3.5. Uji Validitas Konstruk
Dalam rangka pengujian validitas alat ukur, peneliti melakukan uji validitas konstruk instrument. Oleh karena itu, peneliti menggunakan CFA Confirmatory
Factor Analysis untuk pengujian validitas instumen, yaitu instrumen 1 gejala depresi, 2 dukungan sosial, 3 loneliness, dan 4 trait kepribadian. Umar 2011
menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan kriteria hasil CFA yang baik adalah:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya.
Konsep ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subskala
bersifat unidimensional. 3. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-Square yang
dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan p0,05 berarti semua item hanya mengukur satu faktor saja. Namun, jika nilai Chi-Square signifikan
p0,05, maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran yang diuji sesuai langkah berikut ini.
4. Jika nilai Chi-Square signifikan p 0,05, maka dilakukan modifikasi model pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan
pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item selain mengukur konstruk yang ingin diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain mengukur lebih dari satu
konstruk atau multidimensional. Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi dan akhirnya diperoleh model fit, maka
model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya. 5. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan
melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai nilai koefisien positif. Jika t-value untuk koefisien muatan faktor suatu item lebih
besar dari 1,96 absolut, maka item tersebut dinyatakan signifikan dalam mengukur faktor yang hendak diukur tidak di-drop.
6. Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatannya negatif. Perlu dicatat bahwa untuk alat ukur yang bukan mengukur kemampuan misal: personality
inventory, jika ada pernyataan negatif perlu dilakukan penyesuaian arah skoringnya yang diubah menjadi positif. Jika sudah dibalik, maka berlaku
perhitungan umum dimana item bermuatan faktor negatif di-drop. 7. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka
item yang demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain.
Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software lisrel 8.70 Joreskog dan Sorbom, 1999. Uji validitas tiap alat ukur akan
dipaparkan pada sub bab berikut.
3.5.1. Uji validitas konstruk gejala depresi
Pada uji validitas konstruk gejala depresi, peneliti menguji apakah 12 item yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur variabel gejala depresi.
Dari hasil CFA yang dilakukan, model satu faktor tidak fit, dengan Chi-
Square=236,24 df=54 P-value=0,00000 RMSEA=0,124. Namun, setelah
dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran ada pada beberapa item dibebaskan untuk berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model
fit dengan Chi-Square=56,76 df=41 P-value=0,05170 RMSEA=0,042 seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1 Path diagram variabel gejala depresi
Terlihat dari model fit tersebut bahwa nilai Chi-Square menghasilkan p0,05 tidak signifikan. Dengan demikian model dengan satu faktor dapat
diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu gejala depresi.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, melihat koefisien muatan faktor yang positif dan melihat jumlah korelasi kesalahan item yang lebih dari lima 5, seperti terlihat pada
tabel 3.6 berikut: Tabel 3.6
Analisis faktor item gejala depresi
No. Item
Koefisien Standar
Error Nilai
T Signifikan
Muatan Korelasi
Kesalahan Keterangan
1 0.35
0.08 4.30
V +
2 2
0.43 0.07
5.88 V
+ 5
3 0.47
0.09 5.34
V +
3 4
0.60 0.08
7.22 V
+ 3
5 0.20
0.08 2.69
V +
2 6
0.10 0.09
1.17 X
+ 2
7 0.19
0.09 2.02
V +
4 8
0.27 0.07
3.61 V
+ 2
9 0.59
0.07 8.04
V +
10 0.34
0.08 4.48
V +
3 11
0.31 0.07
4.23 V
+ 12
0.31 0.07
4.20 V
+ 1
Keterangan : tanda V = signifikan t1,96 ; X = tidak signifikan; =di-drop
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa terdapat item yang memiliki nilai t1,96 yaitu item nomor 6. Selanjutnya dilihat muatan faktor dari item, pada
tabel diatas seluruh item bermuatan positif. Hal ini menunjukkan bahwa hanya item nomor 6 yang di-drop dan tidak dapat diikutsertakan dalam perhitungan skor
faktor.
3.5.2. Uji validitas konstruk dukungan sosial
Pada uji validitas konstruk dukungan sosial, peneliti menguji apakah 12 item yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur variabel dukungan sosial.
Dari hasil CFA yang dilakukan, model satu faktor tidak fit, dengan Chi- Square=370,36
df=54 P-value=0,00000 RMSEA=0,164. Namun, setelah
dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran ada pada beberapa item dibebaskan untuk berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model