Transfer I nput Transfer Faktor dan Transfer Bersih

173 Sementara itu, berkaitan dengan kebijakan tarif impor, ternyata hasil pendugaan persamaan impor cengkeh dalam model ekonometrik percengkehan nasional lihat Bab V, menunjukkan bahwa peubah sandi kebijakan impor DI MP, berpengaruh nyata terhadap besarnya volume impor cengkeh nasional, namun tandanya positif dan bertentangan dengan dugaan awal. Hal ini kembali menegaskan bahwa kebijakan tersebut belum cukup efektif dalam menghambat impor cengkeh.

b. Transfer I nput

Adanya intervensi pemerintah terhadap input yang digunakan dalam usahatani cengkeh dapat dilihat pada besarnya transfer input dan koefisien proteksi input nominal NPCI . Hasil analisis menunjukkan bahwa transfer input bernilai negatif, artinya petani membayar input yang diperdagangkan tradable lebih murah daripada harga sesungguhnya. Tabel 32. Transfer I nput dan Koefisien Proteksi I nput Nominal Nominal Value Present Value Transfer I nput Rp -6 857 118 -2 301 487 NPCI 0.66 0.41 Besaran transfer input yang negatif, mengindikasikan bahwa secara tidak langsung hal ini “mestinya” dapat menjadi insentif bagi petani untuk kembali memelihara tanaman cengkehnya. Tapi di lain pihak, rendahnya harga cengkeh menyebabkan petani enggan melakukan pemeliharaan tanamannya, antara lain dengan cara menekan biaya penggunaan pupuk, pestisida, serta faktor-faktor produksi lainnya, mengingat penerimaannya dari usahatani cengkeh mengalami penurunan sebagai dampak dari rendahnya harga cengkeh yang diterimanya 174 tersebut. Selanjutnya, berdasarkan nilai NPCI 0.41, kembali menegaskan bahwa usahatani cengkeh, sepertinya menikmati subsidi atas input yang diperdagangkan, karena harga input di pasar domestik lebih murah 41 persen daripada harga di pasar internasional.

c. Transfer Faktor dan Transfer Bersih

Dalam usahatani cengkeh, selain input yang diperdagangkan, maka digunakan juga input yang tidak diperdagangkan nontradable input , terutama dalam hal ini tenaga kerja. Perbedaan antara harga sosial dan harga aktual faktor yang dibayar, terutama yang menyangkut tenaga kerja tampaknya lebih disebabkan oleh kegagalan pasar market failure daripada adanya campur tangan pemerintah. Sedangkan transfer bersih adalah selisih antara keuntungan bersih yang benar-benar diterima petani cengkeh dengan keuntungan bersih sosial dengan asumsi terjadi pasar persaingan sempurna. Transfer bersih menyatakan berapa tambahan keuntungan petani atau sebaliknya berkurangnya keuntungan petani akibat adanya kegagalan pasar. Tabel 33 menunjukkan bahwa transfer faktor memiliki nilai negatif, artinya usahatani cengkeh membayar harga faktor dalam hal ini tenaga kerja, lebih rendah daripada harga sebenarnya. Tampaknya, hal ini berkaitan erat dengan sistem pengupahan tenaga kerja dalam usahatani cengkeh yang lebih dominan bersifat borongan daripada sistem upah harian. Selain itu, juga berkaitan dengan penggunaan tenaga kerja upahan yang sebagian telah digantikan dengan tenaga kerja keluarga sehingga biayanya menjadi lebih murah daripada tenaga kerja upahan. 175 Tabel 33. Transfer Faktor dan Transfer Bersih Nominal Value Present Value Rp Transfer Faktor 10 170 000 -18 447 562 Transfer Bersih -67 657 664 -12 511 214 Sementara itu, transfer bersih bernilai negatif, ini berarti, adanya kebijakan pemerintah dan atau kegagalan pasar dalam usahatani cengkeh menyebabkan keuntungan yang diterima petani menjadi semakin berkurang. Hasil ini tampaknya lebih terkait dengan faktor kegagalan pasar, sebagaimana dikemukakan pada bagian-bagian sebelumnya bahwa struktur pasar cengkeh domestik yang bersifat oligopsoni. Dimana hanya terdapat tiga pabrik rokok besar yaitu PT HM Sampoerna, PT Gudang Garam, dan PT Djarum dengan empat daerah utama yang dikategorikan sebagai kluster industri rokok kretek I ndonesia, yaitu : Kudus untuk PT Djarum, Kediri untuk PT Gudang Garam, Surabaya untuk PT HM Sampoerna dan Malang untuk PT Bentoel Bird, 1999 ; Sumarno dan Koncoro, 2002 ; Siregar dan Suhendi, 2006.

c. Koefisien Proteksi Efektif, Koefisien Profitabilitas dan Rasio Subsidi bagi Produsen