Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelompok Wanita

2 4 6 8 10 20 40 60 80 100 Fr e ku e n si Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Skor Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelompok Pria dan Kelompok Wanita

6. Tahapan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelompok Pria dan

Kelompok Wanita Kemampuan berpikir kritis matematika dalam penelitian ini didasarkan pada enam indikator yaitu focus, reason, inference, situation, clarity, dan overview FRISCO. Skor kemampuan berpikir kritis matematika pada kelompok pria dan kelompok wanita ditinjau dari indikator FRISCO disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.8 Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Berdasarkan Indikator FRISCO Kelompok Pria dan Kelompok Wanita No. Indikator Skor Ideal Pria Wanita Skor Siswa ̅ Skor Siswa ̅ 1. Focus 10 210 21 63,63 270 27 77,14 2. Reason 10 147 14,7 44,54 194 19,4 55,43 3. Inference 5 84 16,8 50,9 92 18,4 52,57 4. Situation 10 142 14,2 43,03 179 17,9 51,14 5. Clarity 5 90 18 54,54 123 24,6 70,28 6. Overview 5 84 16,8 50,9 100 20 57,14 Kelompok Pria Kelompok Wanita Tabel 4.8 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelompok pria dan kelompok wanita ditinjau dari indikator FRISCO. Setiap indikator FRISCO memiliki skor ideal yang berbeda- beda. Hal ini dikarenakan setiap indikator diwakilkan oleh jumlah soal yang berbeda pula. Untuk indikator focus, yaitu kemampuan siswa menentukan suatu konsep yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan,diwakilkan oleh 2 soal dengan skor maksimum tiap soal adalah 5 sehingga skor ideal per siswa untuk indikator focus adalah 10, sedangkan skor ideal seluruh siswa adalah 10 x 33 siswa = 330 untuk kelompok pria dan 10 x 35 siswa = 350 untuk kelompok wanita. Untuk indikator lainnya sama dengan perhitungan indikator focus. Siswa yang mampu mencapai indikator focus pada kelompok pria sebesar 63,63 dari seluruh siswa sedangkan pada kelompok wanita lebih sbesar yaitu sebesar 77,14, artinya siswa pada kelompok wanita lebih mampu menentukan suatu konsep yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan. Untuk indikator reason, yaitu kemampuan siswa memberikan alasan tentang jawaban yang dikemukakan, presentase skor rata-rata siswa kelompok pria sebesar 44,54, skor ini lebih rendah dibandingkan kelompok wanita sebesar 55,43. Presentase skorrata-rata siswa kelompok pria untuk indikator inference sebesar 50,9, sedangkan kelas kontrol sebesar 52,57. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelompok wanita untuk indikator inference, yaitu kemampuan membuat kesimpulan dari informasi yang tersedia dengan cara membuat langkah-langkah dalam penyelesaian lebih tinggi dibandingkan kelompok pria. Presentase skor rata-rata siswa untuk indikator situation, yaitu kemampuan menjawab soal sesuai konteks permasalahan, dapat mengungkapkan situasi atau permasalahan dengan menggunakan bahasa matematika dan mampu menjawab soal-soal matematika aplikasi, kelompok pria sebesar 43,03,sedangkan kelas kontrol sebesar 51,14. Untuk indikator clarity, yaitu kemampuan siswa memberikan kejelasan lebih lanjut baik definisi atau keterkaitan konsep, kelompok wanita lebih tinggi dibandingkan kelompok pria. Hal ini terlihat dari presentase skor rata-rata siswa kelompok pria sebesar 54,54, sedangkan kelompok wanita sebesar 70,28. Pada indikator overview kelompok wanita juga mencapai presentase rata-rata skor yang lebih tinggi dibandingkan kelompok pria yaitu sebesar 50,9 sedangkan presentase skor kelompok wanita sebesar 57,14. Hal ini berarti bahwa kelompok wanita lebih mampu mengecek apa yang telah ditemukan, diputuskan, dipertimbangkan, dipelajari, dan disimpulkan.

B. Hasil Pengujian Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa

a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen

Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji chi-squere, dari hasil pengujian untuk kelas eksperimen diperoleh 2 hitung sebesar 5,56. Sedangkan dari tabel Harga kritis uji chi-squere diperoleh 2 tabel untuk dk = 3 pada taraf signifikan α = 0,05 adalah 9,49. Karena 2 hitung kurang dari 2 tabel 5,56 9,49, maka dapat disimpulkan bahwa data kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Normalitas Kelas Kontrol

Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji chi-squere, dari hasil pengujian untuk kelas kontrol diperoleh 2 hitung sebesar 7,95. Dari tabel Harga kritis uji chi-squere diperoleh 2 tabel untuk dk = 3 pada taraf signifikan α = 0,05 adalah 9,49. Karena 2 hitung kurang dari 2 tabel 7,95 9,49, maka dapat disimpulkan bahwa data kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan dari uji normalitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelompok dk 2 hitung 2 tabel α = 5 Kesimpulan Eksperimen 3 5,56 9,49 Berdistribusi Normal Kontrol 3 7,95 9,49 Karena pada kedua kelompok 2 hitung kurang dari 2 tabel maka dapat disimpulkan bahwa data populasi kedua kelompok berdistribusi normal.

c. Uji Normalitas Kelompok Pira dan Kelompok Wanita

Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji chi-squere, dari hasil pengujian untuk kelompok pria diperoleh 2 hitung sebesar 8,55. Sedangkan dari tabel Harga kritis uji chi-squere diperoleh 2 tabel untuk dk = 3 pada taraf signifikan α = 0,05 adalah 9,49. Karena 2 hitung kurang dari 2 tabel 8,55 9,49, maka dapat disimpulkan bahwa data kelompok pria berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelompok wanita, diperoleh 2 hitung sebesar 8,88. Dari tabel harga kritis uji chi-squere diperoleh 2 tabel untuk dk = 3 pada taraf signifikan α = 0,05 adalah 9,49. Karena 2 hitung kurang dari 2 tabel 8,88 9,49, maka dapat disimpulkan bahwa data kelompok wanita juga berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan dari uji normalitas antara kelompok pria dan kelompok wanita dapat dilihat pada tabel berikut:

Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE TAPPS TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

3 27 213

Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Dengan Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps)

8 37 157

Pengaruh Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Matematik Siswa (Penelitian Quasi Eksperimen Di Kelas Xi Ipa Sma Muhammadiyah 25 Pamulang)

3 26 192

Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Matematis Berdasarkan Level Kognitif Siswa Di Mts Hidayatul Umam

2 14 203

Pengaruh metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa

2 17 0

PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA.

0 3 48

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENERAPAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DISERTAI HYPNOTEACHING (HYPNO-TAPPS.

7 24 42

STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KELANCARAN BERPROSEDUR DAN KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA SMP.

2 8 62

PENGARUH STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) TERHDAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP.

6 17 132

PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA - repository UPI T MAT 1103456 Title

0 0 4