106
Data tersebut diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner, dan pengamatan peninjauan di lokasi penelitian. Data
tersebut bersumber dari petani cengkeh di Desa Kombi, Kecamatan Kombi, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara serta pedagang cengkeh di tingkat
desa dan kecamatan atau kabupaten yang terkait.
4.4. Metode Pengambilan Contoh
Penentuan lokasi dan responden penelitian menggunakan metode purposive
sampling dengan memperhatikan keragaman populasinya. Penggunaan metode ini dimaksudkan agar supaya informasi yang diperoleh dapat menggambarkan dan
merepresentasikan usahatani cengkeh di provinsi Sulawesi Utara. Lokasi yang dipilih adalah kabupaten Minahasa, yang merupakan daerah sentra produksi cengkeh yang
potensial dengan tingkat produksi cengkeh terbesar di Sulawesi Utara. Selanjutnya, ditentukan kecamatan dan desa penelitian yaitu kecamatan
Kombi dan desa Kombi sebagai kecamatan dan desa penelitian. Kecamatan kombi dipilih karena merupakan penghasil cengkeh terbesar di kabupaten Minahasa dan
desa Kombi dipilih sebagai desa penelitian dengan pertimbangan, bahwa: 1.
Produksi cengkehnya terbesar. 2.
Usahatani cengkehnya dominan dan atau tipikal. 3.
Lokasinya relatif mudah terjangkau. Menurut Monke dan Pearson 1995, dalam analisis PAM baik
single-period maupun
multi-period PAM, membutuhkan identifikasi petani berdasarkan komoditas yang diusahakan, teknologi yang digunakan dan lokasi kebunnya berdasarkan zone
agroklimat. Dengan demikian, penentuan contoh petani cengkeh di desa penelitian,
107
telah mempertimbangkan pola usahatani dan pemasaran cengkeh yang dominan di Kabupaten Minahasa dengan beberapa spesifikasi berikut ini:
1. Memiliki lahan cengkeh.
2. Menggunakan teknologi budidaya, panen dan pascapanen yang relatif sama.
3. Memiliki akses untuk memperoleh modal dan akses pasar yang relatif sama.
Petani cengkeh di desa Kombi dapat dibedakan berdasarkan faktor kepemilikan lahan dan penggunaan teknologi budidaya cengkeh. Berdasarkan faktor
kepemilikan lahan, petani cengkeh di desa Kombi, dapat dibedakan atas: tidak memiliki lahan penggarap, memiliki lahan sempit 0.5 ha, memiliki lahan
menengah 0.5–1.5 ha, dan memiliki lahan luas 1.5 ha. Sementara itu, berdasarkan penggunaan teknologi budidaya, petani dapat dibedakan atas:
menggunakan teknologi konvensional, menggunakan teknologi semi-intensif, dan menggunakan teknologi intensif. Berdasarkan penggolongan di atas, maka
ditentukan petani yang menjadi sasaran penelitian ini, sebanyak 50 responden, dan karena tenyata para petani memiliki akses yang sama untuk memperoleh modal dan
pasar, maka petani yang terpilih memiliki dua kriteria berikut ini: 1.
Memiliki lahan cengkeh dengan luas berkisar antara 0.5–1.5 ha. 2.
Menggunakan teknologi semi-intensif melakukan pembersihan kebun, pemupukan, pemberantasan hama penyakit dan gulma paling sedikit 1 kali
dalam setahun. Sedangkan yang dimaksud dengan pedagang cengkeh dalam penelitian ini
adalah pedagang cengkeh di tingkat desa dan pedagang cengkeh di tingkat kabupaten yang menjalankan usahanya di desa Kombi dan di kota Tondano. Karena
108
lokasi desa Kombi yang berdekatan dengan kota Tondano sebagai ibukota kabupaten Minahasa maka tidak ada pedagang tingkat kecamatan. Di desa Kombi
terdapat 5 pedagang cengkeh, namun hanya 2 orang yang melakukan pembelian cengkeh secara kontinyu. Sementara di kota Tondano terdapat 3 pedagang cengkeh
besar dan beberapa pedagang kecil lainnya yang beroperasi pada waktu-waktu tertentu. Dan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 2 pedagang
tingkat desa dan 2 pedagang tingkat kabupaten.
4.5. Metode Analisis