Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2000 Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2003

35 dalam wilayah I ndonesia dilarang melakukan promosi dengan memberikan secara cuma-cuma atau hadiah berupa rokok atau produk lainnya dimana dicantumkan bahwa merek dagang tersebut merupakan rokok.

4. Penetapan kaw asan rokok

Tempat umum dan atau tempat kerja yang secara spesifik sebagai tempat menyelenggarakan upaya kesehatan, proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, kegiatan ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok. Pimpinan atau penanggung jawab tempat umum dan tempat kerja harus menyediakan tempat khusus untuk merokok harus menyediakan alat penghisap udara sehingga tidak mengganggu kesehatan bagi yang tidak merokok. Penyesuaian terhadap persyaratan kadar maksimum kandungan nikotin dan tar diberikan kelonggaran paling lambat 5 lima tahun setiap orang yang memproduksi rokok yang tergolong dalam industri besar, dan 10 sepuluh tahun untuk setiap orang yang memproduksi rokok yang tergolong dalam industri kecil.

2.2.5.2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2000

Peraturan Pemerintah ini yang ditetapkan tanggal 7 Juni tahun 2000 mengatur tentang Perubahaan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 81 Tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Dasar pertimbangannya adalah: bahwa untuk memenuhi ketentuan kadar maksimum kandungan nikotin dan tar rokok diperlukan jangka waktu pengkajian baik teknologi maupun dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat, maka perlu dilakukan perubahan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. 36 Terdapat dua perubahan yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah ini: 1. I klan yang dulunya hanya boleh di tempatkan pada media cetak dan media luar ruangan, sekarang selain dua media tersebut ditambah lagi dengan media elektronik. 2. Setiap orang memproduksi rokok kretek buatan mesin dan buatan tangan yang telah ada pada saat ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini harus menyesuaikan produksinya dengan persyaratan kadar maksimum kandungan nikotin dan tar sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini paling lambat: a 7 tujuh tahun untuk setiap orang yang memproduksi rokok kretek buatan mesin dan b 10 sepuluh tahun untuk setiap orang yang memproduksi rokok kretek buatan tangan.

2.2.5.3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2003

Peraturan Pemerintah yang ditetapkan pada tanggal 10 Maret tahun 2003 ini bertujuan untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan pengamanan rokok bagi kesehatan. Pada dasarnya isi dari PP ini masih sama dengan peraturan-peraturan sebelumnya. Peraturan ini kembali menegaskan bahwa berdasarkan Pasal 4, kandungan kadar nikotin dan tar ditetapkan, sebagai berikut: 1 Setiap orang yang memproduksi rokok wajib melakukan pemeriksaan kandungan kadar nikotin dan tar pada setiap hasil produksinya dan 2 Pemeriksaan kandungan kadar nikotin dan tar sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, dilakukan di laboratorium yang sudah terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Sementara itu, pada Pasal 5 dinyatakan bahwa setiap orang yang memproduksi rokok wajib memberikan informasi kandungan kadar nikotin dan tar pada setiap batang rokok yang diproduksinya. 37

2.3. Perkembangan I ndustri Cengkeh dan I ndustri Rokok Kretek Nasional

2.3.1. Perkembangan Penaw aran Cengkeh 2.3.1.1. Perkembangan Luas Areal Tanaman Cengkeh Menghasilkan Sebagaimana dikemukakan pada bagian sebelumnya, bahwa secara nasional, luas areal pertanamanan cengkeh yang menghasilkan, sebagian besar merupakan perkebunan rakyat PR, kemudian diikuti oleh perkebunan besar negara PBN dan perkebunan besar swasta PBS. Perkembangan luas areal pertanaman cengkeh yang menghasilkan, seperti yang tampak pada Tabel 7, cenderung meningkat pada periode tahun 1975-1989 sebagai dampak tidak langsung dari kebijakan pemerintah di bidang usahatani. Gonarsyah et al . 1995, menyatakan bahwa sejak dicanangkannya swasembada cengkeh pada awal Repelita I -I I I , maka luas areal mengalami peningkatan yang signifikan melalui program perluasan pertanaman cengkeh secara parsial, yaitu dengan melakukan penyediaan dan penyebaran bibit cengkeh ke seluruh propinsi kecuali propinsi DKI Jakarta dan Timor Timur secara gratis. Dengan adanya bibit cengkeh yang dibagikan secara gratis, petani bersedia menanami lahannya dengan tanaman cengkeh. Kebijakan usahatani tersebut ditujukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman cengkeh intensifikasi, sementara itu perluasan areal tanaman cengkeh ekstensifikasi diharapkan berasal dari insentif harga cengkeh yang tinggi. Kebijakan di atas dianggap berhasil sehingga, kegiatan program ini terus dilanjutkan dalam Repelita I V. Pada periode tahun 1976-1982, kegiatan program intensifikasi pertanaman cengkeh adalah dengan memberikan fasilitas kredit intensifikasi berupa kredit modal kerja permanen KMKP.