Sebelum masa panen tiba, pohon durian dan manggis di Desa Jeruk Manis ini biasanya telah laku terjual, atau dengan kata lain dipesan lebih dulu oleh para
tengkulak. Tengkulak ini berasal dari berbagai daerah. Tidak hanya dari sekitar Lombok Timur namun ada juga yang berasal dari Kota Mataram. Biasanya warga
masyarakat di desa ini memiliki langganan setiap musim panennya, sehingga mereka tidak perlu khawatir hasil panennya tidak laku.
Buah lainnya yang banyak dibudidayakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis adalah pisang Musa spp.. Masyarakat di Desa ini gemar
mengkonsumsi buah pisang. Hal ini terlihat dari beragamnya varietas pisang yang ditanam oleh warga. Setidaknya ada 9 spesies pisang atau dalam bahasa lokalnya
punti yang ditanam oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis. Mulai dari punti tembaga, punti ketip, punti kredi, punti lumut, punti gedang, punti mas, punti raja,
punti birah dan punti susu. Serupa dengan buah durian dan manggis, selain untuk dikonsumsi sendiri, hasil dari panen pisang ini pun dijual ke tengkulak atau ke
pasar. Beberapa dari buah-buahan yang dikonsumsi warga masyarakat Suku Sasak
di Desa Jeruk Manis mempunyai fungsi sekunder sebagai sayur-sayuran, di antaranya adalah buah dan pucuk daun gedang Carica papaya, jantung pisang
“kosong” Musa spp. dan nangka muda Artocarpus heterophyllus. Sayur- sayuran tersebut dapat diolah secara langsung menjadi masakan, terutama
disantan kla santan.
5.2.8.2 Penghasil sayur-sayuran
Sayur-sayuran yang dikonsumsi oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis pada umumnya telah dibudidayakan dengan ditanam di kebun atau di
pekarangan rumah. Selain itu, di antara sayur-sayuran tersebut terdapat juga yang masih tumbuh liar terutama di kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR.
Beberapa spesies sayur-sayuran yang digunakan oleh warga masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral
tersaji pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9 Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis
No. Spesies
Tipe habitat 1.
Bilong Solanum retroflexum pekarangan, pinggir jalan, sawah liar
2. Emat Daemonorops sp.
hutan liar 3.
Jamur ekor Pleurotus ostreatus hutan liar
4. Jamur kuping Auricularia auricula-judae hutan, kebun liar
5. Pakis Diplazium esculentum
hutan, pinggir kali liar 6.
Pepao Emilia sonchifolia hutan, kebun, pinggir jalan, sawah liar
Catatan: Sayuran selengkapnya tersaji pada Lampiran 4
Pakispaku bele Diplazium esculentum merupakan tumbuhan pangan potensial yang dapat dikembangkan. Spesies ini cukup melimpah dan setiap
harinya diburu oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis. Mulai dari orang tua, dewasa, remaja, bahkan anak kecil, laki-laki ataupun perempuan sering terlihat
hiruk pikuk memasuki kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR hanya untuk mencari pakis Gambar 21.
Gambar 21 Warga masyarakat yang mengambil pakis.
Tingginya antusiasme masyarakat Desa Jeruk Manis, memasuki kawasan hutan untuk mencari pakis, bukan tanpa alasan. Pola konsumsi warga yang
terbiasa mengkonsumsi pakis merupakan alasan utamanya. Mereka menganggap
bahwa pakis merupakan sayur yang manis. Hal ini pula kemudian yang menjadi penyebab pakis ini juga dinamai pakis manis oleh masyarakat setempat.
Menurut Cakradinata 2006, pakis merupakan salah satu potensi hasil hutan non kayu yang cukup besar dan sampai saat ini belum tersentuh oleh teknologi
seperti dalam bentuk pengolahan atau pengemasannya karena tumbuhan ini tidak tahan disimpan lama, maksimal hanya 24 jam. Pakis merupakan salah satu bahan
pokok makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat Pulau Lombok bahkan sampai ke Pulau Sumbawa.
Tingginya tingkat permintaan akan pakis juga membuat beberapa warga menjadikan komoditi ini sebagai sumber pendapatan finansial. Dari hasil
wawancara, beberapa warga masyarakat menjual pakis dengan harga Rp. 1.000ikat. Harga ini dikenakan untuk jumlah sekitar 20-25 batang pakis
dalam satu ikatan. Masyarakat pun menuturukan bahwa dalam satu hari mereka dapat mendapatkan penghasilan sebesar rata-rata Rp. 20.000,- dari hasil mencari
pakis. Dalam perhitungan kasar, bila pengambilan pakis tersebut rutin dilakukan setiap harinya selama satu bulan penuh maka terhitung setidaknya terdapat Rp.
600.000,- uang yang diperoleh dari hutan untuk satu komoditi yakni pakis. Adapun sayur-sayuran yang dikonsumsi oleh masyarakat Suku Sasak di
Desa Jeruk Manis, di antaranya juga terdapat sayuran yang jarang dikonsumsi
yaitu jamur dan rotan atau emat Gambar 22.
a b
Gambar 22 Spesies tumbuhan pangan yang jarang dikonsumsi: a jamur ekor Pleurotus ostreatus; b rotan atau emat Daemonorops sp..
Penyebab jamur jarang dikonsumsi warga adalah keberadaan jamur yang tidak dapat diperoleh setiap saat. Pada musim-musim tertentu jamur tidak dapat
tumbuh. Biasanya pada musim-musim kering atau kemarau produksi jamur relatif kecil dan bahkan tidak tumbuh. Hal ini seperti yang disampaikan Istuti dan
Nurbana 2006 bahwa terdapat syarat-syarat tertentu yang menjadi faktor utama dalam pertumbuhan dan perkembangan jamur ekor jamur tiram. Salah satunya
adalah suhu untuk pertumbuhan miselium berkisar antara 20 C-30
C dan kelembapan 80-85 tidak terkena pancaran sinar matahari langsung.
Faktor yang menyebabkan rotan atau emat jarang dikonsusmi karena ketersediaannya di alam. Keberadaan rotan di kawasan hutan Resort Kembang
Kuning, TNGR banyak ditemukan pada tanah yang miring sehingga menyusahkan warga untuk mengambilnya. Menurut Kalima 2008, secara ekologis rotan
tumbuh dengan subur di berbagai tempat, terutama di daerah yang lembab seperti pinggiran sungai. Selain itu penyebab rotan sehingga jarang dikonsumsi ialah cara
pengolahannya yang sulit. Rotan yang oleh masyarakat digunakan bagian umbutnya batang muda, tentu tidak mudah diambil karena batang rotan berduri.
5.2.9 Bahan minum