Potensi Jalur Pendakian Selo - Puncak

Berbagai jenis burung juga dapat menjadi obyek interpretasi alam, terutama pada jalur non pendakian seperti Selo - Jurang Warung. Selain data fauna hasil verifikasi tersebut, berdasarkan data Balai KSDA Jawa Tengah terdapat jenis-jenis endemik yang dapat dimanfaatkan dalam interpretasi alam, seperti Elang jawa Spizaetus bartelsi, Cekakak jawa Halcyon cyanoventris dan Macan tutul Panthera pardus.

5.9. Analisis Pengembangan Interpretasi Alam

Pengembangan Interpretasi Alam di Taman Nasional Gunung Merbabu didasarkan pada beberapa kriteria sebagai berikut : - Banyak didatangi pengunjung danatau dilalui pendaki - Mempunyai aksesibilitas yang mudah - Mempunyai potensi pemandangan, ekosistem alami atau sumber daya alam yang langka dan unik serta sosial budaya yang menarik untuk dimanfaatkan dalam kegiatan interpretasi alam - Merupakan jalur yang aman bagi pelaksanaan kegiatan interpretasi alam. Seluruh jalur yang telah diverifikasi mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kelebihan suatu jalur dapat langsung dimanfaatkan dalam rangka kegiatan interpretasi alam. Demikian juga dengan kekurangan yang dimiliki suatu jalur, dapat pula digunakan dalam kegiatan interpretasi alam namun diperlukan suatu pengetahuan dan seni tersendiri untuk memanfaatkan kekurangan tersebut. Dengan kata lain, kelebihan dan kekurangan menjadi peluang suatu jalur untuk dikembangkan menjadi jalur interpretasi alam.

5.9.1. Potensi Jalur Pendakian Selo - Puncak

Jalur pendakian Selo mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi jalur interpretasi alam karena merupakan jalur utama pendakian dari sisi selatan Gunung Merbabu yang telah banyak dikenal di kalangan pendaki dan banyak didatangi pengunjung. Aksesibilitas menuju ke lokasinya juga relatif mudah. Selain itu adanya ekosistem hutan pegunungan tinggi yang lembab serta sumber daya alam yang langka dan dilindungi menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa seperti Kantung semar Nepenthes sp. dan Lutung kelabu atau Rekrekan Presbytis fredericae ditambah dengan pemandangan alam yang indah di jalur ini meningkatkan peluangnya untuk dikembangkan. Keberadaan Lutung kelabu yang merupakan primata endemik Jawa Tengah merupakan fenomena yang menarik karena menurut Supriatna dan Wahyono 2000, satwa ini hidup di hutan tropik atau hutan pegunungan mulai dari 350 – 1.500 m dpl, namun verifikasi menjumpai satwa ini pada ketinggian + 2.287 m dpl, cukup jauh dari kisaran ketinggian habitat yang diketahui. Hal ini mungkin menunjukkan adanya penurunan kualitas hutan Gunung Merbabu sehingga memaksa mereka mencari habitat yang lebih tinggi. Bagian segmen jalur yang mengalami peristiwa kebakaran hutan dan tanah longsor dapat pula dimanfaatkan dalam interpretasi alam untuk menjelaskan tentang proses suksesi dalam ekologi hutan. Daerah yang mengalami erosi dan longsor dapat digunakan untuk menerangkan pentingnya menjaga kelestarian tutupan hutan. Demikian pula peranannya dalam mitos sosial budaya Gunung Merbabu seperti Puncak Kenteng Songo dan Watu Lumpang termasuk adanya 1 lokasi memori nisan pendaki korban kecelakaan di Gunung Merbabu, menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan interpretasi alam di jalur ini. Pada jalur ini juga terdapat percabangan jalur di dekat Pos I Dok Malang di ketinggian + 2.194 m dpl yang bertemu kembali dengan jalur utamanya pada ketinggian + 2.592 m dpl Pos III Watu Tulis, namun sejak terjadinya kebakaran hutan pada jalur ini pada tahun 2006 jalur ini tidak lagi digunakan dan tertutup vegetasi tumbuhan bawah, sehingga hanya penduduk setempat saja yang masih bisa mengenali jalur ini. Jalur cabang ini dapat digunakan sebagai jalur alternatif yang tidak ke puncak. 5.9.2. Potensi Jalur Tekelan - Puncak Sebagai jalur yang banyak dilalui pendaki dan aksesibilitas yang relatif mudah serta lokasinya yang berdekatan dengan TWA Tuk Songo Kopeng, jalur Tekelan - puncak mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai jalur interpretasi alam. Adanya ekosistem hutan pegunungan tinggi, ekosistem sungai serta pemandangan alam yang indah merupakan nilai tambah bagi jalur ini untuk dikembangkan. Peranan jalur Tekelan - puncak yang besar dalam mitos sosial budaya Gunung Merbabu seperti Tuk Songo, Puncak Pertapan, Watu Tulis, Puncak Kenteng Songo dan Puncak Syarif termasuk 2 lokasi memori nisan pendaki korban kecelakaan di Gunung Merbabu merupakan potensinya yang lain untuk dipertimbangkan dalam perencanaan interpretasi alam.

5.9.3. Potensi Jalur Selo - Mata Air