berbeda yang harus dipecahkan. Berikut merupakan perincian tugas problem solver dan listener yang dikemukakan oleh Stice.
Tugas problem solver: 1 Membacakan soal dengan suara cukup keras agar listener mengetahui
permasalahan yang akan dipecahkan,. 2 Mulai menyelesaikan soal dengan cara sendiri. Problem solver
mengemukakan semua pendapat serta gagasan yang terpikirkan, mengemukakan
semua langkah
tersebut serta
menjelaskan apa,mengapa,dan bagaimana langkah tersebut diambil agar listener
mengerti penyelesaian yang dilakukan problem solver. 3 Problem solver harus lebih berani dalam mengungkapkan segala hasil
pemikirannya. Anggaplah bahwalistener tidak sedang mengevaluasi . 4 Mencoba untuk terus menyelesaikan masalah sekalipun problem solver
menganggap masalah tersebut sulit. Tugas listener:
1 Memahami secara detail setiap langkah yang diambil problem solver. 2 Meminta problem solver untuk terus berbicara.
3 Bertanya ketika problem solver mengatakan sesuatu yang kurang jelas. Jangan biarkan problem solver melanjutkan jika listener tidak mengerti
yang problem solver lakukan, atau listener pikir telah terjadi kesalahan, dengan meminta problem solver mengecek kembali langkah penyelesaian
yang ditempuhnya. 4 Tidak memecahkan masalah yang dihadapi problem solver. Jika problem
solver terus membuat kesalahan dalam berpikir atau menghitung, tunjukkan kesalahannya, tetapi jangan dikoreksi.
14
Peran guru di kelas sangatlah terbatas, bisanya guru hanya mengamati diantara pasangan siswa, memonitor aktivitas mereka dan memberikan
perhatian khususs kepada Listener. Selain itu guru dapat berkeliling memonitor seluruh kelompok dan melatih Listener mengajukan pertanyaan.
14
James. E.
Stice, teaching
problem solving,
2011, h.4,
http:wwwcsi.unian.iteducaproblemsolvingstice_ps.html
Hal ini diperlukan karena keberhasilan metode ini akan tercapai bila Listener berhasil membuat Problem Solver memberikan alas an dan menjelaskan apa
yang mereka lakukan untuk memecahkan masalah. Peran guru dalam hal ini hanya sebagai fasilitator bukan pentrasnfer pengetahuan dan juga motivator.
Jika terdapat kelompok yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah, guru dapat membantu kelompok tersebut diantaranya dengan cara :
menjadi Listener dengan memberikan pertanyaan yang merupakan bantuan menuju sesuatu yang dibutuhkan oleh siswa, namun tidak mengungkapkan
seluruh jawaban yang dibutuhkan oleh siswa. Melalui metode TAPPS, siswa belajar untuk bertanggung jawab
dalam kegiatan belajar, tidak sekedar menjadi penerima informasi yang pasif, namun harus aktif mencari informasi yang diperlukan sesuai dengan kapasitas
yang ia miliki. Dalam metode TAPPS siswa dituntut untuk terampil bertanya dan mengemukakan pendapat, menemukan informasi yang relevan dari
sumber yang tersembunyi, mencari berbagai cara alternative untuk mendapatkan solusi, dan menentukan cara yang paling efektif untuk
menyelesaikan masalah.
c. Keunggulan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS
Kyungmoon Jeon mengatakan bahwa metode TAPPS lebih efrektif dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah,
terutama dalam mengingat kembali konsep-konsep yang terkait dalam menyelesaikan soal matematika.
15
Sejalan dengan pendapat di atas, Caruso dan Tudge mengungkapkan bahwa metode TAPPS adalah metode yang
efektif dan efisien membangun kemampuan menjelaskan analitis siswa karena metode ini melibatkan pertukaran konsepsi antar siswa, yang
membantu mereka meningkatkan pembelajaran dan pemahaman mereka dalam memahami konsep dengan pemahaman yang lebih baik.
Demikian juga dengan Slavin yang mengatakan bahwa: “TAPPS permits students to rehearse the concepts, relate them to existing fremeworks,
15
Kyungmoon, Jeon, The Effects of Thinking Aloud Pair Problem Solving on High School Student’s Chemistry Problem-Solving Performance and Verbal Interactions, Journal of
Chemical Education research, vol.82, 2005, h.1558.
and produce a deeper understanding of the material ”.
