membuat mereka bosan dan tidak terlalu menguras tenaga mereka. Sedangkan responden yang menyukai jalur pendakian yang landai hanya sebesar 27,3 9
orang dan hanya 3,0 1 orang menyukai jalur pendakian yang terjal.
Gambar 23 Tingkat kemiringan jalur pendakian yang disukai
5.4.9. Pola Beristirahat dalam Pendakian
Dalam melakukan pendakian, 60,6 atau 23 orang responden pendaki menyatakan paling sering beristirahat pada tempat-tempat tertentu seperti pos
pendakian, shelter, padang rumput dan lain-lain. Pada urutan kedua 27,3 atau 9 responden menyatakan paling sering beristirahat berdasarkan waktu, dan pada
urutan terakhir hanya 12,1 atau 4 responden yang menyatakan paling sering beristirahat berdasarkan jarak tempuh tertentu.
Untuk responden pendaki yang menyatakan paling sering beristirahat berdasarkan jarak, menyebutkan kisaran jarak tempuh 1 hingga 2 km untuk
beristirahat atau rata-rata 1,8 km. Sedangkan responden pendaki yang menyatakan paling sering beristirahat berdasarkan waktu, melakukan pendakian
selama 15 menit hingga 1 jam terlebih dahulu baru kemudian beristirahat.
Gambar 24 Pola beristirahat dalam pendakian
5.4.10. Preferensi Tempat Beristirahat dalam Pendakian
Ketika melakukan pendakian di Gunung Merbabu, mayoritas pendaki memilih pos pendakian sebagai urutan pertama tempat untuk beristirahat 20
orang atau sekitar 66,6 responden, disusul tempat di bawah puncak dan di shelter yang dipilih 5 orang atau sekitar 17,2 responden sebagai tempat pilihan
pertamanya untuk beristirahat. Ini mungkin karena di pos pendakian biasanya
27 3
70 Landai
Terjal Kombinasi
12
27 61
Jarak Waktu Tempuh
Tempat Tertentu
sudah tersedia banyak fasilitas, misalnya di sekitar pos terdapat mata air dan biasanya letak pos pendakian yang strategis, seperti tempatnya luas, datar dan
terlindung dari angin serta biasanya pos pendakian dibangun di tempat yang sudah diperhitungkan dimana kondisi pendaki diperkirakan mengalami
penurunan sehingga memerlukan tempat beristirahat.
Gambar 25 Preferensi tempat beristirahat dalam pendakian 5.4.11. Kondisi Responden Ketika Melakukan Pendakian
Kondisi responden ketika mulai melakukan pendakian 33,3 berada dalam kondisi yang baik, sedangkan sisanya 66,7 dalam kondisi yang sangat baik.
Gambar 26 Kondisi responden ketika melakukan pendakian 5.4.12. Obyek Daya Tarik Jalur Pendakian
Obyek yang membuat pendaki senang dalam melakukan pendakian di Gunung Merbabu ternyata didominasi oleh obyek pemandangan. Sebanyak 17
orang 51,5 responden menempatkan obyek pemandangan sebagai pilihan pertama mereka mengenai obyek yang disenangi dalam perjalanan pendakian,
disusul kondisi medan sebanyak 8 orang 24,2. Hal ini sesuai dengan tujuan mereka yang banyak melakukan pendakian untuk tujuan rekreasi.
Gambar 27 Obyek daya tarik jalur pendakian
66 17
17 Pos Pendakian
Di Bawah Puncak Shelter
33
67 Baik
Sangat Baik
3 3 24
52 18
Tumbuhan Hewan
Medan Pemandangan
Jarak Tempuh
5.4.13. Pengetahuan Responden Pendaki Mengenai Interpretasi Alam
Dari 33 orang responden yang diwawancarai ternyata mayoritas responden menyatakan tidak tahu tentang interpretasi alam, ada sekitar responden, dan
sisanya sekitar 21,2 menyatakan tahu, walaupun menurut peneliti jawaban mereka tentang interpretasi alam tidak ada satupun yang tepat. Hal ini
memberikan gambaran pada kita bahwa sangat rendah sekali pengetahuan masyararakat tentang interpretasi alam, karena responden yang notabene
adalah pendaki atau pencinta alam yaitu orang yang sebagian besar waktunya mereka luangkan untuk kegiatan alam bebas ternyata hampir semuanya tidak
memahami mengenai interpretasi alam, apalagi masyarakat umum.
Gambar 28 Pengetahuan responden pendaki mengenai Interpretasi Alam Namun setelah responden diberi penjelasan oleh peneliti mengenai
interpretasi alam, ternyata hampir semua responden 97 menyatakan bahwa interpretasi alam adalah suatu hal yang penting untuk diselenggarakan. Bahkan
sekitar 97 responden langsung menyatakan minatnya jika kegiatan interpretasi
alam ini diselenggarakan di lokasi pendakian ini. 5.4.14. Preferensi Terhadap Dasar Kegiatan Interpretasi Alam
Ketika ditanya mengenai dasar pembentukan kegiatan interpretasi alam, ternyata jalur interpretasi alam yang dibuat berdasarkan kelengkapan melewati
berbagai obyek interpretasi alam seperti flora fauna, sungai, air terjun dll menempati urutan pertama, dimana 23 responden atau 69,7 memilih indikator
ini. Menurut para responden dengan jalur interpretasi alam yang lengkap maka akan lebih lengkap pula pengetahuan mereka tentang alam. Sedangkan urutan
kedua 6 orang atau 18,2 untuk kegiatan interpretasi alam ini didasarkan pada kemiringan jalur dan urutan terakhir adalah kegiatan interpretasi alam dirancang
berdasarkan durasi dengan responden 4 orang atau 12,1.
21
79 Tahu dan benar
Tahu tapi salah Tidak Tahu
Gambar 29 Preferensi terhadap dasar kegiatan Interpretasi Alam 5.4.15. Preferensi Durasi Jalur Interpretasi Alam
Untuk durasi suatu jalur interpretasi alam, ternyata mayoritas responden menginginkan interpretasi alam yang durasinya lebih dari 3 jam 42,4 Hal ini
mungkin karena menurut mereka durasi yang lainnya terlalu pendek. Pada urutan kedua, responden memilih interpretasi alam dengan durasi 1,5 jam
24,2. 3 jam 18,2.
Gambar 30 Preferensi durasi jalur Interpretasi Alam 5.4.16. Preferensi Kemiringan Slope Jalur Interpretasi Alam
Mayoritas responden 75,8 atau 25 orang lebih menyukai kemiringan jalur interpretasi alam yang merupakan kombinasi dari kemiringan yang landai
dan terjal, yang mungkin disebabkan jika jalur interpretasi alam terjal akan menguras tenaga mereka dan tidak akan sempat menikmati keindahan alam,
dan jika jalur terlalu landai mungkin kurang menantang serta cepat membuat mereka bosan.
Gambar 31 Preferensi kemiringanslope jalur Interpretasi Alam
12 18
70 Durasi
Slope Kelengkapan
6 24
9 18
43 1 jam
1 jam 30 mnt 2 jam
3 jam 3 jam
21 3
76 Landai
Terjal Kombinasi
70 21
9 Hingga Puncak
Pendek Ketinggian Menengah
5.4.17. Preferensi Posisi Jalur Interpretasi Alam