Keanekaragaman tipe habitat Tumbuhan Obat

Spesies lainnya yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis adalah spesies dari famili Euphorbiaceae. Tidak kurang dari 151 spesies dari famili Euphorbiaceae yang tercakup dalam 44 marga berpotensi sebagai obat tradisional Djarwaningsih 2007. Bahkan menurut Zuhud 2009 famili Euphorbiaceae merupakan suku terbanyak kedua spesies tumbuhan obat di hutan tropika Indonesia dengan jumlah mencapai 94 spesies. Spesies yang ditemukan di hutan dari famili Euphorbiaceae adalah ketumbi Phylanthus urinaria Gambar 31a dan lekong Aleurites moluccana Gambar 31b. Kedua spesies ini digunakan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit malaria, luka dan luka bakar, gatal-gatal serta menghaluskan kulit. Menurut Djarwaningsih 2007, spesies Phylanthus urinaria dan Aleurites moluccana telah dilakukan penelitian secara farmakologi dan hasilnya cukup signifikan dengan pemanfaatannya secara empirik yakni sebagai penyubur rambut, diuretik dan peluruh batu kandung kemih. a b Gambar 31 Spesies tumbuhan obat di hutan dari famili Euphorbiaceae: a ketumbi Phylanthus urinaria; b lekong Aleurites moluccana.

5.3.3 Keanekaragaman tipe habitat

Tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis untuk mengobati berbagai macam penyakit berasal dari berbagai tipe habitat. Ada yang tumbuh di hutan, kebun, kolam ikan, lapangan bola, pekarangan, pingir jalan dan pinggir kali hingga di sawah, seperti tersaji dalam Gambar 32. Gambar 32 Persentase tumbuhan obat berdasarkan tipe habitat. Tipe habitat paling banyak adalah di kebun. Jumlah spesiesnya mencapai 30. Tipe habitat terbanyak kedua adalah di hutan mencapai 27. Ada juga yang tumbuh dan berkembang di pekarangan warga sebanyak 19, sawah 10 dan pinggir jalan 9. Spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat di desa ini, baik itu di kebun, pekarangan atau lokasi lainnya yang diindikasikan sebagai hasil budidaya masyarakat, sebagian besar merupakan spesies liar yang tumbuh dan berkembang di lokasi-lokasi tersebut. Artinya sekalipun berada di kebun atau di pekarangan, spesies tumbuhan obat yang tumbuh tidak semua merupakan hasil budidaya melainkan ada beberapa spesies liar yang tumbuh di tempat itu. Adapun spesies tumbuhan obat yang berada di kebun dan dibudidayakan oleh masyarakat adalah tumbuhan obat yang juga berfungsi sebagai pangan seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan rempah-rempah atau juga tumbuhan obat yang kayunya bernilai komersil. Beberapa spesies tersebut di antaranya bengkoang Pachyrhizus erosus yang digunakan untuk mencerahkan muka, bokarsondak Lagenaria leucantha yang digunakan untuk panas dalam dan tipus, kunyit Curcuma domestica untuk mengobati berbagai jenis penyakit termasuk pengobatan ibu pasca melahirkan serta mahoni Swietenia macrophylla yang bijinya digunakan sebagai anti nyamuk dan malaria. Hutan 27 Kebun 30 Lapangan bola 1 Pinggir jalan 9 Pinggir kali 3 Sawah 10 Pekarangan 19 Kolam ikan 1 Dominannya spesies liar terutama yang berasal dari hutan dibuktikan dari data status budidaya spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat seperti tersaji pada Gambar 33 berikut ini. Gambar 33 Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan obat berdasarkan status budidaya. Indikasi dominannya spesies liar yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani TNGR khususnya yang tinggal di Desa Jeruk Manis menunjukkan bahwa intensitas warga masyarakat untuk memasuki kawasan hutan TNGR kaitannya dengan pengambilan tumbuhan yang dipercaya berkhasiat obat tersebut juga cukup tinggi. Dari hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat pinggiran hutan seperti di Desa Jeruk Manis memiliki ketergantungan yang besar terhadap hutan beserta isinya untuk memenuhi kebutuhan akan obat-obatan tradisional yang berlangsung sejak dahulu dari nenek moyang mereka hingga saat ini. Bahkan menurut Zuhud 2011 hutan telah menyediakan berbagai kebutuhan manusia sejak berabad-abad.

5.3.4 Kelompok penyakit