Potensi Jalur Tekelan - Krinjingan Potensi Jalur Tekelan - Dufan

juga masih mempunyai kemungkinan untuk digabung dengan jalur lain di sekitarnya, yaitu jalur non pendakian Tekelan - Krinjingan dan Tekelan - Dufan.

5.9.6. Potensi Jalur Tekelan - Krinjingan

Berawal dari jalur yang banyak didatangi dan dilalui pendaki serta mempunyai aksesibilitas yang relatif mudah merupakan potensi jalur ini. Selain itu adanya ekosistem hutan sekunder dan air terjun dengan pemandangan alam yang indah meningkatkan peluangnya untuk dikembangkan sebagai jalur interpretasi alam, apalagi dengan karakteristik fisik jalur yang landai sehingga aman bagi pengunjung.

5.9.7. Potensi Jalur Tekelan - Dufan

Seperti jalur lain yang berawal dari Dusun Tekelan, jalur ini berada pada jalur yang banyak didatangi dan dilalui pendaki disamping aksesibilitas yang relatif mudah sehingga menjadikannya berpotensi sebagai jalur interpretasi alam sesuai kriteria yang digunakan. Selain mempunyai ekosistem hutan sekunder, jalur ini juga mempunyai pemandangan alam yang indah dan karakteristik jalur yang relatif landai sehingga aman untuk kegiatan interpretasi alam. 5.9.8. Potensi Jalur Selo - Jurang Warung Jalur non pendakian Selo - Jurang Warung berpotensi untuk dimanfaatkan dalam interpretasi alam karena beberapa keunggulannya, seperti aksesibilitas yang mudah dan berawal dari jalur yang banyak didatangi pengunjung dan dilalui pendaki, melewati 2 tipe ekosistem hutan sekunder dan ekosistem kebun dengan dominasi hutan sekunder dari jenis Pinus Pinus merkusii dan jenis Akasia Acacia decurrens, terdapat bagian segmen jalur yang dihuni berbagai jenis fauna khususnya aves burung yang beraneka ragam, serta mempunyai bagian egmen jalur yang berpemandangan alam yang indah. Jalur ini berujung pada jalur non pendakian Selo - mata air sehingga apabila keduanya dipadukandigabung akan didapatkan sebuah jalur interpretasi yang komprehensif. Selanjutnya dilakukan skoring terhadap potensi yang dimiliki masing- masing jalur dengan kemungkinan nilai total tertinggi 36 poin dan terendah 7 poin. Hasil penilaian yang dilakukan menunjukkan nilai tertinggi diperoleh jalur Selo - puncak sebesar 29 poin, disusul jalur Tekelan - puncak dan jalur Tekelan - Watu Tadah dengan nilai yang sama yaitu 27 poin, sedangkan nilai terendah diperoleh 2 jalur non pendakian yaitu jalur TWA Tuk Songo - Tekelan dan jalur Tekelan - Dufan dengan nilai yang sama yaitu sebesar 22 poin Tabel 30.

