Indikator Situation Pembahasan Penelitian
keterkaitan konsep. Aspek terakhir dalam metode TAPPS adalah overview, yaitu kemampuan siswa dalam mengecek apa yang telah ditemukan, diputuskan,
dipertimbangkan, dipelajari, dan disimpulkan. Berdasarkan penjelasan mengenai analisis hasil jawaban siswa yang telah
dijelaskan sebelumnya, menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan metode pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS memiliki
kemampuan berpikir kritis matematika yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajar dengan metode diskusi kelompok. Sedangkan siswa pada kelompok wanita
memiliki kemampuan berpikir kritis matematika yang lebih tinggi dibandingkan siswa kelompok pria.
Penelitian ini berkaitan dengan penelitian sebelumnya yang relevan yaitu penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem
Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ” karya Rosita
Mahmudah. Perbandingan antara kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang diajar menggunakan metode TAPPS dengan kemampuan berpikir kritis
matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving dapat dilihat berdasarkan indikator FRISCO yang telah diukur
pada kedua penelitian ini. Berdasarkan selisih kenaikan presentase skor siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen pada tiap indikator, untuk indikator yang
pertama yaitu focus hasil selisih antara kedua kelas saat menggunakan metode TAPPS yaitu 3,56 sedangkan saat menggunakan model pembelajaran Creative
Problem Solving selisihnya sebesar 14,77. Pada indikator kedua yaitu Reason hasil selisih antara kedua kelas saat menggunakan metode TAPPS sebesar 19,73
sedangkan saat menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving hasil selisihnya sebesar 4,48. Indikator ketiga yaitu Inference, pada metode TAPPS
terdapat kenaikan presentase sebesar 27,78 sedangkan pada penggunaan model pembelajaran Creative Problem Solving mengalami penurunan presentase sebesar
3,57. Untuk indikator keempat yaitu Situation terdapat kenaikan presentase sebesar 11,44 untuk penggunaan metode TAPPS dan 13,28 untuk model
pembelajaran Creative Problem Solving. Indikator kelima yaitu Clarity, kenaikan presentase pada metode TAPPS sebesar 18,41 sedangkan pada model
pembelajaran Creative Problem Solving sebesar 10,2. Dan untuk indikator keenam yaitu Overview terdapat kenaikan sebesar 19,67 pada metode TAPPS
dan 23,17 pada model pembelajaran Creative Problem Solving. Dari hasil perbandingan kedua metode pembelajaran terhadap kemampuan
berpikir kritis matematika siswa, dapat dilihat bahwa untuk 3 indikator yaitu Reason, Inference, dan Clarity, penggunaan metode TAPPS lebih meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematika siswa pada kelas eksperimen dibandingkan dengan model pembelajaran Creative Problem Solving. Sedangkan penggunaan
model pembelajaran Creative Problem Solving lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa pada kelas eksperimen dibandingkan dengan
metode TAPPS untuk 3 indikator lainnya yaitu Focus, Situation, dan Overview.