Perencanaan Interpretasi 1. Sasaran Perencanaan

1 Jalan setapak yang memerlukan kehadiran pemandu wisata alam 2 Jalan setapak yang tidak memerlukan kehadiran pemandu wisata alam tetapi lengkap dengan petunjuk-petunjuk guided trails b. Wisma cinta alam, yang merupakan tempat transit terprenting dari suatu kawasan karena disini pengunjung mendapat sambutan dan mendapat bekal informasi yang dibutuhkan c. Pusat informasi, yang sebenarnya merupakan tempat transit kedua dari pengunjung untuk lebih memperjelas atau melengkapi informasi yang sudah didapatkan di wisma cinta alam d. Jalur interpretasi, yang merupakan jalur khusus yang digunakan untuk orang- orang yang memeasuki kawasan dengan lingkungan yang sangat menarik untuk tujuan menghargai nilai-nilai kawasan yang dipandu oleh petugas kawasan tersebut e. Bumi Perkemahan, yaitu tempat menikmati alam dengan santai, bermalam dalam tenda di tempat terbuka. 2.1.6. Program Interpretasi Menurut Sharpe 1982, program interpretasi adalah pengetahuan dari seluruh usaha interpretasi, yaitu mencakup personil, fasilitas dan seluruh kegiatan interpretasi, kelembagaan serta tempat rekreasi itu sendiri. Intinya, bahwa program interpretasi menghubungkan sumberdaya alam atau budaya suatu areal dengan pengunjung yang menggunakan berbagai macam variasi. Sedangkan menurut Ditjen PHPA 1988, program interpretasi merupakan suatu pola pelaksanaan interpretasi menurut waktu tertentu dan skenario cerita tertentu pula. Skenario cerita interpretasi adalah garis-garis besar cerita yang akan menjadi tuntunan dalam pelaksanaan interpretasi. Demikian pula dijelaskan bahwa “materi interpretasi” adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyusun suatu program interpretasi dan yang akan menjadi isi dan maksud interpretasi yang diprogramkan tersebut. Selain itu dijelaskan pula bahwa media interpretasi adalah alat untuk berkomunikasi dengan pengunjung dalam rangka penyelenggaraan interpretasi seperti foto, poster, slide, video, brosur, booklet dan leaflet. 2.2. Perencanaan Interpretasi 2.2.1. Sasaran Perencanaan Agar perencanaan sesuai dengan kondisi, situasi dan kemampuan dari lokasi yang ada, maka menurut Bradley, diacu dalam Sharpe 1982 seharusnya suatu perencanaan memiliki ciri-ciri berikut : a. Dapat dipergunakan Program yang direncanakan terutama perkembangan fasilitas interpretasi, harus dapat dilaksanakan oleh semua orang. Perhatian utama ditujukan pada keselamatan pengunjung dan pemisahan penggunaan jalan angkutan umum dengan yang bukan angkutan umum, terutama dalam hal interaksi dengan subyek interpretasinya. b. Efisien Fasilitas yang dipergunakan seharusnya efisien dari segi pelayanan, penggunaan dan pembiayaan serta penggunaannya dapat membantu program interpretasi. c. Dapat mengungkapkan keindahan Menyediakan suatu paket yang bervariasi tetapi kompak pada sebuah karakteristik yang ada, indah dan sensitif serta menimbulkan bayangan atau gambaran dari subyek interpretasinya. d. Fleksibel lentur dan selektif Perencanaan interpretasi merupakan suatu proses dinamis, maka diperlukan kesederhanaan, fleksibilitas dan pemilihan sasaran dari perencanaan interpretasi. Fasilitas yang mendukung dapat dipilih sesuai dengan program yang disusun, tema yang baru atau teknik-teknik yang baru, bisa dikembangkan apabila fasilitas yang mendukung sudah tersedia. Pesan interpretasi sebaiknya berkembang, sehingga pengunjung dapat lebih tertarik, mengerti, merenungkan dan mengevaluasi sesuai dengan apa yang harus didapatnya. Program yang bagus