16
Metode ini melibatkan berpikir tingkat tinggi, metode ini juga dapat memonitor siswa
sehingga siswa dapat mengetahui apa yang dipahami dan apa yang belum dipahaminya. Proses ini cenderung membuat proses berpikir siswa lebih
sistematik dan membantu mereka menemukan kesalahan sebelum mereka melangkah lebih jauh kearah yang salah sehingga membantu mereka untuk
menjadi pemikir yang lebih baik. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas maka dapat
dikatakan bahwa metode TAPPS memiliki beberapa keunggulan, antara lain: 1 Mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
2 Meningatkan pemahaman konsep. 3 Mengurangi pemikiran impulsif.
4 Meningkatkan keahlian mendengarkan aktif. 5 Meningkatkan keahlian berkomunikasi.
6 Membangun rasa puas ketika memecahkan suatu masalah. 7 Membangun rasa percaya diri dalam memecahkan masalah.
Melalui metode TAPPS siswa belajar untuk bertanggung jawab dalam kegiatan belajar, tidak sekedar menjadi penerima informasi yang pasif, namun
harus aktif mencari informasi yang diperlukan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Dalam metode TAPPS siswa dituntut bergerak aktif untuk terampil
bertanya dan mengemukakan pendapat, menemukan informasi yang relevan dari sumber yang tersembunyi, mencari berbagai cara alternatif untuk
mendapatkan solusi, dan menentukan cara yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah, sehingga dari hal-hal tersebut dapat terlihat jelas
aktivitas yang dilakukan siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi ketika proses pembelajaran berlangsung.
16
Slavin, Thinking
Aloud Pair
Problem Solving
TAPPS, 2011,
http:www.wcer.wisc .eduarchivec11c1doingcltapps.html.
d. Teori yang Mendukung Metode Thinking Aloud Pair Problem
Solving TAPPS
Metode TAPPS ini mengacu pada dua teori yaitu interaksi social Piaget dan teori Vygotsky tentang perkembangan sosial.
1 Teori Piaget Dalam teorinya, Piaget menyebutkan bahwa kolaborasi di antara
siswa sangat diperlukan karena kegiatan ini akan menunjukkan pandangan yang berbeda dari yang lainnya agar dapat memperbaiki dan
meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep serta lebih mampu memecahkan masalah-masalah kompleks dibandingkan dengan
siswa yang belajar secara individu. 2 Teori Vygotsky
Metode TAPPS juga berhubungan dengan teori Vygotsky tentang perkembangan sosial. Seperti halnya Piaget, Vygotsky mengemukakan
bahwa siswa membentu pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa.
17
Vygotsky menekankan pada hubungan orang dengan konteks budaya dimana mereka bertindak dan
berinteraksi dalam membagi pengalaman. Menurut teori Vygotsky, guru dan siswa harus bekerja secara kolaboratif, bukan guru mendiktekan
materi kepada para siswa. Ruang kelas akan menjadi suatu komunitas pembelajaran jika siswa dan tempat duduknya dibagi-bagi dalam
kelompok kecil. Melalui kedua teori ini siswa dituntun ataupun difasilitasi untuk
belajar sehingga menemukan kembali reinvent atau mengkonstruksi kembali reconstruct pengetahuan, khususnya dalam memecahkan masalah
yang dihadapi. Dengan demikian melalui beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode TAPPS dengan interaksi dan kolaborasinya,
baik itu yang dilakukan guru kepada siswa, maupun siswa yang satu kepada siswa yang lainnya dalam hal ini listener dan problem solver mampu
17
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Presentasi Pustaka, 2007, h.26.
mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa dalam menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran matematika yang diberikan
oleh guru pada saat proses pembelajaran di sekolah.
e. Desain Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS dalam
Proses Pembelajaran
Dalam menerapkan metode TAPPS di kelas, yang perlu diperhatikan adalah prosedur pelaksanaan metode tersebut agar terlaksana dengan baik.
Yang patut dikembangkan dan diterapkan kepada siswa adalah bagaimana siswa bekerja sama satu sama lain agar termotivasi untuk secara
berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog serta untuk mengembangkan
keterampilan social dan keterampilan berpikir dalam menyelesaikan masalah pada pembelajaran matematika.
Adapun langkah-langkah atau prosedur pembelajaran matematika dengan menggunakan metode TAPPS secara garis besar dapat digambarkan
sebagai berikut:
Tabel 2.2 Tahapan Pelaksanaan Metode TAPPS
Tahapan Kegiatan Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
- Guru dan siswa berdoa bersama. - Guru mengabsen siswa.
- Guru menyampaikan
standar kompetensi
dan kompetensi dasar sebagai tujuan pembelajaran.
- Guru menyampaikan apersepsi dan motivasi kepada siswa.
- Menginformasikan kepada siswa behwa metode yang akan digunakan pada setiap pertemuan yaitu metode
TAPPS dan menyampaikan prosedur pelaksanaannya.
Kegiatan Inti
Eksplorasi: - Guru memberikan lembar kerja kepada masing-
masing siswa dan memberikan sedikit penjelasan mengenai lembar kerja siswa LKS tersebut.
- Siswa menggali pengetahuan awal melalui lembar kerja siswa LKS yyang telah diberikan guru.
Elaborasi: - Guru membagi siswa secara berpasangan menjadi