baik pula tetapi memiliki ketersediaan buah dan sayur dirumah yang kurang baik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Rahmawati 2000, yang menyatakan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan dengan perilaku makan sayur pada anak. Penelitian Young et al. 2000, dan Cullen et al. 2003 juga
mengatakan bahwa ketersediaan buah dan sayur dirumah berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja.
d Pengaruh Orangtua
Orangtua merupakan sosok yang sangat penting dalam suatu keluarga. Kebiasaan anggota keluarga mengonsumsi nutrisi terutama pada anak sangat
erat kaitannya dengan kebiasaan orang tua. Kebanyakan anak-anak belajar mengonsumsi buah dan sayur dari anggota keluarganya yang juga suka
mengonsumsi buah dan sayur Ramussen et al,. 2006. Pada penelitian Young, Fors dan Hayes 2004, menemukan bahwa apa
yang orangtua makan di depan anaknya akan mempengaruhi pola makan sang anak. Hal selaras juga dinyatakan Pearson et al. 2009, anak-anak akan
mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak bila orangtua juga suka mengonsumsi
buah dan sayur dengan baik. Hal tersebut dikarenakan perilaku orang dewasa dalam mengonsumsi buah dan sayur akan mendorong anak-anaknya melakukan
hal yang sama. Hal senada juga terdapat pada penelitian Melinda 2013, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara contoh dari orangtua
dengan peilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa SMPN 28 Jakarta dan SMPN 1 Jakarta. Hal tersebut dikarenakan para orangtua yang suka mengonsumsi
buah dan sayur dan mendorong anaknya agar melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh orangtuanya.
D. Teori Perilaku Terencana Theory of Planned Behavior
Theory of Planned Behavior atau teori perilaku terencana mengungkapkan bahwa niat merupakan faktor utama dalam melakukan suatu perilaku Ajzen, 1991. Dalam
Theory of Planned Behavior dijelaskan bahwa niat seseorang berperilaku dipengaruhi oleh variabel sikap attitude toward behavior, norma subjektif subjective norms, dan
pengendali dalam berperilaku perceived behavioral control. Menurut Ajzen dan Fishbein, sikap dianggap sebagai anteseden pertama dari niat berperilaku. Sikap ialah
kepercayaan positif atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Sikap ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan yang berkaitan dengan akibatkonsekuensi atas
perilaku yang dimunculkan oleh individu yang bersangkutan behavioral beliefs dan ditimbang berdasarkan hasil evaluasi individu terhadap konsekuensiakibat yang
ditimbulkan dari perilaku yang akan dilakukan outcome evaluation. Sikap-sikap tersebut dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap intensi berperilaku dan
dihubungkan dengan norma subjektif dan pengendali dalam berperilaku. Norma subjektif merupakan persepsipandangan individu tentang apakah orang
lain akan mendukung atau tidak terwujudnya tindakan tersebut. Norma subjektif diartikan pula sebagai hasil dari kepercayaan seseorang tentang apa yang orang lain atau kelompok
sosialnya pikir tentang perilakunya, dikombinasikan dengan motivasinya untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial ini. Seorang individu akan berniat menampilkan
suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain yang penting berfikir
bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa orangtua, pasangan, sahabat, dokter dan sebagainya Fishbein dan Ajzen, 2005.
Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari niat yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku. Menurut
Azjen 2006, norma subjektif dibentuk oleh dua hal yang mendasar yaitu : 1 Normative Belief, yaitu kepercayaan atau keyakinan individu bahwa orang lain mengharapkan
seorang individu untuk bertindak atau berperilaku tertentu dan 2 Motivations to comply, yaitu kecenderungan individu untuk menampilkan apa yang menjadi keinginan dan
pengharapan orang lain. Faktor terakhir yang merupakan faktor tambahan yang dikembangkan dari teori
sebelumnya The Theory of Reaction Action yaitu pengendali dalam berperilaku perceived behavioral control. Menurut Ajzen 1991, pengendali dalam berperilaku
perceived behavioral control merupakan keberadaan rasa kebutuhan dan peluang yang berasal dari persepsi individu tentang kemudahan atau kesulitan dalam melakukan suatu
tindakan. Faktor ini menjelaskan situasi dimana faktor non-motivasi juga berperan dalam merubah sikap seseorang dalam berperilaku. Faktor non-motivasi yang dimaksud
meliputi faktor biaya, kemampuan dan pengetahuan yang dapat mempengaruhi kendali dalam berperilaku seseorang dalam melakukan perilaku Achmat, 2010.
