Perumusan Masalah Kerangka Pemikiran

Di Indonesia, khususnya di kawasan konservasi lingkup Departemen Kehutanan seperti taman nasional, taman wisata alam dan taman hutan raya, program interpretasi alam masih sangat jarang disediakan oleh pengelola kawasan. Beberapa taman nasional yang telah mempunyai program interpretasi alam antara lain Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Halimun Salak, Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Karimunjawa. Kegiatan wisata alam di Taman Nasional Gunung Merbabu umumnya berupa perkemahan dan pendakian gunung, sehingga para penggunanya belum mendapat nilai tambah unsur-unsur wisata minat khusus lainnya, seperti rewarding, enriching dan learning. Interpretasi alam sebagai salah satu kegiatan dalam ekowisata dapat dikembangkan di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu untuk memberikan nilai tambah yang belum didapatkan tersebut. Penyusunan perencanaan interpretasi alam dilaksanakan dengan melakukan identifikasi masalah, inventarisasi, verifikasi, analisis dan sintesis data serta pengambilan keputusan. Penggunaan teknologi informasi, khususnya Sistem Informasi Geografis, dalam perencanaan maupun pengelolaan suatu kawasan konservasi merupakan suatu keharusan pada saat ini. Hal ini dikarenakan dengan Sistem Informasi Geografis dapat dilakukan pemetaan, analisis, pengelolaan atau pengubahan terhadap data kawasan menurut kondisinya yang terkini secara cepat, mudah serta dengan biaya yang relatif rendah. Penggunaan Sistem Informasi Geografis akan sangat membantu pengelola suatu kawasan konservasi dalam merencanakan kebijakan atau keputusan yang akan diambil berkaitan dengan pengelolaan kawasan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian mengenai perencanaan interpretasi alam di Taman Nasional Gunung Merbabu ini dilaksanakan dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis.

1.2. Perumusan Masalah

Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi Dephut 1990. Hingga saat ini pemanfaatan secara lestari kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu khususnya dalam hal ekowisata baru sebatas perkemahan dan pendakian gunung saja. Kenyataan tersebut merupakan peluang bagi pengelola untuk mengubah persepsi tentang konservasi sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat dan memberikan manfaat atau nilai tambah yang lebih besar bagi masyarakat, khususnya para pengunjung dan pendaki Taman Nasional Gunung Merbabu. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan nilai tambah tersebut adalah dengan interpretasi alam. Hal ini sesuai dengan tujuan interpretasi alam yaitu sebagai media komunikasi antara sumber daya alam dan manusia yang berinteraksi dengannya. Dengan interpretasi alam diharapkan para pengunjung maupun pendaki atau siapapun yang berinteraksi dengan Taman Nasional Gunung Merbabu, kesadaran akan pentingnya pelestarian alam dapat ditingkatkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Agar interpretasi alam di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu dapat dilaksanakan secara optimal dengan memberikan manfaat, nilai tambah, kepuasan yang maksimal serta meningkatkan kesadaran bagi para pengunjung, maka diperlukan penelitian yang mendalam terlebih dahulu.

1.3. Kerangka Pemikiran

Taman Nasional Gunung Merbabu TNGMB mempunyai potensi fisik, biologis dan sosial budaya yang menyebar secara spasial di dalamnya. Sebagai implementasi fungsi pemanfaatan kawasan yang tertuang dalam Rencana Pengelolaannya, Taman Nasional Gunung Merbabu perlu melakukan pengembangan lebih lanjut terhadap ekowisata yang sudah berjalan di kawasan tersebut untuk memberikan nilai tambah bagi pengunjung sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat dan pengambil kebijakan akan pentingnya pelestarian alam dengan program-program interpretasi alam. Suatu perencanaan, termasuk perencanaan interpretasi alam, perlu mengetahui terlebih dahulu sumber daya supply yang dimiliki dan kebutuhan demand pasarnya terlebih dahulu. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai interpretasi alam di Taman Nasional Gunung Merbabu yang dapat dilaksanakan secara optimal sesuai kondisi, potensi dan karakteristik kawasan yang merupakan sisi supply serta kebutuhan pengunjung dan pendaki yang merupakan sisi demand, sekaligus dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Penelitian dilakukan dengan tahap : inventarisasi data primer maupun sekunder serta survei karakteristik dan kebutuhan pengunjung, verifikasi data dan posisi spasialnya, analisis, sintesis dengan bantuan Sistem Informasi Geografis dan penyusunan perencanaan interpretasi alam. Beberapa data dan survei yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain : kondisi potensi ekosistem, flora fauna, jalur pendakian non pendakian, data spasial kawasan, sarana dan prasarana interpretasi alam, aksesibilitas, karakteristik dan kebutuhankeinginan pengguna serta potensi sosial budaya di kawasan konservasi ini. Hasil penelitian berupa peta rencana interpretasi alam secara spasial yang dapat digunakan dalam pengelolaan kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu khususnya pengembangan interpretasi alam oleh Balai Taman Nasional Gunung Merbabu. Gambar 1 menunjukkan kerangka pemikiran Perencanaan Beberapa Jalur Interpretasi Alam di Taman Nasional Gunung Merbabu dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis.

1.4. Tujuan Penelitian