5.10. Sintesis

Dalam tahap ini dilakukan penggabungan hasil penelitian potensi biofisik dan sosial budaya dengan keinginan atau kebutuhan demand pengguna yang terdiri dari pendaki dan pengunjung Taman Nasional Gunung Merbabu. Sintesis dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu : Langkah Pertama : Dilakukan perencanaan jalur-jalur baru dari jalur yang telah diverifikasi dengan cara modifikasi jalur ataupun penggabungan 2 jalurlebih pada jalur-jalur yang memungkinkan untuk dilakukan penggabungan. Modifikasi dan penggabungan yang dilakukan didasarkan pada : - Adanya percabangan atau pertemuan 2 jalurlebih - Adanya jalanjalur tembus shortcut diantara 2 jalur lebih dan - Kedekatan lokasi jalur-jalur yang akan digabungkan. Tujuan modifikasi dan penggabungan ini adalah untuk mendapatkan alternatif jalur-jalur yang lebih komprehensif sesuai demand pengguna. Tabel 31 menunjukkan hasil modifikasi dan penggabungan yang dilakukan. Tabel 31 Modifikasi dan penggabungan jalur No. Jalur I Jalur II Jalur III Jalur Hasil 1. Selo - Puncak Jalur Mati Selo - Selo II 2. Selo - Jurang Warung Selo - Mata Air - Selo III 3. Tekelan - Krinjingan Tekelan - ”Dufan” - Tekelan IV 4. TWA Tuk Songo - Tekelan Tekelan - Krinjingan Tekelan - ”Dufan” TWA - Krinjingan 5. TWA Tuk Songo - Tekelan Tekelan – ”Dufan” - TWA - “Dufan” 6. TWA Tuk Songo - Tekelan Tekelan - Watu Tadah - TWA - Watu Tadah Modifikasi Penggabungan Dari modifikasi dan penggabungan tersebut maka terdapat 14 alternatif jalur yang dapat dikembangkan untuk Interpretasi Alam Tabel 32. Tabel 32 Alternatif jalur Interpretasi Alam No. Jalur Jenis Jalur Jarak Tempuh Waktu Tempuh 1. Selo – Puncak Pendakian 6.050 m 7 jam 2. Tekelan – Puncak Pendakian 6.125 m 7 jam 3. Selo– Mata Air Non Pendakian 900 m 45 menit 4. Tekelan – Watu Tadah Non Pendakian 1.000 m 1 jam 5. TWA Tuk Songo – Tekelan Non Pendakian 1.000 m 45 menit 6. Tekelan – Krinjingan Non Pendakian 450 m 30 menit 7. Tekelan – ”Dufan” Non Pendakian 725 m 1 jam 8. Selo – Jurang Warung Non Pendakian 2.800 m 3 jam 9. Selo II Non Pendakian 4.700 m 4 jam 10. Selo III Non Pendakian 3.700 m 3 jam 30 menit 11. Tekelan IV Non Pendakian 1.175 m 2 jam 12. TWA - Krinjingan Non Pendakian 1.650 m 2 jam 13. TWA - Watu Tadah Non Pendakian 2.200 m 2 jam 14. TWA - “Dufan” Non Pendakian 1.850 m 2 jam Langkah Kedua Penyusunan karakteristik masing-masing jalur yang telah diverifikasi sesuai dengan demand pengguna terhadap kegiatan interpretasi alam Tabel 33. Tabel 33 Karakteristik jalur sesuai keinginan demand pengguna No. Nama Jalur Kisaran Durasi Posisi Jalur Kemiringan 1 2 3 4 5 1. Selo - Puncak 420 menit Hingga Puncak Terjal 2. Tekelan - Puncak 420 menit Hingga Puncak Terjal 3. Selo - Mata Air 45 menit Pendek Dekat batas Landai 4. Tekelan - Watu Tadah 60 menit Pendek Dekat batas Landai 5. TWA Tuk Songo - Tekelan 45 menit Pendek Dekat batas Landai 6. Tekelan - Krinjingan 30 menit Pendek Dekat batas Landai 7. Tekelan - ”Dufan” 60 menit Pendek Dekat batas Landai 1 2 3 4 5 8. Selo - Jurang Warung 180 menit Pendek Dekat batas Kombinasi 9. Selo II 240 menit Menengah Kombinasi 10. Selo III 210 menit Pendek Dekat batas Kombinasi 11. Tekelan IV 120 menit Pendek Dekat batas Kombinasi 12. TWA - Krinjingan 120 menit Pendek Dekat batas Kombinasi 13. TWA - Watu Tadah 120 menit Pendek Dekat batas Kombinasi 14. TWA - “Dufan” 120 menit Pendek Dekat batas Kombinasi Langkah Ketiga : Dilakukan pembuatan jalur dengan cara dijitasi manual di atas masing- masing jalur tersebut pada theme baru dalam ArcView GIS 3.3 Gambar 46. Gambar 46 Hasil dijitasi manual Theme baru Dijitasi manual di atas jalur