Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Sedangkan pengujian untuk mengetahui apakah rata-ratakemampuan berpikir kritis matematika siswa kelompok wanita lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata tes kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelompok pria, pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis : H
:
w
≤
p
H
1
:
w
p
Keterangan: H
: Hipotesis nol H
1
: Hipotesis alternatif
w
: Rata-rata kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelompok wanita
p
: Rata-rata kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelompok pria Ringkasan hasil pengujian hipotesis diatas, disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel4.13 ANAVA 2 faktor
Sumber Varians
JK db
RJK Fo
Ftab α = 0,05
Antar A 4279.334
1 4279.334
14,778 3.99
Antar B 1610.581
1 1610.581
5,562 3.99
Interaksi 850.0536
1 850.0536
2,936 3.99
Dalam 18532.3
64 289.5672
Total 25272.27
67
Dari hasil analisis pada tabel diatas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
a. Perbedaan Antar A Karena F
= 14,778 F
tab
= 3,99 maka H ditolak, artinya terdapat perbedaan
kemampuan berpikir kritis antara siswa yang diajarkan dengan metode Thingking Aloud Pair Problem Solving TAPPS dan siswa yang diajar
dengan diskusi kelompok. Uji satu arah untuk perbedaan antar A, dihitung dengan rumus: toA =
√ = 3,84 t-tab = t
0,05,64
= 1,67 atau H
ditolak, kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang diajar dengan TAPPS lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan diskusi kelompok.
b. Perbedaan Antar B Karena F
= 5,562 F
tab
= 3,99 maka H ditolak, artinya terdapat perbedaan
kemampuan berpikir kritis antara siswa wanita dengan siswa pria. Uji satu arah untuk perbedaan antar B, dihitung dengan rumus: toB =
√ = 2,36 t-tab = t
0,05,64
= 1,67 atau H ditolak, kemampuan berpikir kritis
matematika siswa wanita lebih tinggi dari siswa pria. c. Perbedaan Antar Perbedaan Interaksi AB
Karena F = 2,936F
tab
= 3,99 maka H diterima, artinya tidak terdapat
pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa.