Aksesibilitas Keadaan Fisik dan Biologi 1. Keadaan Fisik

36 Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian

4.3. Aksesibilitas

Perjalanan dari Semarang ibukota Propinsi Jawa Tengah ke kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu dapat dicapai melalui beberapa alternatif, antara lain : - Semarang - Magelang - Selo, dengan jarak ± 115 km dengan waktu ± 3 jam - Semarang - Boyolali - Selo, dengan jarak ± 90 km dengan waktu tempuh ± 2 jam, atau - Semarang - Salatiga - Getasan, dengan jarak ± 60 km dengan waktu tempuh + 1,5 jam. Kondisi jalan menuju lokasi cukup baik dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umumpribadi. Sedangkan untuk mencapai puncak Gunung Merbabu dapat dilakukan dari jalur-jalur pendakian yang dimulai dari beberapa desa, yaitu : - Desa Tarubatang Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali - Desa Lencoh Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali - Desa Ngagrong Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali - Desa Jlarem Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali - Desa Candisari Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali - Desa Guolelo Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali - Dusun Tekelan Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang 37 - Desa Kenalan Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang - Desa Genikan Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang - Desa Wonolelo Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Sebenarnya pada setiap desa-desa terakhir di kaki Gunung Merbabu terdapat jalan setapak yang dapat digunakan sebagai jalur untuk mencapai puncak Gunung Merbabu, baik secara langsung jalur tunggal maupun bertemu dengan jalur lain pada ketinggiantitik tertentu. Namun biasanya jalan setapak tersebut merupakan jalur penduduk setempat dalam mencari kayu bakar serta keperluan lainnya, dan bukan merupakan jalur pendakian resmi atau yang umum digunakan para pendaki gunung. 4.4. Keadaan Fisik dan Biologi 4.4.1. Keadaan Fisik Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu terletak pada ketinggian + 600 - 3.142 m di atas permukaan laut dengan topografi sebagian besar merupakan daerah pegunungan dengan bentuk lapangan berbukit-bukit sampai bergunung- gunung dengan adanya jurang dan tebing yang curam dengan derajat kemiringan mulai 30 ° hingga 80°. Secara umum Gunung Merbabu memiliki bentuk lahan lereng atas berbatuan piroklastik bersifat lepas-lepas yang tidak terkikis kuat. Dari segi potensi hidrogeologis, bentuk lahan ini lebih mampu menyimpan air karena didasari oleh aliran lava dan pecahan-pecahan batuan lava yang menjadi media masuknya air hujan ke dalam tanah. Dengan demikian banyak dijumpai sumber- sumber air yang mampu memenuhi ketersediaan air hingga musim kemarau. Namun di sebagian lereng, bentuk lahan piroklastik ini disebabkan oleh bentuk fisiknya yang merupakan daerah bayangan hujan leeward side sehingga tidak mempunyai tenaga potensial untuk mengangkut materi vulkan kecuali banjir yang terjadi pada waktu-waktu tertentu. Akibatnya secara hidrogeologis daerah ini kurang mampu menyimpan air, karena itu sumber-sumber air yang ada hanya memiliki debit yang kecil. 4.4.2. Keadaan Biologi Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu terdiri dari beberapa tipe ekosistem, yaitu : - Ekosistem Hutan Hujan Tropika Pegunungan Rendah, - Ekosistem Hutan Hujan Tropika Pegunungan Tinggi, dan 38 - Ekosistem Hutan Tropika Sub Alpin. Apabila digunakan klasifikasi vegetasi hutan Indonesia menurut Van Steenis Soerianegara dan Indrawan 1982, maka kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu mempunyai formasi hutan sebagai berikut : - Formasi Hutan Hujan Pegunungan elevasi 1.000 – 2.400 m dpl - Hutan Hujan Sub Alpin elevasi 2.400 – 3.150 m dpl Hutan Hujan Tropika Pegunungan Rendah sebagian besar berupa hutan sekunder dengan jenis tanaman Pinus Pinus merkusii, Puspa Schima noronhae, Bintami Podocarpus sp. yang merupakan vegetasi yang ditanam oleh Perum Perhutani ketika kawasan Gunung Merbabu masih berstatus Hutan Lindung. Ekosistem Hutan Hujan Tropika Pegunungan Tinggi ditumbuhi jenis- jenis antara lain Dempul Glochidion sp., Jurang Villebrunea rubescens, Keraminan Dysoxylum sp., Lotrok Nauclea obtuse, Luwing Ficus hispida, Akasia Acacia decurens, Puspa Schima noronhae, Kemlandingan gunung Albizzia montana, Sowo Engelhardia serrata , Tanganan Schefflera elliptica dan Pasang Quercus spicata. Sedangkan ekosistem Hutan Tropika Sub Alpin berada di sekitar puncak Gunung Merbabu yang ditumbuhi Edelweis Anaphalis javanica, Cantigi Vaccinium varingifolium dan rumput-rumputan. Keragaman fauna yang ada antara lain Monyet ekor panjang Macaca fascicularis, Elang jawa Spizaetus bartelsi, Elang hitam Ichtinaetus malayensis, Ayam hutan Gallus varius, Gagak kampung Corvus enca, Alap- alap Falco sp., Kutilang Pycnonotus aurigaster, Burung kacamata Zosterops montanus, dan Gelatik batu Parus major.

4.5. Iklim