. Padahal pemerintah telah mengatur tataniaga impor cengkeh melalui SK Menperindag RI Nomor 528 MPP Kep 7 2002 tentang Ketentuan I mpor Cengkeh,
dengan mengenakan tarif impor cengkeh sebesar 5 persen. Artinya, kebijakan tarif impor sebesar 5 persen tersebut belum cukup efektif untuk melindungi
komoditas cengkeh, apabila dibandingkan dengan nilai NPCO 2.41 hasil penelitian Gonarsyah 1996.
Tabel 31. Transfer Output dan Koefisien Proteksi Output Nominal Nominal
Value Present
Value Transfer Output Rp
-43 714 340 -41 748 961
NPCO 0.93
0.50
173
Sementara itu, berkaitan dengan kebijakan tarif impor, ternyata hasil pendugaan persamaan impor cengkeh dalam model ekonometrik percengkehan
nasional lihat Bab V, menunjukkan bahwa peubah sandi kebijakan impor DI MP, berpengaruh nyata terhadap besarnya volume impor cengkeh nasional,
namun tandanya positif dan bertentangan dengan dugaan awal. Hal ini kembali menegaskan bahwa kebijakan tersebut belum cukup efektif dalam menghambat
impor cengkeh.
b. Transfer I nput