akan selalu dipilih oleh pengunjung. e. Kerugian atau kerusakan yang sekecil mungkin pada komunitas dan kebudayaan Dilema dari pengembangan suatu kawasan wisata adalah tekanan pengunjung yang dapat menimbulkan kerusakan alam dan kebudayaan. Maka perencanaan interpretasi harus memperhitungkan supaya tekanan yang ditimbulkan oleh pengunjung sekecil mungkin, misalnya tumbuhan atau binatang dapat dilihat dari tempat-tempat tertentu yang tidak akan menimbulkan kerusakan, namun pengunjung tetap terpuaskan. Terutama untuk jenis-jenis yang langka dan jarang. f. Penggunaan sumberdaya yang optimum Problem utama dalam penyusunan perencanaan interpretasi adalah cara penempatan kegiatan manusia dengan sumberdaya yang ada, supaya seoptimum mungkin bisa ditunjukkan, nyaman tetapi sekecil mungkin menimbulkan kerusakan sumberdaya, sehingga selalu diperlukan perbaikan- perbaikan dari program-program yang sudah ada atau menyusun program yang baru sama sekali. g. Partisipasi publik Diperlukan pula pendapat umum atau saran-saran dari publik untuk menyusun suatu perencanaan program interpretasi. Sebagai suatu kritik sekaligus sebagai acuan dalam penyusunan program selanjutnya. 2.2.2. Prospektus Perencanaan Grater 1976, diacu dalam Muntasib 2003a mengatakan bahwa sebelum menyusun perencanaan program interpretasi disusun dulu suatu “prospektus” yang merupakan suatu perencanaan akhir tentang apa yang dipikirkan dan direncanakan oleh interpreter. Prospektus ini bisa panjang ataupun pendek, tetapi yang penting adalah mudah dimengerti dan merupakan suatu data dasar untuk perkembangan interpretasi. Garis besar prospektus adalah sebagai berikut : a. Tinjauan umum tentang lokasi yang akan dibuat interpretasinya b. Pernyataan tentang ringkasan tujuan program interpretasi c. Menentukan faktor-faktor yang berpengaruh : 1. Pernyataan umum tentang lokasi yang akan dibuat interpretasikan untuk dapat membuat ruang lingkup perencanaannya 2. Pernyataan tentang ringkasan tujuan dari program interpretasi 3. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi : a. Lingkungan 1. Cuaca dan iklim 2. Lokasi 3. Letak geografis 4. Sejarah alam geologi, biologi dan ekologi 5. Nilai sejarah 6. Nilai arkeologi 7. Nilai-nilai tertentu. b. Pengunjung 1. Asal 2. Tingkat ekonomi 3. Latar belakang a. Umum b. Peneliti 4. Pola kunjungan 5. Aktivitas interpretasi, melalui biro perjalanan atau suatu organisasi. 4. Program Interpretasi a. Sekarang memilih aktivitas dan fasilitas yang teliti 1. Pusat pengunjung 2. Tempat pemberhentian 3. Tanda-tanda interpretasi 4. Peralatan pelayanan sendiri self-guiding devices, 5. Pelayanan personal : a. Jalan kaki, mendaki, wisata b. Penugasan di tempat asalnya on-site assignment c. Penugasan di luar tempat aslinya off-site assignment d. Demonstrasi e. Panggung terbuka dan program api unggun. e. Fasilitas audio visual f. Publikasi untuk publik : 1. Folder, peta dan sebagainya 2. Publikasi yang berhubungan dengan lokasi dan menggunakan gambar-gambar 3. Petunjuk atau pemandu dengan booklet atau leaflet 4. dan lain-lain. g. Perpustakaan : 1. Dapat digunakan oleh umum sepuas-puasnya 2. Bagaimana cara penggunaannya h. Koleksi buku-buku Tipe daftar dan garis besar dari koleksi yang ada biologi, geologi, historis, sejarah dan sebagainya. 6. Studi yang mendukung program interpretasi, daftar studi yang ada atau dibuat tingkatan perencanaan interpretasi dan programnya 7. Peningkatan keahlian staf a. Saat ini b. Rencana peningkatan keahlian selanjutnya. 