94
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan peneliti dalam penelitian ini diantaranya: 1. Penggunaan Food Frequency Questionnaire
FFQ dalam pengumpulan data untuk mengetahui perilaku konsumsi buah dan sayur yang memerlukan daya ingat siswa
ketika mengonsumsi buah dan sayur dalam frekuensi satu minggu terakhir, sehingga siswa bisa saja lupa dengan makanan yang dikonsumsinya. Selain itu, Food
Frequency Questionnaire FFQ bersifat kualitatif sehingga hanya bisa
menggambarkan frekuensi porsi konsumsi buah dan sayur responden. 2. Penelitian ini hanya ingin mengetahui perilaku konsumsi buah dan sayur melalui
frekuensi porsi bukan berdasarkan asupan zat gizi yang didapat responden sehingga tidak dapat mengetahui lebih detail kebutuhan asupan zat gizi responden.
B. Gambaran Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur
Perilaku konsumsi buah dan sayur adalah tindakan individu untuk melakukan konsumsi buah dan sayur dalam memenuhi kecukupan gizi per hari. Menurut Depkes
2008, kecukupan konsumsi buah dan sayur dihitung berdasarkan frekuensi rata-rata dan frekuensi porsi asupan buah dan sayur dalam sehari selama seminggu. Di Indonesia,
prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur menurut Riskesdas tahun 2013 sebesar 93,5.
World Health Organization WHO menganjurkan konsumsi sayur dan buah untuk hidup sehat sejumlah 400 gr per orang per hari, yang terdiri dari 250 gram sayur
dan 150 gram buah. Konsumsi buah dan sayur dianggap „cukup‟ apabila asupan buah dan sayur 5 porsi atau lebih per hari. Sedangkan yang dianggap „kurang‟ apabila asupan buah
dan sayur kurang dari 5 porsi sehari. Sedangkan di Indonesia menurut rekomendasi Pedoman Gizi Seimbang, UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, masyarakat Indonesia
dianjurkan mengonsumsi 3-5 porsi sayur yaitu sebanyak 150-200 gram atau 1 ½ - 2 mangkok sayuran sehari sedangkan untuk buah dianjurkan masyarakat Indonesia
mengonsumsi 2-3 porsi buah per hari yaitu sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong porsi sehari berupa pepaya atau buah lain Kemenkes, 2014.
Pada penelitian ini, perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa SMPN 127 Jakarta Barat didapatkan sebesar 82,4 memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur
kurang sedangkan siswa yang memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur cukup hanya sebesar 17,6. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak responden yang mengonsumsi
buah dan sayur masih kurang dari anjuran rekomendasi menurut Pedoman Gizi Seimbang UU Kesehatan No. 36 tahun 2009. Masih rendahnya perilaku siswa yang mengonsumsi
buah dan sayur tersebut menggambarkan bahwa adanya program makan buah dan sayur seminggu sekali pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan masih belum
efektif dan optimal. Sehingga, peneliti menyarankan kepada pihak sekolah agar lebih mengontrol dan memastikan siswanya agar mengonsumsi buah dan sayur setiap hari.
Masih rendahnya perilaku konsumsi buah dan sayur yang cukup juga bisa didasari oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Faktor lain yang tidak diteliti oleh
peneliti ialah faktor pengetahuan dan citra diri. Menurut Thomas 1994 dalam