Kesimpulan KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

hasil kategorisasi tingkat dukungan sosial yang tinggi 52,3 dan tingkat perasaan loneliness yang rendah 53,6. Sehingga dengan adanya dukungan sosial yang tinggi dari keluarga maupun teman-teman narapidana di Lapas, membuat seorang narapidana bisa menyalurkan perasaan dan pikiran mereka mengenai masalah yang sedang mereka hadapi. Selain itu pada hasil kategorisasi yang menunjukkan rendahnya tingkat loneliness pada narapidana ini juga menjadi salah satu faktor rendahnya gejala depresi yang dihadapi oleh mereka. Mereka memiliki berbagai kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan solidaritas antara sesama yang tinggi. Hal inilah yang membuat gejala depresi pada mereka berada pada tingkatan yang rendah. Selanjutnya, dari hasil koefisien regresi pada penelitian ini, diketahui bahwa variabel dukungan sosial, variabel loneliness, variabel kepribadian extraversion dan variabel kepribadian agreeableness secara konsisten mempengaruhi gejala depresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dukungan sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap gejala depresi dengan koefisien negatif. Artinya, pada penelitian ini menunjukkan bahwa narapidana yang memiliki dukungan sosial yang tinggi menunjukkan gejala depresi yang rendah. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Peirce, R.S et.al. 2000 yang mengungkapkan bahwa penelitian longitudinal terhadap hubungan antara depresi dan penerimaan dukungan sosial memiliki hubungan yang negatif. Mereka menemukan bahwa depresi terjadi secara tidak langsung didahului dari kontak sosial dan penerimaan dari dukungan sosial yang rendah. Selain itu, menurut Teori Interpersonal Depresi, depresi dapat timbul karena kurangnya dukungan sosial terhadap mereka yang memiliki gejala depresi. Berkurangnya dukungan sosial dapat melemahkan kemampuan mereka untuk mengatasi masalah dan membuat mereka semakin rentan terhadap depresi Davidson, et.al., 2002. Hal ini diperkuat dengan hasil kategorisasi skor variabel dimana narapidana di Lapas memiliki dukungan sosial yang tinggi. Hal ini berarti, narapidana di Lapas cenderung tinggi dalam menerima dengan baik bentuk dukungan apapun yang didapatkan oleh seseorang dari keluarga, teman, maupun orang yang berarti di sekitarnya sehingga gejala depresi yang terjadi di Lapas berada pada tingkatan yang rendah. Mereka memaknai dukungan yang mereka dapatkan dari sekitar sebagai motivasi untuk menjalani masa-masa sulit yang mereka rasakan selama berada di Lapas. Selain itu, adanya rasa solidaritas yang tinggi dari sesama narapidana dalam menjalani masa-masa sulit di Lapas membuat mereka lebih bisa bertahan dalam menjalani masa hukumannya dan menghindarkan mereka dari berbagai penyakit psikologis seperti depresi atau gangguan stres lainnya. Selanjutnya dalam penelitian ini, variabel loneliness secara signifikan mempengaruhi gejala depresi secara positif. Artinya, pada penelitian ini menunjukkan bahwa narapidana yang memiliki nilai loneliness yang tinggi menunjukkan gejala depresi yang tinggi juga. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Swami, et.al., 2006 yang menyebutkan bahwa depresi secara positif dan signifikan berkorelasi dengan loneliness. Mereka melaporkan bahwa individu yang memiliki level depresi yang tinggi, memiliki loneliness yang tinggi juga. Selain itu penelitian longitudinal yang dilakukan oleh