Keanekaragaman habitus Sumber karbohidrat

Beberapa spesies tumbuhan pangan yang digunakan bagian daunnya oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis, umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sayur mayur. Dominasi terbanyak dari spesies yang digunakan daunnya ini merupakan spesies liar yang salah satunya tumbuh dan berasal dari kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR. Beberapa spesies tersebut di antaranya adalah jaong Rorippa indica, jukut hutan Syzygium sp., kayu pelina Ardisia lanceolata Gambar 18a, ketepu Ophiorrhiza neglecta Gambar 18b dan banyut Tricalysia singularis. a b Gambar 18 Spesies tumbuhan pangan hutan yang digunakan bagian daunnya: a kayu pelina Ardisia lanceolata; b ketepu Ophiorrhiza neglecta.

5.2.5 Keanekaragaman habitus

Spesies tumbuhan pangan dibagi dalam 7 kelompok habitus yaitu epifitbenalu, herba, liana, pakis-pakisan, perdu, pohon dan semak. Jumlah spesies dan persentase tumbuhan pangan berdasarkan habitusnya terdapat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah spesies dan persentase tumbuhan pangan berdasarkan habitusnya No. Habitus Tumbuhan Pangan Jumlah spesies Persentase 1 Efipitbenalu 2 2 2 Herba 40 29 3 Liana 20 15 4 Pakis-pakisan 1 1 5 Perdu 25 18 6 Pohon 40 29 7 Semak 8 6 Jumlah 136 100 Habitus dengan jumlah spesies terbanyak adalah pohon dan herba yakni sama-sama 40 spesies atau 29 dari total tumbuhan pangan yakni 136 spesies. Beberapa spesies tumbuhan pangan yang berhabitus pohon adalah gumitri Elaeocarpus sp., kayu manis Cinnamomum burmannii, cengkeh Syzygium aromaticum, nangka Artocarpus heterophyllus, pokat Persea americana, durian Durio zibethinus, randu Ceiba Pentandra dan lekong Aleurites moluccana. Spesies-spesies berhabitus pohon di atas merupakan spesies yang berada di hutan. Bahkan oleh Taman Nasional Gunung Rinjani memasukkan nangka Artocarpus heterophyllus, pokat Persea americana, durian Durio zibethinus, randu Ceiba Pentandra dan lokong Aleurites moluccana sebagai spesies- spesies eksotik kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR. Habitus yang memiliki jumlah spesies paling sedikit adalah pakis-pakisan 1 spesies. Spesies tersebut adalah pakispaku bele atau paku manis Diplazium esculentum.

5.2.6 Sumber karbohidrat

Padi merupakan makanan pokok dan sumber karbohidrat utama masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis yang diperoleh dari mata pencaharian mereka yaitu bertani. Pemenuhan kebutuhan akan karbohidrat lainnya selain padi Oryza sativa terdapat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Pemenuhan kebutuhan karbohidrat selain padi Oryza sativa No. Spesies Tipe habitat 1. Ambon gula Ipomoea batatas hutan, Kebun, Pinggir jalan semi budidaya 2. Ambon jawa Manihot utilisima kebun, pekarangan budidaya 3. Biraq Alocasia Portora hutan, kebun, pekarangan semi budidaya 4. Gadung Dioscorea hispida hutan, kebun semi budidaya 5. Jagung Zea mays kebun budidaya 6. Loma` Xanthosoma violaceum kebun, pekarangan, pinggir kali semi budidaya 7. Marus Maranta arundinacea pinggir kali liar 8. Tongei Schismatoglottis rupestris hutan, kebun liar Padi yang sering ditanam oleh masyarakat di desa ini terbagi dalam empat varietas. Keempat varietas tersebut biasa dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama padi bulu, padi gama, padi merah dan padi kombo. Hasil panen padi biasanya tidak dijual oleh masyarakat melainkan disimpan untuk memenuhi kebutuhan beras sampai dengan tiba masa panen selanjutnya. Hasil panen yang disimpan tersebut tidak dalam bentuk beras langsung melainkan gabah kering. Hal ini dilakukan agar beras yang dimakan tetap bagus dan tidak rusak. Biasanya masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis menyimpan gabah di suatu tempat semacam lumbung padi yang dibe ri nama “pantek bale” Gambar 19. Struktur bangunan yang menyerupai saung ini berbahan dasar kayu. Bagian yang digunakan sebagai tempat menyimpan gabah adalah bagian atas. Sementara bagian bawahnya menjadi tempat peristirahatan atau sekedar untuk duduk dan bercengkerama dengan keluarga. Gambar 19 Pantek bale. Proses pengolahan ambon gula, ambon jawa, biraq, gadung, jagung, loma`, marus dan tongei dilakukan dengan cara direbus, dikukus atau dibakar. Dalam pengolahan biraq ada sedikit perbedaan dengan sumber karbohidrat lainnya. Umbi dari tumbuhan ini tidak sembarangan dapat langsung diolah karena bila salah akan menimbulkan rasa gatal bagi orang yang memakannya. Kearifan tradisional atau kebiasaan orang tua terdahulu dalam mengolah tumbuhan ini, menjadi pengalaman berharga yang tidak ternilai harganya. Biraq yang digunakan umbinya, saat akan diambil atau dipotong menggunakan parang harus mengikuti arah bawah ke atas. Artinya ayunan parang yang digunakan harus mengarah ke atas, bukan ke bawah. Kepercayaan ini ada kaitannya dengan mitos bahwa arahan parang dari bawah ke atas, dapat menghilangkan rasa gatal tumbuhan ini. Mereka mempercayai seiring dengan tebasan parang tersebut yang diarahkan ke atas, maka rasa gatal pada tumbuhan pun ikut pergi atau hilang. Umbi biraq yang telah diambil juga dikupas lebih tebal dan direndam beberapa saat agar rasa gatal tersebut semakin hilang. Kebiasaan seperti ini sudah menjadi cerita dan sering dilakukan oleh beberapa masyarakat yang mempercayainya ketika akan mengambil atau mengkonsumsi biraq. Selain biraq, gadung yang dikonsumsi oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis ini tidak serta merta langsung dapat direbus. Diperlukan perlakuan khusus terlebih dahulu karena bila salah pengolahannya dapat membuat orang yang memakannya menjadi pusing atau keracunan. Menurut Kardinan 2002, kandungan yang terdapat dalam umbi gadung adalah kandungan alkaloid yang dapat menimbulkan rasa pusing, mual, bahkan dapat menyebabkan kematian. Cara yang biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis untuk menghilangkan efek tersebut dengan cara umbi gadung yang telah dikupas, diiris kecil-kecil kemudian direndam dalam air yang telah dibuburi garam. Dalam masa perendaman tersebut, gadung diinjak menggunakan lutut kaki. Hal ini berlangsung selama satu hari. Setelah melewati semua proses tersebut, keesokan harinya barulah gadung dicuci kembali bilas dengan air bersih dan direbus. Tujuan perendaman adalah untuk menghilangkan zat beracun dalam gadung.

5.2.7 Sumber protein