Papan informasi dan pal-pal interpretasi Wisma Bina Cinta Alam

Jalur TWA - Watu Tadah yang merupakan jalur non pendakian umumnya berupa ekosistem hutan sekunder dengan panjang jalur + 2.200 m, waktu tempuh 2 jam dan tingkat kesulitan yang rendah. Jalur TWA - “Dufan” yang mempunyai pemandangan indah juga memiliki kondisi ekosistem yang didominasi hutan sekunder, jarak tempuh + 1.850 m dan waktu tempuh 2 jam, tingkat kesulitan yang rendah serta kondisi medan landai.

6.2. Saran

Bagi pengembangan wisata alam khususnya interpretasi alam di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu, beberapa saran yang diajukan adalah : - perlu dilakukan penelitian serupa pada jalur pendakian maupun non pendakian yang lain di kawasan taman nasional ini - Jalur-jalur yang telah diteliti hendaknya segera dikembangkan dan dipasarkan sehingga dapat bermanfaat bagi pengunjung, masyarakat dan kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu sendiri. DAFTAR PUSTAKA [BKSDA Jawa Tengah] Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah. 2005a. Inventarisasi Potensi Flora dan Fauna Taman Nasional Gunung Merbabu di Kabupaten Boyolali. Semarang : Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah. [BKSDA Jawa Tengah] Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah. 2005b. Inventarisasi Potensi Flora dan Fauna Taman Nasional Gunung Merbabu di Kabupaten Magelang. Semarang : Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah. [BKSDA Jawa Tengah] Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah. 2006. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merbabu. Semarang : Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah. [Dephut] Departemen Kehutanan. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta : Dephut. [Dephut] Departemen Kehutanan. 1998. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Jakarta : Dephut. [Dephut] Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 03Menhut-II2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. Jakarta : Dephut. [Ditjen PHPA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. 1988. Pedoman Interpretasi Taman Nasional. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Departemen Kehutanan. Bogor. Heyne K. 1987a. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta _______ . 1987b. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta _____ _ . 1987c. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta Knapp D, Benton MG. 2004. Elements to Succesful Interpretation : A Multiple Case Study of Five National Parks. Journal of Interpretation Research Volume 9 No. 2. : 9-26. MacKinnon J, MacKinnon K, Child G, Thorsell J. 1990. Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi di Daerah Tropika Terjemahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. MacKinnon, J., K Phillips dan B van Ballen. 1992. Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan. Seri Panduan Lapangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.