Indikator Inference Pembahasan Penelitian

mengecek kembali apakah konsep yang digunakan sudah benar.Berbeda dengan jawaban kelas eksperimen yang secara keseluruhan siswa mengecek kembali konsep yang digunakan sehingga dapat terlihat perbedaanya. Presentasi skor rata-rata kemampuan berpikir kritis untuk indikator overview kelas eksperimen sebesar 64,24 sedangkan kelas kontrol sebesar 44,57. Hal ini memperlihatkan bahwa siswa kelas eksperimen lebih mampu dalam mengecek apa yang telah ditemukan, diputuskan, dipertimbangkan, dipelajari, dan disimpulkan. Sedangkan pada indikator overview kelompok wanita juga mencapai presentase rata-rata skor yang lebih tinggi dibandingkan kelompok pria yaitu sebesar 50,9 sedangkan presentase skor kelompok wanita sebesar 57,14. Hal ini berarti bahwa kelompok wanita lebih mampu mengecek apa yang telah ditemukan, diputuskan, dipertimbangkan, dipelajari, dan disimpulkan. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa metode pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat berpengaruh positifterhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bahwa siswa pada kelompok wanita mendapatkan presentase skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok pria. Siswa mampu memenuhi setiap aspek dalam metode pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS meliputi aspek focus, yaitu kemampuan siswa dalam menentukan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Kedua yaitu aspek reason, kemampuan siswa memberikan alasan tentang jawaban yang dikemukakan. Aspek yang ketiga adalah inference yaitu membuat kesimpulan dari informasi yang tersedia dengan cara membuat langkah-langkah dalam penyelesaian. Selanjutnya adalah aspek situation, yaitu kemampuan siswa menjawab soal sesuai konteks permasalahan, dapat mengungkapkan situasi atau permasalahan dengan menggunakan bahasa matematika dan mampu menjawab soal-soal matematika aplikasi. Aspek clarity dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode TAPPS yaitu kemampuan siswa dalam memberikan kejelasan lebih lanjut baik definisi atau keterkaitan konsep. Aspek terakhir dalam metode TAPPS adalah overview, yaitu kemampuan siswa dalam mengecek apa yang telah ditemukan, diputuskan, dipertimbangkan, dipelajari, dan disimpulkan. Berdasarkan penjelasan mengenai analisis hasil jawaban siswa yang telah dijelaskan sebelumnya, menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan metode pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS memiliki kemampuan berpikir kritis matematika yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajar dengan metode diskusi kelompok. Sedangkan siswa pada kelompok wanita memiliki kemampuan berpikir kritis matematika yang lebih tinggi dibandingkan siswa kelompok pria. Penelitian ini berkaitan dengan penelitian sebelumnya yang relevan yaitu penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ” karya Rosita Mahmudah. Perbandingan antara kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang diajar menggunakan metode TAPPS dengan kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving dapat dilihat berdasarkan indikator FRISCO yang telah diukur pada kedua penelitian ini. Berdasarkan selisih kenaikan presentase skor siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen pada tiap indikator, untuk indikator yang pertama yaitu focus hasil selisih antara kedua kelas saat menggunakan metode TAPPS yaitu 3,56 sedangkan saat menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving selisihnya sebesar 14,77. Pada indikator kedua yaitu Reason hasil selisih antara kedua kelas saat menggunakan metode TAPPS sebesar 19,73 sedangkan saat menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving hasil selisihnya sebesar 4,48. Indikator ketiga yaitu Inference, pada metode TAPPS terdapat kenaikan presentase sebesar 27,78 sedangkan pada penggunaan model pembelajaran Creative Problem Solving mengalami penurunan presentase sebesar 3,57. Untuk indikator keempat yaitu Situation terdapat kenaikan presentase sebesar 11,44 untuk penggunaan metode TAPPS dan 13,28 untuk model pembelajaran Creative Problem Solving. Indikator kelima yaitu Clarity, kenaikan presentase pada metode TAPPS sebesar 18,41 sedangkan pada model

Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE TAPPS TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

3 27 213

Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Dengan Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps)

8 37 157

Pengaruh Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Matematik Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen Di Kelas Xi Ipa Sma Muhammadiyah 25 Pamulang)

3 26 192

Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Matematis Berdasarkan Level Kognitif Siswa Di Mts Hidayatul Umam

2 14 203

Pengaruh metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa

2 17 0

PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA.

0 3 48

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENERAPAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DISERTAI HYPNOTEACHING (HYPNO-TAPPS.

7 24 42

STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KELANCARAN BERPROSEDUR DAN KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA SMP.

2 8 62

PENGARUH STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) TERHDAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP.

6 17 132

PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA - repository UPI T MAT 1103456 Title

0 0 4