- Jalur Pendakian Selo Desa Tarubatang, Kec. Selo, Kab. Boyolali - Jalur Pendakian Tekelan Dusun Tekelan, Desa Batur, Kec. Getasan, Kab.
Semarang - Jalur Pendakian Cuntel Dusun Cuntel, Desa Batur, Kec. Getasan, Kab.
Semarang - Jalur Pendakian Wekas Desa Kedakan, Kec. Pakis, Kab. Magelang
- Jalur Pendakian Candisari Desa Candisari, Kec. Ampel, Kab. Boyolali.
5.7.3. Kebijakan Terkait Zonasi Taman Nasional
Berdasarkan rencana pengelolaannya, Taman Nasional Gunung Merbabu dibagi ke dalam 5 lima zonasi, yaitu :
- Zona Inti I - Zona Inti II
- Zona Rimba - Zona Pemanfaatan dan
- Enklave. Hasil overlay jalur verifikasi pada peta zonasi Taman Nasional Gunung
Merbabu menunjukkan hanya jalur TWA - Tekelan, jalur Tekelan - Krinjingan serta sebagian dari jalur Tekelan - ”Dufan” dan jalur Tekelan - Watu Tadah yang
berada pada Zona Pemanfaatan, sedangkan jalur-jalur lainnya melewati Zona Rimba, Zona Inti II, bahkan Zona Inti I yang berada di sekeliling puncak Gunung
Merbabu. Gambar 44 menunjukkan overlay jalur verifikasi pada zonasi Taman Nasional Gunung Merbabu.
5.8. Analisis Potensi Flora Dan Fauna
Hutan Hujan Tropika Pegunungan Rendah maupun Hutan Hujan Tropika Pegunungan Tinggi di kawasan Gunung Merbabu tidak terlalu lebat karena
merupakan peralihan antara Hutan Hujan Tropika di Jawa Barat yang relatif lebih basah dan Hutan Hujan Tropika di Jawa Timur yang relatif lebih kering, serta
kawasan hutan Gunung Merbabu yang sering dilanda kebakaran hutan sehingga suksesi pertumbuhannya sering terganggu. Selain itu penebangan liar untuk
mendapatkan kayu bakar, batang Pakis maupun pembuatan arang yang banyak dilakukan masyarakat mengurangi keutuhan hutannya. Demikian juga dengan
ekosistem Hutan Tropika Sub Alpin yang sering mengalami kebakaran, menambah kesan kering kawasan taman nasional ini.
Gambar 45 menunjukkan overlay jalur verifikasi pada peta tipe vegetasi kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu.
Verfikasi flora fauna yang dilakukan memperoleh data 84 jenis flora baik flora berkayu maupun tidak berkayu serta 81 jenis fauna yang terdiri dari 78
jenis aves dan 3 jenis Mamalia Tabel 29.
Tabel 29 Jumlah jenis flora fauna hasil verifikasi pada setiap jalur
Jumlah Jenis No. Jalur
Jenis Jalur
Fauna Flora
1. Selo - Puncak Pendakian
52 46
2. Tekelan - Puncak Pendakian
13 47
3. Selo - Mata air Non Pendakian
25 26
4. Tekelan - Watu Tadah Non Pendakian
5 25 5. TWA Tuk 9 - Tekelan
Non Pendakian 3 13
6. Tekelan - Krinjingan Non Pendakian
4 10 7. Tekelan - ”Dufan”
Non Pendakian 6 15
8. Selo - Jurang Warung Non Pendakian
48 32 Total
81 84
Inventarisasi flora fauna yang dilakukan Balai KSDA Jawa Tengah di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu yang masuk wilayah Kabupaten
Boyolali pada tahun 2005 BKSDA Jawa Tengah 2005a memperoleh data 101 jenis flora, 29 jenis fauna yang terdiri dari 25 jenis aves, dan 4 jenis mamalia.
Sedangkan inventarisasi lanjutan yang dilakukan oleh institusi yang sama di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu yang masuk wilayah Kabupaten
Magelang pada tahun 2005 BKSDA Jawa Tengah 2005b mencatat data flora sebanyak 88 jenis, serta mencatat 28 jenis fauna yang terdiri dari 23 jenis aves,
1 jenis insekta dan 4 jenis mamalia. Dibandingkan dengan data tersebut maka
hasil verifikasi penelitian ini mendapatkan data flora yang lebih sedikit namun menghasilkan data fauna yang lebih banyak. Hal ini ini diduga disebabkan oleh
perbedaan metode dan tujuan antara inventarisasi dengan verifikasi, serta perbedaan kemampuan tim dalam hal identifikasi, khususnya dalam identifikasi
fauna. Beberapa hal lain yang mungkin menyebabkan perbedaan, diantaranya adalah :
- Dari keseluruhan jalur yang diamati pada penelitian ini 8 jalur hanya 1 jalur yang sama dengan jalur inventarisasi Balai KSDA Jawa Tengah, yaitu jalur
non pendakian Selo - Jurang Warung - Jalur yang diambil dalam kegiatan inventarisasi Balai KSDA Jawa Tengah
bukan merupakan jalur pendakian utama.
