yang dilewati warga masih berupa tanah liat yang barang tentu akan sangat susah dilewati pada saat musim hujan tiba. Tidak kurang dari 12 km jarak yang harus
ditempuh warga setiap harinya bila ingin mencapai ibukota kecamatan yang berada di Sikur. Jarak ini dapat ditempuh sekitar 0,5 jam dengan menggunakan
kendaraan bermotor. Biasanya masyarakat yang hilir mudik keluar desa adalah masyarakat yang mencari rezeki di luar seperti menjual hasil panen atau sekedar
pergi berbelanja ke pasar untuk kebutuhan rumah tangga.
4.2.3 Budaya masyarakat
Penduduk asli yang mendiami Pulau Lombok adalah Suku Sasak, tidak
terkecuali masyarakat yang tinggal d i desa-desa sekitar TNGR, seperti Desa Jeruk Manis yang menjadi lokasi penelitian ini.
Kata “Sasak” secara etimilogis menurut Dr. Goris S. berasal dari kata “Sah” yang berarti pergi dan “Shaka” yang
berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah leluhur orang Sasak Lombok. Dari etimologis ini di duga leluhur orang Sasak adalah orang Jawa. Terbukti pula dari
tulisan Sasak yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan Sasak Aloevera 2011.
Mayoritas Suku Sasak beragama Islam, namun demikian dalam kenyataannya pengaruh Islam juga berakulturasi dengan kepercayaan lokal
sehingga terbentuk aliran seperti wektu telu, jika dianalogikan seperti abangan di Jawa. Pada saat ini keberadaan wektu telu sudah kurang mendapat tempat karena
tidak sesuai dengan syariat Islam. Pengaruh Islam yang kuat menggeser kekuasaan Hindu di Pulau Lombok, hingga saat ini dapat dilihat keberadaannya
hanya di bagian barat Pulau Lombok saja khususnya di Kota Mataram. Agama Islam yang dianut mayoritas Suku Sasak berdasarkan sejarahnya
berasal dari Jawa pada masa kerajaan Islam Demak abad ke 16. Konon agama Islam disebarkan oleh Sunan Prapen, sehingga budaya masyarakat tidak lepas
dengan budaya Islam seperti peringatan maulid nabi, lebaran topat, selamatan, dan perkawinan yang melebur menjadi satu dalam suatu akulturasi budaya.
Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Rinjani, kehidupan mereka tidak lepas dari hutan. Di hutan mereka mencari buah-buahan, kayu untuk bahan
bangunan, kayu bakar, rumput pakan ternak dan berburu satwa liar, khususnya di kawasan TNGR Pramesthi 2008.
4.2.4 Tata guna lahan
Penataan lahan
sangat penting
untuk mempercepat
konstruksi pembangunan. Sebagian besar pemanfaatan lahan di Desa Jeruk Manis adalah
untuk area pusat desa, persawahan, pemukiman, perkebunan, pekarangan, kuburan dan prasarana umum lainnya. Dari total luas desa yakni 256,66 Ha, pembagian
tersebut terdiri dari kantor desa 0,32 Ha, persawahan 160,67 Ha, pemukiman 9 Ha, perkebunan 75,49 Ha, pekarangan 6 Ha, kuburan 3 Ha dan prasarana umum
lainnya seluas 2,18 Ha Tabel 3. Berikut diuraikan tentang tata guna lahan di Desa Jeruk Manis.
Tabel 3 Tata guna lahan berdasarkan luasnya
No. Penggunaan lahan
Luas Ha 1.
Sawah 160,67
2. Kebun
75,49 3.
Pemukiman 9
4. Pekarangan
6 5.
Kuburan 3
6. Kantor
0,32 7.
Prasarana lain 2,18
a. Area pusat Desa Jeruk Manis
Pusat kegiatan desa berada di Dusun Kebun Baru sebagai pusat pelayanan pemerintahan desa. Pada area pusat Desa Jeruk Manis terdapat beberapa fasilitas
umum, yaitu: 1.
