40
kering, sedang di wilayah Selo dijumpai pertanian lahan basah karena perbedaan ketersediaan air wilayah.
4.7. Topografi
Berdasarkan analisis peta Kemiringan Lereng yang dihasilkan, diperoleh bahwa sebagian besar kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki
kemiringan lereng Kelas II 8-15. Secara keruangan untuk kemiringan lereng kelas lI tersebar hampir merata di sekeliling lereng Gunung Merbabu mulai dari
lahan kawasan hutan hingga lahan milik. Namun secara spasial sebagian besar berada pada lereng bagian bawah atau lereng bawah dari Gunung Merbabu,
kecuali di daerah Desa Batur dan Desa Tajul yang merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Getasan. Kemiringan lereng Kelas II juga terdapat di
wilayah Desa Gondangsari dan Tejosari. Sebagian lagi tersebar di wilayah Desa Banyuroto dan Candisari.
Kemiringan lereng Kelas III 15-25 sebagian besar tersebar di wilayah Kecamatan Ampel di lereng Gunung Merbabu bagian Timur, dan di wilayah
Kecamatan Pakis di lereng Gunung Merbabu bagian Barat. Kemiringan lereng IV 25-40 berada diantara kemiringan lereng III 15-25 seperti yang terjadi
di wilayah Desa Candisari, Boyolali, dan di wilayah Ketundan, Pakis, Magelang. Sedangkan untuk Kelas V hanya terdapat pada puncak atau igir ring wall
Gunung Merbabu yang seolah-olah mengelilingi puncaknya.
4.8. Geologi dan Tanah
Gunung Merbabu tidak mempunyai kawah yang aktif karena tergolong gunung api tua yang sudah lama tidak aktif lagi, dan pada puncaknya
membentuk dataran tinggi yang lebar dengan beberapa puncak-puncak tersebar secara terpisah karena dahulu mempunyai 9 kawah. Gunung Merbabu terbentuk
oleh proses-proses yang berasal dari aktivitas gunung api vulkanik, sehingga bentuk lahannya secara umum adalah bentuk lahan vulkan. Materi yang
dilepaskan oleh gunung berapi dapat berupa material lepas piroklastik atau juga berupa lelehan lava. Endapan material yang dilepaskan oleh letusan
gunung api tersebut membentuk karakteristik morfologi permukaan bumi yang khas, sehingga berpengaruh juga pada sifat permukaan bumi tersebut. Begitu
juga pada Gunung Merbabu, terdapat endapan yang berasal dari material lepas dan juga terdapat endapan yang berasal dari material lelehan lava. Proses
41
pengikisan erosi yang berlangsung pada gunung ini mulai dari terkikis kuat hingga terkikis sedang.
Proses erosi yang terkuat terletak pada bagian lereng gunung sebelah selatan hingga barat daya, yaitu mulai dari Desa Lencoh, Jrakah, hingga
Wonolelo dan tersebar pada wilayah lereng atas. Proses erosi yang kuat ditandai oleh banyaknya lereng terjal dan igir-igir yang lancip serta lembah yang
curam. Kenampakan tersebut dapat terlihat dengan jelas melalui analisis visual citra Landsat TM Thematic Mapper. Material yang terdapat pada bagian lereng
gunung ini merupakan material lepas piroklastik, ditandai oleh kerapatan pola aliran tinggi dan tebing sungai yang terjal serta materialnya mudah terkikis
karena daya rekatnya kurang kuat. Pada bagian Barat dari Gunung Merbabu ini, proses erosi bersifat sedang
hingga kuat, baik pada lereng atas maupun pada lereng tengah. Material yang terdapat pada bagian ini merupakan material piroklastik. Kondisi semacam ini
banyak terdapat pada lereng atas di Desa Kenalan dan Desa Genukan yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Pakis. Karakteristik erosi ditandai oleh
adanya fenomena igir-igir yang agak tajam, tetapi tidak setajam pada bagian yang tererosi kuat.
Pada bagian Utara dan bagian Tenggara, didominasi oleh material bekas lelehan lava lava flow. Hal ini ditandai dengan bentuk permukaan yang
bergelombang dan banyak ditemui singkapan batuan. Pada kedua daerah ini, proses erosi bersifat sedang dan ditandai oleh bentuk igir-igirnya tidak terlalu
tajam dan pola alirannya tidak begitu rapat. Hal ini disebabkan karena material endapan lelehan lava lebih resisten daripada material endapan piroklastik.
Bentukan proses ini tersebar mulai dari lereng atas hingga lereng tengah. Sebelah Utara terletak pada daerah sekitar Kopeng dan sebelah Tenggara pada
daerah sekitar Selo. Bagian Timur Laut hingga Timur lereng Gunung Merbabu, didominasi oleh
proses erosi tingkat sedang dengan material endapan piroklastik. Baik itu pada lereng atas, maupun pada lereng tengah seperti yang terletak di daerah
Ngadirejo - Candisari, Kecamatan Ampel. Proses erosi sedang, ditandai oleh pola aliran yang tidak terlalu rapat dan igirnya juga tidak terlalu tajam.
4.9. Tata Guna Lahan