Perceived Behavioral Control PBC menunjuk suatu derajat dimana seorang individu merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku yang dimaksud berada
dibawah pengendaliannya. Pengendalian tersebut dapat berupa kepercayaan seseorang terhadap faktor-faktor yang mempermudah atau mempersulit berprilaku Edberg, 2010.
Seseorang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi atau niat yang kuat untuk menampikan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau
kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. PBC dapat
mempengaruhi perilaku secara langsung atau tidak langsung melalui niat. Berdasarkan bagan 2.1, terlihat adanya garis penuh yang menghubungkan PBC dengan tingkah laku
secara tidak langsung melalui perantara niat. Hubungan yang tidak langsung ini setara dengan hubungan dua faktor lainnya dengan tingkah laku. Selain itu ada keistimewaan
pada faktor PBC ini, yaitu adanya hubungan secara langsung PBC dengan tingkah laku yang digambarkan dengan garis putus-putus, tanpa melalui niat. Menurut Ajzen 1991,
garis putus-putus pada bagan di atas menandakan bahwa hubungan antara perceived behavioral control dengan tingkah laku yang diharapkan muncul ketika terdapat
keselarasan antara keyakinan yang berasal dari kebiasaan yang dilakukan seperti pengetahuan tentang sesuatu yang akan dilakukan, rasa percaya diri untuk melakukan dan
ketersediaan alat yang digunakan untuk melakukan suatu perilaku actual behavioral control.
Bagan 2.1 Theory of Planned Behavior Ajzen, 1991
Intention Behavior
Attitude toward the Behavior
Normative Beliefs
Subjective Norm
Control Beliefs
Perceived Behavioral
Control
Behavioral Belieffs
E. Faktor Teori Perilaku Terencana
Theory of Planned Behavior Terhadap Konsumsi Buah dan Sayur
1. Niat Berperilaku Mengonsumsi Buah dan Sayur
Niat merupakan faktor yang paling bisa memprediksi seseorang melakukan suatu perilaku tertentu atau tidak. Seperti pada umumnya, semakin
kuat niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku maka semakin besar pula kemungkinan usaha yang diperbuat . Niat adalah suatu fungsi dari rasa percaya
beliefs dan atau informasi yang penting mengenai kecenderungan bahwa menampilkan suatu perilaku akan mengarahkan pada suatu hasil yang spesifik.
Seorang individu akan berniat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia menilainya secara positif Ajzen, 1991. Niat seseorang untuk mengonsumsi
buah dan sayur dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control dalam mengonsumsi buah dan sayur. Kualitas niat dipengaruhi oleh waktu
yang dimiliki seseorang untuk berperilaku. Oleh karenanya, niat bisa berubah oleh waktu. Semakin lama jarak antara niat dan perilaku, semakin besar
kecenderungan terjadinya perubahan niat Achmat, 2010. Dalam studi literatur yang disusun oleh peneliti Jennifer Klama 2013,
ditemukan bahwa terdapat tujuh penelitian yang menyatakan niat memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja.
Ketujuh penelitian tersebut terdiri dari penelitian Blanchard Fisher et al., 2009; Blanchard Kupperman et al., 2009; Bogers et al., 2004; Collins Mullan
2011; Povey et al., 2000; Godin et al., 2010 dan Kittinger et al., 2008. Dari tujuh penelitian diatas, adanya hubungan yang signifikan antara niat dengan