Hubungan antara Pengaruh Orangtua dengan Perilaku Konsumsi Buah

World Health Organization WHO menganjurkan konsumsi sayur dan buah untuk hidup sehat sejumlah 400 gr per orang per hari, yang terdiri dari 250 gram sayur dan 150 gram buah. Konsumsi buah dan sayur dianggap „cukup‟ apabila asupan buah dan sayur 5 porsi atau lebih per hari. Sedangkan yang dianggap „kurang‟ apabila asupan buah dan sayur kurang dari 5 porsi sehari. Sedangkan di Indonesia menurut rekomendasi Pedoman Gizi Seimbang, UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, masyarakat Indonesia dianjurkan mengonsumsi 3-5 porsi sayur yaitu sebanyak 150-200 gram atau 1 ½ - 2 mangkok sayuran sehari sedangkan untuk buah dianjurkan masyarakat Indonesia mengonsumsi 2-3 porsi buah per hari yaitu sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong porsi sehari berupa pepaya atau buah lain Kemenkes, 2014. Pada penelitian ini, perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa SMPN 127 Jakarta Barat didapatkan sebesar 82,4 memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur kurang sedangkan siswa yang memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur cukup hanya sebesar 17,6. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak responden yang mengonsumsi buah dan sayur masih kurang dari anjuran rekomendasi menurut Pedoman Gizi Seimbang UU Kesehatan No. 36 tahun 2009. Masih rendahnya perilaku siswa yang mengonsumsi buah dan sayur tersebut menggambarkan bahwa adanya program makan buah dan sayur seminggu sekali pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan masih belum efektif dan optimal. Sehingga, peneliti menyarankan kepada pihak sekolah agar lebih mengontrol dan memastikan siswanya agar mengonsumsi buah dan sayur setiap hari. Masih rendahnya perilaku konsumsi buah dan sayur yang cukup juga bisa didasari oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti ialah faktor pengetahuan dan citra diri. Menurut Thomas 1994 dalam Fibrihirzani 2012, mengatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor yang paling penting dalam pemilihan makanan karena pengetahuan tersebut dapat menjadi salah satu faktor untuk mengadopsi perilaku makan yang sehat, dalam hal ini mengonsumsi buah dan sayur. Hal senada juga dinyatakan oleh Notoatmodjo 2004, yang menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan tentang bahan makanan akan menyebabkan seseorang salah memilih makanan sehingga akan menurunkan tingkat konsumsi buah dan sayurnya dan akan berdampak pada masalah gizi lainnya. Hal tersebut juga dapat terlihat dari penelitian Lestari 2013 yang dilakukan pada siswa SMPN 226 Jakarta Selatan, yang menemukan bahwa siswa yang berpengetahuan gizi baik cenderung untuk mengonsumsi sayur dan buah secara cukup dibandingkan dengan siswa yang berpengetahuan gizi kurang. Perilaku mengonsumsi buah dan sayur yang kurang khususnya pada remaja dapat berdampak pada peningkatan kolesterol darah, menimbulkan gangguan penglihatanmata, menurunkan kekebalan tubuh, meningkatkan risiko kegemukkan, risiko kanker kolon dan risiko sembelit Ruwaidah, 2007. Selain itu, rendahnya perilaku konsumsi buah dan sayur yang cukup akan merugikan bagi tubuh karena buah dan sayur merupakan sumber karbohidrat kompleks yang mengenyangkan. Walaupun memiliki kandungan kalori yang rendah, konsumsi buah dan sayuran memberi kepuasan bagi tubuh karena kekayaan nutrisi yang dimilikinya Lingga, 2012. Mengetahui pentingnya manfaat berperilaku konsumsi buah dan sayur, oleh karena nya disarankan kepada para remaja khususnya siswa SMP agar lebih memperhatikan dan mencukupi asupan konsumsi buah dan sayur setiap harinya.

C. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan

Sayur 1. Hubungan antara Niat Mengonsumsi Buah dan Sayur dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Berdasarkan hasil analisis hubungan tabel 5.11 diketahui bahwa siswa yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang lebih banyak ditemukan pada siswa yang tidak ada atau tidak memiliki niat mengonsumsi buah dan sayur. Menurut Rahmawati 2000, seseorang yang memiliki niat untuk melakukan perilaku tidak otomatis menghasilkan perilaku tersebut, karena ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap perilaku selain niat. Semakin tinggi niat seseorang untuk melakukan perilaku, akan semakin meningkatkan kecenderungan terhadap perilaku tersebut. Selain itu menurut Ajzen 1991 dalam Theory of Planned Behavior, menyatakan bahwa niat merupakan faktor yang paling bisa memprediksi seseorang melakukan suatu perilaku tertentu atau tidak. Seperti pada umumnya, semakin kuat niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku maka semakin besar pula kemungkinan usaha yang diperbuat. Pada penelitian ini, dari hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,000 yang menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara niat mengonsumsi buah dan sayur dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Hal tersebut dikarenakan, jika seseorang memiliki niat untuk mengonsumsi buah dan sayur maka orang tersebut akan berusaha optimal untuk mewujudkan tindakannya untuk mengonsumsi buah dan sayur, sedangkan jika seseorang tidak memiliki niat untuk mengonsumsi buah dan sayur maka seseorang tersebut tidak akan