91
Gambar 44 Overlay jalur verifikasi pada zonasi Taman Nasional Gunung Merbabu
92
Gambar 45 Overlay jalur verifikasi terhadap tipe vegetasi kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu
Apabila dilakukan perbandingan lebih lanjut terhadap data flora yang terdapat dalam semua data data inventarisasi Balai KSDA Jawa Tengah di
Kabupaten Boyolali, Magelang dan hasil penelitian ini maka flora yang tercatat pada ketiga sumber data ada 39 jenis, yang hanya terdapat dalam inventarisasi
di Boyolali ada 31 jenis, yang hanya terdapat dalam inventarisasi di Magelang 9 jenis dan yang hanya didapat dalam penelitian ini ada 31 jenis. Flora yang
terdapat dalam inventarisasi di Boyolali dan Magelang ada 23 jenis, yang terdapat dalam hasil inventarisasi di Boyolali dan penelitian ini hanya ada 2 jenis
dan yang terdapat dalam hasil inventarisasi di Magelang dan penelitian ini ada 7 jenis.
Adapun hasil perbandingan lebih lanjut terhadap data fauna yang terdapat pada semua sumber data Balai KSDA Jawa Tengah di Kabupaten Boyolali,
Magelang dan hasil penelitian ini, hanya 7 jenis fauna terdapat dalam ketiga sumber data tersebut. Fauna yang hanya tercatat dalam hasil inventarisasi di
Boyolali ada 10 jenis, fauna yang hanya terdapat di dalam hasil inventarisasi di Magelang ada 13 jenis dan yang merupakan hasil penelitian ini saja ada 57 jenis.
Sedangkan fauna yang hanya terdapat dalam hasil inventarisasi di Boyolali dan Magelang ada 1 jenis saja, yang hanya terdapat dalam hasil inventarisasi di
Boyolali dan penelitian ini ada 8 jenis dan fauna yang hanya terdapat dalam hasil inventarisasi di Magelang dan penelitian ini ada 7 jenis.
Beberapa jenis flora dan fauna yang ditemui dalam kegiatan verifikasi yang menarik untuk dimanfaatkan dalam interpretasi alam di kawasan Taman Nasional
Gunung Merbabu antara lain : a. Kantung semar Nepenthes sp.
Merupakan flora yang unik, karena mempunyai kemampuan menjebak serangga dengan cairan yang ada di dalam kantungnya. Dalam verifikasi,
Kantung semar yang disebut penduduk Desa Tarubatang dengan nama ”Kala Pecika” dijumpai pada jalur pendakian Selo, pada jarak 2.200 m dari awal jalur
pada ketinggian + 2.253 m dpl. Posisi tumbuhnya tepat di jalur pendakian, pada tepi sebelah kiri. Semua jenis dari genus Nepenthes statusnya dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Dephut 1999. Air yang terdapat di dalam kantung
tumbuhan ini dapat diminum, serta dipercaya penduduk setempat dapat mengobati sakit mata.
Hasil kegiatan inventarisasi Balai KSDA Jawa Tengah BKSDA Jawa Tengah 2005a dan 2005b juga menyebutkan jenis ini dijumpai di Boyolali
maupun Magelang. Menurut informasi penduduk Dusun Tekelan, pada jalur non pendakian Tekelan - Watu Tadah sebenarnya terdapat Kantung semar, namun
saat ini telah habis diburu untuk dijual sebagai tanaman hias. b. Kerangenan
Berfungsi sebagai penghangat badan, dengan cara meremas dan menggosokkan daunnya di tangan kemudian diusapkan ke bagian tubuh yang
terasa dingin. c. Bintami Podocarpus imbricata
Pada jarak 400 m ketinggian + 1.913 m dpl jalur Selo - puncak terdapat sebatang pohon Bintami yang sudah berumur 80 tahun. Jenis ini umumnya
dimanfaatkan sebagai tanaman hias Heyne 1987a. d. Edelweis Anaphalis javanica
Flora ini merupakan flora khas pegunungan yang dikenal dengan bunganya yang abadi. Di kawasan TN Gunung Merbabu, Edelweis tumbuh pada ketinggian
mulai + 2.420 m dpl. e. Cantigi Vaccinium varingifolium
Tumbuhan ini juga merupakan tumbuhan khas pegunungan, berupa perdu. Cantigi atau Sentigi atau Manis rejo tahan terhadap belerang sehingga lazim
ditemui di dekat kawah dan solfatara. Daun mudanya dapat dimakan dengan rasa agak nyaman, begitu pula dengan buahnya yang hitam Heyne 1987c.
f. Arben Fragraria indica Perdu yang banyak ditemui sepanjang jalur-jalur pendakian ini mempunyai
buah yang mirip buah Arbei sehingga dinamakan Arben, yang berarti ’seperti Arbei’. Buahnya yang berwarna merah cerah bahkan merah tua atau hitam
dan berair dapat dimakan, dengan rasa tawar atau manis asam Heyne 1987b. g. Lutung kelabu Presbytis fredericae
Lutung kelabu atau Rekrekan merupakan primata endemik Jawa Tengah yang statusnya dilindungi, yang salah satu habitatnya adalah Gunung Merbabu.
Satwa ini hidup di hutan tropik atau hutan pegunungan mulai dari 350 – 1.500 m dpl Supriatna dan Wahyono 2000. Kegiatan verifikasi menjumpai sekelompok
+ 8 ekor satwa ini sedang berkumpul pada ketinggian + 2.287 m dpl, pada posisi tebing punggungan sebelah kanan jalur pendakian Selo - puncak.
Berbagai jenis burung juga dapat menjadi obyek interpretasi alam, terutama pada jalur non pendakian seperti Selo - Jurang Warung. Selain data
fauna hasil verifikasi tersebut, berdasarkan data Balai KSDA Jawa Tengah terdapat jenis-jenis endemik yang dapat dimanfaatkan dalam interpretasi alam,
seperti Elang jawa Spizaetus bartelsi, Cekakak jawa Halcyon cyanoventris dan Macan tutul Panthera pardus.
5.9. Analisis Pengembangan Interpretasi Alam