Tumbuhan obat Pemanfaatan Tumbuhan

2.3.2 Tumbuhan obat

Tumbuhan obat menurut Depkes RI sebagaimana yang tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 149SKMenkesIV1978 adalah sebagai berikut: a Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu b Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat prokursor c Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut digunakan sebagai obat Zuhud et al. 1994 menjelaskan bahwa tidak kurang dari 1260 spesies tumbuhan yang sudah diketahui bermanfaat sebagai bahan baku obat-obatan. Tumbuhan obat tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yakni: 1. Tumbuhan obat tradisional: spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan obat tradisional. 2. Tumbuhan obat modern: spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis. 3. Tumbuhan obat potensial: spesies tumbuhan yang diduga mengandung atau memiliki khasiat obat tetapi belum dapat dibuktikan secara medis. Tumbuhan obat sejak zaman dahulu memainkan peranan penting dalam menjaga kesehatan, mempertahankan stamina dan mengobati penyakit. Oleh karena itu penggunaan tumbuhan obat sebagai bahan baku obat tradisional masih berakar kuat dalam kehidupan masyarakat saat ini. Semula, untuk kelangsungan hidupnya, manusia menggantungkan semua keperluan pada alam sekitarnya, termasuk untuk menjaga kesehatan Pramesthi 2008. Sejalan dengan sejarah perkembangan manusia, pengetahuan tentang penyakit dan pengalaman tentang pengobatan penyakit, semakin lama semakin banyak ragamnya, sesuai dengan budaya, kemampuan bangsa, lingkungan, serta ragam flora dan fauna yang ada. Pengolahan tumbuhan obat sebelum dikonsumsi, dapat berbagai macam cara. Mulai dari daun atau bunga yang direbus, sari yang diperas dari daun dan tapal yang dapat diperoleh dari akar atau kulit kayu atau juga bahan simplisia yakni bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat yang belum mengalami proses apapun kecuali dikeringkan Depkes RI 1980. Pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan obat ini merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, yang secara turun-temurun telah diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya termasuk generasi saat ini. Rostiana et al. 1992 menambahkan bahwa di antara jenis-jenis simplisia yang dominan penggunaannya, selama kurun waktu lima tahun 1985-1990 terdapat enam spesies yang sudah memasyarakat pembudidayaannya yaitu temulawak, jahe, lengkuas, kencur dan kunyit dari famili zingiberaceae serta ada dari famili umbelliferae. Setiap suku di Indonesia memiliki pengetahuan yang berbeda-beda tentang pengobatan tradisional, termasuk pengetahuan mengenai tumbuhan obat. Hal ini bisa dilihat dari perbedaan ramuan untuk mengobati penyakit yang sama. Semakin beragam ramuan yang digunakan untuk mengobati penyakit tertentu, maka peluang menyembuhkan suatu penyakit pun menjadi semakin besar. Hal ini karena suatu ramuan belum tentu cocok untuk semua orang. Berdasarkan intensitas pemanfaatannya, Aliadi dan Roemantyo 1994 membagi masyarakat pemanfaat tumbuhan obat menjadi tiga kelompok, yaitu: a Kelompok masyarakat asli yang hanya menggunakan pengobatan tradisional, umumnya tinggal di pedesaan atau daerah terpencil yang tidak memiliki sarana dan prasarana kesehatan b Kelompok masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional dalam skala keluarga, yang umumnya tinggal di daerah pedesaan dengan sarana dan prasarana kesehatan terbatas c Kelompok industriawan obat tradisional

2.4 Tri-Stimulus Amar Pro-Konservasi

Konsep Tri-Stimulus Amar Konservasi digunakan sebagai alternatif pengelolaan lingkungan hidup yang efektif demi terwujudnya keberlanjutan sumberdaya alam hayati dan kesejahteraan masyarakat Zuhud 2007. Tiga komponen stimulus yang mendorong terwujudnya konservasi yaitu stimulus