Kantor desa 2.
MCK umum 3.
Sarana biogas dari kotoran ternak sapi b.
Areal persawahan Persawahan berada menyebar merata di desa ini. Umumnya keberdaan
sawah berada di pinggir desa yang berbatasan langsung dengan desa lainnya. Sawah juga bertempat pada lokasi-lokasi aliran air seperti sungai dan lain-lain.
Keseluruhan lahan persawahan ini digarap dengan sistem irigasi ½ teknis.
c. Areal pemukiman
Area perumahan dikembangkan dan diprioritaskan pada areal pemukiman lama dan untuk pembangunan rumah baru diarahkan pada areal yang masih
kosong. d.
Areal perkebunan Areal perkebunan di Desa Jeruk Manis umumnya tidak begitu jauh dari
sawah, bahkan kadang berdampingan. Namun beberapa kebun lebih dekat dengan pemukiman bahkan terkadang pada beberapa warga lokasi kebunnya berada di
sebelah rumah atau di belakang rumahnya. Sektor perkebunan, di Desa Jeruk Manis dapat dikembangkan kebun seperti coklat, pisang, pinang, kelapa,
tembakau atau dapat juga mengembangkan kebun campuran tumpang sari pada lokasi yang sama.
e. Areal pekarangan
Bagian depan halaman atau pekarangan rumah di Desa Jeruk Manis umumya ditanami dengan spesies tumbuhan pangan seperti sayuran dan buah.
Terkadang terdapat juga warga yang menempatkan tumbuhan hias. Selain untuk penggunaan di atas, beberapa dari pekarangan warga khususnya dibagian
belakang rumah juga sering ditemukan kandang sapi atau ternak lainnya. Masyarakat umumnya memelihara ternak tidak jauh dari rumah bahkan
pekarangan juga dijadikan tempat untuk memelihara ternak. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemeliharaan serta pengawasan terhadap ternak tersebut.
f. Kuburan
Kuburan hanya digunakan sebagai tempat pemakaman warga yang meninggal dunia. Kuburan ini bertempat di Dusun Kebun Baru dan berada di
pinggir desa. g.
Prasarana umum lainnya Prasarana umum lainnya adalah lapangan olahraga dan bangunan sekolah.
Lapangan olahraga bertempat pada node yang menghubungkan 3 dusun yakni Kebun Baru, Gawah Buak dan Erat Tangge Mayung. Sementara itu bangunan
sekolah berada di Dusun Kebun Baru SD dan Gawah Buak SMP.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden 5.1.1
Jenis kelamin
Hasil wawancara terhadap 32 responden di Desa Jeruk Manis menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan. Jumlah responden laki-laki sebanyak 23 orang 72 dan jumlah responden perempuan sebanyak 9 orang 28 Gambar 2. Jumlah responden
laki-laki lebih dominan karena laki-laki di desa ini lebih banyak berperan dalam mencari, menyediakan serta meramu tumbuhan menjadi minyak oles yang
dipercaya dapat mengobati berbagai macam penyakit. Dua orang belian dukun sebagai responden kunci key informan yang mengetahui banyak informasi
tentang pemanfaatan tumbuhan juga berjenis kelamin laki-laki.
Gambar 2 Persentase responden berdasarkan jenis kelamin.
Pembagian tugas dan kewajiban pada dasarnya tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Hanya saja konstruksi di dalam kehidupan masyarakat
luas sejak dahulu menyatakan bahwa laki-laki identik dengan pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik sedangkan pekerjaan yang memerlukan ketelitian
dan ketekunan lebih banyak dikerjakan oleh perempuan. Laki-laki dan perempuan sama-sama berperan dalam mengerjakan kegiatan
masing-masing. Bahkan dari bukti empiris, perempuan di Desa Jeruk Manis pun turut membantu laki-laki dalam upaya pemenuhan kebutuhan atau meningkatkan
pendapatan keluarganya. Perempuan turut serta membantu laki-laki dalam
Laki-laki 72
Perempuan 28