8. Perkiraan harga untuk rencana program sebagai suatu tindak dari fasilitas dan aktivitas yang diberikan pada poin 5 9. Peta lokasi secara keseluruhan dengan garis besar fasilitas dan aktivitas yang jelas. Prospektus ini akan menggambarkan perkembangan semua program interpretasi untuk seluruh wilayah atau kawasan dan merupakan suatu garis besar. Prospektus ini sebaiknya dibuat untuk paling sedikit 3 tahun atau setiap tahun fiskal, sehingga dapat digunakan juga pegangan bagi kelompok-kelompok yang ikut menangani, misalnya arsitektur lansekap, arsitek, teknisi dan sebagainya. Prospektus ini merupakan inti program interpretasi. 2.2.3. Tahap Perencanaan Menurut Sharpe 1982 tahapan-tahapan dalam perencanaan interpretasi yaitu : Tahap 1. Menentukan tujuan Tujuan adalah pemandu untuk tindakan-tindakan spesifik yang diperlukan dalam sebuah perencanaan interpretasi. Tahap 2. Inventarisasi dan pengumpulan data Tujuan dalam tahap inventarisasi ini adalah mengidentifikasi lokasi untuk menemukan sumberdaya serta keindahan alam. Aspek-aspek yang diidentifikasi antara lain : fisik, biologi dan lingkungan budaya. Inventarisasi yang baik sangat diperlukan untuk memberikan sebuah data dasar, yang berfungsi dalam efektivitas penyampaian informasi interpretasi. Selain itu, inventarisasi ini diperlukan sebagai sebuah pertimbangan dalam pemakaian lahan dan kesempatan untuk memasukkan kegiatan interpretasi di dalamnya. Teknik-teknik inventarisasi yang digunakan tergantung terhadap sumber informasinya. Sebagai prosedur standar adalah : mencari literatur yang terbaru, menguji kembali data yang telah dipetakan, wawancara terhadap pengelola, masyarakat dan orang-orang yang sudah berpengalaman di lapangan. Tahap 3. Analisis Data-data yang diperoleh dalam inventarisasi haruslah menggambarkan kondisi yang berbeda untuk seluruh elemen yang mencakup alam dan sistem budaya. Dalam analisis data, informasi-informasi yang didapatkan harus diuji dan dievaluasi sehingga menghasilkan kritik dan saran untuk pengembangan rencana interpretasi dan disusun dalam sistem yang interaktif. Hal lain yang diperlukan dalam tahap analisis yaitu mengidentifikasi potensi dan tema-tema interpretasi. Dasar tema bisa saja berupa seputar ciri khusus dari suatu daerah, atau yang sifatnya lebih umum dan unik. Tahap 4. Sintesa dan alternatif perencanaan Tahap ini merupakan tahapan untuk memadukan berbagai alternatif kegiatan dan mengidentifikasikan masing-masing penerapannya. Rancangan dan ide imajinatif menjadi penting, penyediaan selang pemilihan antara alternatif yang sama baiknya dengan basis untuk seleksi program. Tahap 5. Perencanaan Tahap dan proses perencanaan menitikberatkan pada pemilihan alternatif, yaitu sesuatu yang lebih memuaskan untuk semua kepentingan. Dalam tahap ini perencana harus melakukan perbaikan yang diperlukan dan mulai melengkapi semua aspek dan rencana yang diperoleh, termasuk pendugaan secara terperinci dan dampak implementasinya. Tahap 6. Implementasi Mencakup kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemilihan cara dan tempat pelaksanaan interpretasi. Langkah ini bertujuan untuk melaksanakan penyampaian cerita sekaligus memecahkan masalah yang timbul. Tahap 7. Evaluasi dan perbaikan rencana Kegiatan monitoring dan pemantauan diperlukan dalam melihat kelanjutan dari suatu rencana yang dibuat sehingga tujuan dapat tercapai. Evaluasi dilakukan terhadap para pengguna dan dampak fasilitas yang dibangun terhadap sumberdaya serta dampak program terhadap para pengguna. Gambar 2 Bagan alir tahapan perencanaan interpretasi menurut Sharpe 1982 Sintesis Rencana Implementasi Analisis Inventarisasi Pengumpulan Data Masukan Evaluasi Tujuan Umpan Balik Knapp dan Benton 2004 menyimpulkan 4 hal pokok sebagai syarat suatu interpretasi alam yang berhasil, yaitu : a. Harus berhubungan dengan pengunjung b. Harus mencoba mencapai tujuannya melalui teknik-teknik yang inovatif c. Memenuhi kebutuhan dasar program interpretasi d. Lebih menjangkau masyarakat luas. Hal tersebut sejalan dengan Rachmawati dan Muntasib 2002 yang menyatakan bahwa dalam menyusun interpretasi maupun berbagai program interpretasi, pelibatan masyarakat sekitar maupun pengunjung sangatdiperlukan sehingga perencanaan maupun program yang disusun dapat dipergunakan oleh pengunjung. Menurut Ditjen PHPA 1988, hal-hal yang perlu disiapkan dalam sebuah interpretasi adalah : a. Rencana satuan atau unit interpretasi Satuan unit interpretasi yang pokok meliputi : 1. Lokasi interpretasi Lokasi interpretasi merupakan bagian dari kawasan yang digunakan untuk kegiatan interpretasi. Perencanaan lokasi interpretasi sangat berkaitan dengan analisa potensi sumberdaya alam, situs, topografi, keselamatan dan kenyamanan pengunjung serta analisa pengunjung kawasan yang bersangkutan. 2. Jalan setapak interpretasi Dalam perencanaannya jalan setapak interpretasi harus lengkap dengan obyek-obyek interpretasi. 3. Papan informasi dan pal-pal interpretasi Papan informasi dan pal-pal informasi ini meliputi : papan penunjuk arah, papan nama, papan informasi informasi khusus untuk interpretasi yang ditampilkan dalam bentuk papan, dan pal-pal interpretasi informasi khusus untuk interpretasi yang ditampilkan dalam bentuk pal-pal. 4. Pusat informasi Pusat informasi ini harus dapat berfungsi sebagai pengubah alam pikiran pengunjung dari suasana luar ke dalam lingkungan kawasan yang dikunjungi. Di dalam pusat informasi disajikan materi mengenai kondisi dan segala sesuatu yang sedang terjadi dalam kawasan yang dikunjungi. b. Rencana kegiatan Rencana kegiatan dalam interpretasi disusun dengan melaksanakan beberapa hal pokok, yaitu : 1. Menyiapkan tinjauan terhadap maksud, tujuan dan sasaran pengelolaan kawasan yang bersangkutan sebagai materi dasar interpretasi keseluruhan. 2. Mengumpulkan dan menganalisa data tentang obyek-obyek interpretasi dan data tentang pengunjung. Data obyek interpretasi hendaknya mencakup seluruh potensi alam, dan potensi sejarah serta budaya yang dapat diungkap. 3. Mengidentifikasi kebutuhan tenaga untuk penugasan, unit interpretasi yang digunakan dan sarana lain yang diperlukan. 4. Menyiapkan materi interpretasi untuk masing-masing program interpretasi. c. Rencana penugasan Rencana penugasan yang perlu disiapkan meliputi : penjadwalan, pokok- pokok masalah spesifik yang akan dikomunikasikan, penyusunan skenario cerita, dan penentuan personil untuk pelaksanaan interpretasi. 2.2.4. Obyek Interpretasi Menurut kegiatannya, Soewardi 1978, diacu dalam Rahmat 1996 membagi interpretasi alam ke dalam 4 empat tipe, yaitu : a. Interpretasi tempat historis bersejarah Menjelaskan hal-hal masa lampau dalam hubungannya dengan tata lingkungan dan kondisi sosial b. Interpretasi tempat alami Menjelaskan karakteristik suatu daerah melalui hubungan antara batu-batuan, tanah, flora, fauna dan manusia c. Interpretasi lingkungan hidup Menjelaskan hubungan manusia dengan lingkungannya d. Interpretasi pendidikan pelestarian Mengajarkan tentang tata lingkungan melalui disiplin ilmu bumi, kehidupan dan sosial serta seni.

2.3. Taman Nasional